Kehidupan Yang Berbeda

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Hari-hari berlalu begitu saja. Tapi semuanya masih saja terasa sama bagi Cole. Tidak ada yang berubah. Baik dirinya maupun hatinya.

Bahkan setelah satu tahun sejak Aileen membatalkan pernikahan mereka.

Cole masih belum bisa melepaskan cintanya, apalagi jika harus melupakan Aileen seperti yang seharusnya Cole lakukan.

Cole tidak bisa. Ditambah lagi setelah hadirnya putri kecil mereka yang saat ini baru berusia 5 bulan.

Perasaan Cole jadi semakin besar kepada wanita yang dulu pernah mencampakkan dirinya itu.

Meskipun terdengar kejam, tetap saja Cole mencintai Aileen. Semua tentang wanita itu selalu saja membuat Cole menggila dan mendamba.

Aileen adalah nafas dan juga hidupnya. Hatinya telah lama dimiliki oleh wanita itu. Bahkan Cole rela membuang kebebasannya agar Aileen memaafkannya dirinya yang dulu. Dan sampai saat inipun, Cole masih terus berusaha untuk memiliki Aileen.

Rasa marah, kecewa dan juga benci yang dulu pernah ia tujukan pada Aileen tak membuat hidup Cole menjadi lebih baik, pada akhirnya semua itu hanya semakin memperburuk rasa rindunya untuk Aileen.

Karena Cole telah jatuh hati padanya. Wanita yang telah melahirkan seorang bayi kecil untuk Cole.

Membayangkan semua yang terjadi diantara mereka dan juga dengan keberadaan putri kecilnya membuat Cole semakin memperbaharui perasaannya pada Aileen. Dan kini hanya wanita itu sajalah sumber kebahagiaan bagi Cole.

Cole merasa sangat bersyukur, karena Aileen sudah memberikan kebahagiaan yang tak pernah Cole bayangkan, dan salah satunya adalah kehadiran Princessa, putri mereka yang begitu cantik dan menggemaskan.

"Tuan, pak Darren dari kantor pusat menanyakan apakah anda akan kembali hari ini atau saya harus melaporkan tanggal lain?" tanya seorang pria yang saat ini bekerja pada Cole sebagai asisten.

Selama satu tahun terakhir, Cole sudah berhasil mendirikan perusahaan baru di B.C. Ada beberapa rekan bisnis Cole yang berinvestasi cukup besar di perusahaan miliknya, karena itulah Cole bisa melebarkan sayapnya hingga ke tempat ini.

Selain untuk mengalihkan sedikit pikirannya, Cole benar-benar ingin menjadi pria yang layak bagi Aileen dan juga putrinya.

Meskipun sadar posisinya belum bisa menyaingi keluarga Marsden, tapi Cole tetap akan melakukan yang terbaik agar bisa layak berdiri di sisi Aileen sebagai seorang pria.

"Sampaikan saja, jika aku akan kembali lusa. Apa kau sudah mengerjakan semua yang ku minta?" tanya Cole dengan dahi berkerut.

"Sudah tuan. Semuanya sudah saya kirimkan dengan tanggal yang sama. Dan akan tiba tepat waktu seperti biasanya." sahut pria itu.

"Baiklah. Kau bisa kembali ketempat mu."

Setelah pria itu keluar, Cole langsung mengambil ponselnya dan mengetik sebuah pesan untuk Sarah..

...To: Sarah...

..."Aku akan mengandalkan mu kali ini. Terimakasih."...

Setelah mengirimkan pesan itu, Cole kembali mengerjakan tugas-tugasnya. Selama enam bulan terakhir, Cole selalu mendapat informasi apapun tentang Aileen melalui Sarah.

Setelah memohon pada wanita itu untuk membantu dirinya, barulah Cole bisa terus berada di sisi Aileen dengan caranya sendiri.

Dan Cole bersyukur karenanya. Berkat kerjasama dengan Sarah, Cole bisa mengawasi Aileen, bahkan Cole juga bisa menyaksikan momen berharga dalam hidupnya; yaitu kelahiran putri kecil mereka.

Cole bahkan tak tau bagaimana ia bisa membalas semua kebaikan Sarah. Meskipun tidak ada yang berubah dari hubungannya dan Aileen tapi Cole merasa sangat bersyukur karena Aileen tidak pernah mendorong dirinya untuk pergi menjauh.

Cole masih diijinkan untuk berkunjung sesekali untuk bertemu putrinya serta memberikan perhatian sebagai seorang ayah.

Dengan begitu Cole memiliki kesempatan untuk melakukan tanggung jawabnya.

Dan Cole sudah merasa puas dengan keputusan Aileen yang seperti itu. Cole berharap, jika suatu hari nanti, hubungan diantara mereka bisa berubah lebih baik dari saat ini. Semoga.

...❄️...

...Vegas...

"Nona, ada kiriman untuk anda dan nona Cessa." Sarah meletakkan berbagai macam paper bag dan juga kotak-kotak bingkisan diatas meja tamu yang ada di dalam kamar Cessa.

Aileen hanya melirik sekilas melihat barang-barang yang dibawa oleh Sarah, sebab Aileen tahu siapa pengirim dari barang-barang tersebut.

"Biarkan saja di sana Sarah. Aku akan melihatnya nanti." Perintah Aileen. "Baik nona."

Dari tempatnya duduk, Aileen tersenyum tipis. Pasalnya Aileen sudah hafal betul apa yang akan terjadi di setiap akhir pekan.

Cole selalu memenuhi rumahnya dengan barang-barang yang sesungguhnya bisa Aileen beli dengan uangnya sendiri.

Tapi karena pria itu bersikeras, Aileen hanya bisa membiarkan semuanya seperti ini.

Toh, Cole juga tak akan mau mendengarkan larangannya, sama seperti ketika Aileen meminta Cole untuk melupakan dirinya. Cole justru tak bergeming sedikitpun.

Akhirnya, Aileen hanya bisa membiarkan semua berjalan apa adanya. Saat memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka, Aileen pikir Cole akan menyerah dan pergi menjauh, tapi nyatanya pria itu masih saja terus berada disekitar Aileen, bahkan dengan cara yang luar biasa.

...To: Cole...

..."Lagi-lagi kau memenuhi kamar Cessa."...

Mengingat sebelumnya saat Aileen menolak untuk bertemu dengan Cole dan dibandingkan dengan hari ini, semuanya terasa berbeda.

Dulu ia pikir semua akan berakhir jika ia mendorong pria itu menjauh, tapi pada akhirnya hatinya lah yang lebih dulu goyah. Apalagi jika mengingat saat itu, saat kehamilannya semakin hari semakin membesar.

Rasanya selalu ada saja sesuatu yang membuat dirinya merasa kepayahan. Aileen merasa semuanya menjadi tak terkendali dan juga sangat melelahkan.

Hidupnya tiba-tiba saja terasa hampa, dan ia lelah serta putus asa. Ditambah lagi dengan perubahan suasana hatinya yang diluar batas wajar, semua itu terasa menyulitkan Aileen, dan seperti keajaiban; saat semuanya terasa kacau Cole ada di sana untuk memberikan dukungan yang Aileen butuhkan.

Cole mulai mengisi kekosongan yang terasa begitu menyesakkan. Aileen bisa bernafas dengan baik, bahkan mulai bisa menikmati hidupnya. Semua itu karena keberadaan Cole.

Pria yang tanpa banyak bicara namun memberikan semua yang Aileen butuhkan. Dukungan dan juga perhatian.

Semua itulah yang Cole lakukan untuk dirinya. Dan tanpa Aileen sadari, keberadaan Cole menjadi sesuatu yang berarti baginya. Bahkan sampai hari ini..

Dengan pertimbangan yang matang, Aileen juga memutuskan untuk membiarkan Cole berada di dekat putrinya. Karena Cole memang memiliki hak untuk itu sebagai ayah dari bayi kecilnya.

"Apa jadwal ku hari ini Sarah?" Aileen membaca laporan harian dari sekertaris nya.

"Anda tidak memiliki jadwal apa-apa nona. Hanya ada beberapa dokumen yang membutuhkan persetujuan anda. Dan semuanya sudah saya letakkan diruang kerja anda." Sahut Sarah dengan tenang. Aileen mendelik.

"Tuan Dave mengatakan jika anda harus mengurangi jadwal bekerja. Terlebih lagi karena hari ini adalah jadwal untuk pemeriksaan rutin nona Cessa." kata Sarah mengerti arti tatapan Aileen.

Setelah melahirkan, Aileen memang tidak pernah pergi ke hotel lagi. Tepatnya belum. Aileen sendirilah yang memutuskan hal demikian, karena Aileen ingin memberikan waktu serta seluruh perhatiannya pada putri kecilnya, Amanda Princessa Maximilian.

Meskipun begitu, Aileen tidak benar-benar melepaskan tanggung jawabnya sebagai Presdir. Aileen masih mengerjakan semua pekerjaan dari rumah.

Di bantu oleh Sarah dan juga Katrina, suster yang mengasuh putri kecilnya, Aileen menjalankan dua perannya dengan baik.

Aileen hanya bisa menghela nafas pasrah. "Baiklah. Kau atur saja semuanya." turut Aileen. Ia beralih ke box bayi yang tidak jauh dari tempat duduknya.

"Apa Cessa sedang tidur?" Aileen memperhatikan wajah putri kecilnya yang masih kemerahan. "Nona Cessa baru baru saja tertidur." sahut Katrina dengan suara lembut.

Aileen tersenyum saat menyentuh tangan mungil Cessa. "Dia benar-benar menggemaskan." katanya tersenyum senang. Melihat wajah Cessa akan selalu mengingatkan Aileen pada ayah dari bayi itu.

Dan tentu saja hal itu sedikit menimbulkan perasaan iri dalam hati Aileen. Pasalnya, tidak hanya wajah Cessa saja yang menyerupai Cole, tapi putri kecilnya itu juga mewarisi netra dengan warna yang serupa dengan milik Cole. Benar-benar membuat iri.

"Tentu saja nona Cessa begitu. Dia mewarisi semua gen terbaik dari ayah dan ibunya." celetuk Sarah, dan Aileen tak bisa memungkiri hal itu.

Cih.. benar-benar. Aileen tersenyum..

...❄️...

Sore harinya, Aileen sudah bersiap untuk mengantarkan Cessa kerumah sakit. Mereka harus melakukan pemeriksaan rutin dan juga memberikan imunisasi berkala pada Cessa.

"Berikan padaku Kat, biar aku saja yang menggendongnya." kata Aileen meminta Cessa untuk dipindahkan dalam pangkuannya. "Baik Nona." turut Katrina.

Kehadiran Cessa memiliki arti yang besar bagi Aileen. Hidupnya terasa jauh lebih bahagia. Apalagi di saat seperti ini, disaat Aileen bisa memeluk Cessa dengan leluasa.

Jika mengingat waktu sebelumnya, Aileen sempat memiliki ketakutan untuk memeluk putri kecilnya. Aileen takut kalau-kalau Cessa terluka karena ketidakmampuannya dalam mengurus bayi.

Dan untuk semua itu, Aileen perlu waktu yang cukup lama hingga bisa terbiasa. Bahkan Cole terlihat lebih cakap dalam mengurus Cessa dibandingkan dirinya.

Meskipun itu sama-sama pengalaman pertama bagi mereka, Aileen bisa melihat jika Cole lebih percaya diri dengan kemampuannya untuk menggendong dan juga menidurkan putri kecil mereka. Mungkin itulah yang disebut dengan naluri.

Aileen merasa iri. Ia tak mau dianggap sebagai ibu yang payah untuk Princessa.

Tidak butuh waktu lama, mobil mereka pun sudah tiba di rumah sakit. Katrina mengambil alih Cessa sedangkan Sarah menemani Aileen untuk mengurus formulir pemeriksaan rutin.

"Semuanya sudah siap nona. Ayo." ajak Sarah. Katrina pun mengikuti dibelakang keduanya.

Setelah pemeriksaan rutin dan juga pemberian imunisasi berkala, Aileen langsung membawa Cessa pulang.

Aileen sudah cukup mahir menjaga putri kecilnya, dari memandikan, hingga mengganti popok dan juga memberikan susu untuk Cessa. Semua bisa Aileen lakukan sendiri.

Namun adakalanya Aileen juga merasa was-was bahkan tidak berdaya, terlebih disaat seperti ini, disaat Aileen harus selalu bersiap siaga.

Biasanya, setelah melakukan imunisasi tubuh Cessa akan mengalami demam, kata dokter itu adalah reaksi yang wajar. Tapi meskipun begitu Aileen selalu saja merasa cemas.

"Tolong bawa putri ku ke atas, aku akan menyelesaikan pekerjaan ku lebih dulu." kata Aileen tak ingin membuang waktu. "Baik nona."

...❄️...

Setelah menyelesaikan semua pekerjaannya, Aileen kembali ke lantai atas. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 malam.

Aileen selalu masuk ke kamar putrinya setiap kali memiliki waktu luang. Aileen selalu merasa khawatir saat tak bersama Cessa, meskipun di dalam sana sudah ada Katrina yang bertugas mengasuh putrinya.

"Bagaimana kondisinya? apa Cessa demam?" Aileen menyentuh pelan tubuh Cessa. "Tidak nona. Saya sudah berikan obat untuk berjaga-jaga sesuai dengan anjuran dokter." sahut Katrina.

"Syukurlah." Aileen menghela nafas lega. Sebagai seorang ibu, hati Aileen selalu merasa tak tega saat melihat putri kecilnya mengalami demam.

Aileen akan merasa buruk karena tak bisa menggantikan Cessa untuk menahan rasa sakit.

"Kau bisa istirahat Kat. Aku akan menjaga Cessa." kata Aileen. Malam ini ia ingin bersama putrinya. "Baik nona."

Pagi-pagi sekali Aileen sudah terlihat kepayahan. Pasalnya ia sudah terjaga sejak awal. Tengah malam tadi Cessa mengalami demam hingga 38°.

Tapi beruntungnya setelah Aileen cepat memberikan obat dan juga mengompres Cessa, hingga suhu tubuh Cessa kembali normal lagi.

"Selamat pagi sayang mommy. Terimakasih sudah melewati malam ini dengan baik. Putri mommy sungguh hebat." Ucap Aileen bersyukur.

"Tidurlah lebih lama sayang. Mommy akan datang lagi nanti." tambah Aileen lalu meninggalkan Cessa di kamarnya. Tubuh Aileen terasa lelah. Ia harus tidur sebentar jika ingin tetap sehat.

Saat Aileen keluar, Katrina sudah hampir sampai di depan pintu. "Selamat pagi nona." katanya menyapa. "Selamat pagi juga Kat." balas Aileen.

"Aku akan kembali ke kamar untuk memeras asi dan tidur sebentar. Jangan berikan obat lagi, aku sudah memberinya obat. Tolong jaga Cessa sebentar." kata Aileen kemudian masuk ke dalam kamarnya yang berada di sebelah kamar Cessa.

"Baik nona, selamat beristirahat."

...❄️...

Di lantai bawah, Dave baru saja menyelesaikan sarapannya dan akan bersiap-siap untuk pergi ke kantor.

Namun tiba-tiba saja Dave mendengar suara tangisan yang cukup nyaring dari kamar cucunya. Saat itu juga Dave langsung berlari dengan cepat menuju ke lantai atas.

"Ada apa dengan cucu papa Aileen?" tanya Dave dengan raut wajah khawatir. "Aku juga tidak tahu pa. Tadi Cessa hanya sedikit rewel, tapi tiba-tiba saja tangisannya jadi seperti ini."

Aileen menepuk-nepuk pelan punggung putrinya yang menangis. Tapi tangis Cessa tak mereda sedikit pun.

"Apa Cessa merasa tak nyaman lagi?" Aileen berkaca-kaca. Ia selalu saja lemah saat mendengar tangisan putri kecilnya. Aileen merasa tak berdaya.

"Berikan pada papa." kata Dave meminta agar Cessa diberikan padanya. Aileen pun memberikan bayi kecilnya pada Dave sambil memandang cemas pada Cessa.

Sssttt.. Sstttt... "Cessa sayang.. ada apa?" Dave bersuara dengan lembut. "Apa cucu opa sedang merasa kesakitan? atau ada yang tidak nyaman? Hem? katakan pada opa sayang.."

Meskipun tahu bayi kecil itu tak akan bisa menjawab, Dave masih saja mengoceh seperti keduanya benar-benar tengah berbincang.

"Cessa mau bermain bersama opa? ayo kita bermain ke taman setelah Cessa sembuh, Bagaimana? Cessa mau? iya..anak pintar." Dave mengelus punggung Cessa dengan lembut.

Ssstttt... Ssstttt... "Iya... iya... opa tau.. Cessa anak yang baik."

Aileen terus memperhatikan dalam diam. Cara yang digunakan papanya untuk menenangkan Cessa benar-benar berhasil.

Suara tangisan bayi itu semakin lama semakin berkurang. Dan saat ini putri kecil Aileen bahkan sudah tak menangis lagi.

"Apa kau sudah menghubungi Cole Aileen? Kapan Cole kembali ke Vegas? mungkin saja Cessa sedang menginginkan Daddy nya." kata Dave menanyakan.

Aileen menggeleng. Ia tidak tahu kapan Cole akan kembali. Yang Aileen tahu, Cole memang sedang sibuk dengan perusahaan barunya di B.C. Dan jujur saja Aileen juga tidak berniat untuk mengganggu waktu Cole. Karena itulah Aileen tak mengatakan apa-apa tentang kesehatan Cessa.

"Hubungi Cole. Katakan padanya untuk menemui Cessa. Anak ini sedang demam. Mungkin saja karena merindukan Daddy nya." perintah Dave tegas.

Ini bukan karena Dave mendukung Cole untuk kembali pada putrinya, tapi karena Dave juga seorang ayah yang dulunya juga memiliki seorang putri.

"Baik papa Dave." turut Aileen. Meskipun merasa sedikit sedih karena tak bisa mengurus semuanya seorang diri, Aileen tahu bahwa ia tak bisa bersikap egois. Apalagi selama ini Cole sangat menyayangi putri mereka.

Aileen harus mengatakan pada Cole tentang kondisi Cessa. Dan mungkin saja apa yang dikatakan oleh papa Dave benar. Cessa sedang menginginkan Daddy nya.

...To: Cole...

..."Kapan kau kembali ke Vegas? Cessa sedang demam setelah imunisasi berkala nya. Sepertinya Cessa membutuhkan mu. Kalau kau tidak sibuk, datanglah."...

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Terpopuler

Comments

🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠

🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠

horeeeeee

2022-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!