Bertemu orang tua Cole

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Akhir-akhir ini hidupku terasa jauh lebih bahagia. Biasanya pagi ku akan terasa membosankan.

Aku bangun seperti biasa, melakukan apa saja yang aku inginkan, dan pergi kemana saja sesuai jadwal yang sudah disusun rapi oleh Sarah.

Rasanya, seolah-olah aku sudah mengetahui apa saja yang akan ku alami sejak matahari terbit hingga matahari kembali terbenam.

Tidak ada yang spesial. Semuanya membosankan. Bahkan sangat membosankan. Entah sudah berapa kali aku lari dari semua keseharian yang membosankan itu.

Aku lelah. Itulah perasaan ku yang sesungguhnya. Karena itu, di setiap kesempatan, aku mencoba untuk pergi meninggalkan kehidupan ku.

Tapi tetap saja aku tidak bisa. Meskipun semua itu terasa seperti merantai kakiku dengan erat, tetap saja aku tidak bisa melepaskan nya.

Terbiasa. Adalah satu-satunya kata penghiburan yang selalu aku ucapkan pada diriku. Karena semua ini adalah tanggung jawab yang sudah seharusnya ku lakukan.

Jadi aku harus menjalaninya, dan aku harus membiasakan diri dengan rutinitas sebagai seorang putri dari Dave Marsden.

Pergi ke hotel untuk memeriksa beberapa pekerjaan, disela-sela kesibukan aku harus bertemu dengan beberapa klien dan menambah pundi-pundi kekayaan keluarga kami, sampai aku yang hanya sebatas menghabiskan waktu untuk membuang rasa penat disebuah club' malam.

Semuanya berlalu begitu saja selama empat tahun terakhir. Itulah kisah singkat dari hidup ku.

Tapi anehnya, kali ini semua itu perlahan-lahan berubah. Rasanya jelas sedikit berbeda. Sekarang, saat aku membuka mata, dadaku selalu saja berdebar.

Jantung ku berdegup dengan cepat sedangkan wajahku yang selalu saja merona. Semua itu karena melihat diriku yang seperti ini.

Selalu ingin tahu dan selalu bertanya-tanya tentang apa yang akan terjadi padaku..

Pertanyaan-pertanyaan kecil mulai muncul dalam benak ku; dengan siapa aku akan bertemu? apa saja yang akan ku lakukan, apa saja yang harus ku makan?

Apa saja yang boleh dan tidak boleh ku lakukan, sampai-sampai aku juga memikirkan apa saja yang akan ku bicarakan.. semua itu selalu saja membuat ku merasa jauh lebih sibuk dari sebelumnya. Dan aku mulai menyukai perasaan ini.

Rasanya, aku benar-benar hidup. Ada gairah dan semangat baru yang selalu meletup-letup dalam diriku.

Entahlah..

Apakah karena bayi yang ada di dalam perutku inilah penyebabnya, ataukah...

"Hei.. kau di sini? maaf jika aku terlambat. Aku membuat mu menunggu lama." Cole tersenyum sambil menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.

Pria itu tersenyum dengan sedikit salah tingkah. Tapi Aileen menyukai senyum itu. Senyum seindah mentari. Senyum yang selalu ditampilkannya saat mereka bertemu..

Cole meraih tangan Aileen dan menciumnya. Pria itu berlama-lama di sana untuk mengirimkan sinyal bahwa ia merindukan calon istrinya.. Aileen tersipu..

"Tidak apa-apa. Lagi pula aku tidak menunggu lama. Kita pergi sekarang?" Aileen juga tersenyum.

Hari ini mereka memiliki agenda untuk bertemu dengan kedua orang tua Cole. Setelah di hari sebelumnya, keduanya bertemu dengan ayah Aileen. Dave Marsden.

"Rasanya aku gugup." kata Aileen tersenyum samar. Cole memeluknya singkat untuk menenangkan dirinya sendiri.. ahhh.. rasanya hampir gila.

"Aku tidak tahu apakah orang tuamu akan menyukaiku atau justru sebaliknya. Ini membuat ku benar-benar gugup. Rasanya, jauh lebih sulit dibandingkan bertemu dengan klien. Jika dibandingkan aku akan memilih untuk bekerja saja." gumam Aileen.

"Beri aku ciuman.." wanita itu mendekatkan wajahnya pada Cole, dan dengan senang hati Cole langsung meraih tengkuk Aileen dan ******* bibir ranum tersebut.. Cole tersenyum.

Setelah mereka semakin dekat, entah kenapa Cole selalu melihat Aileen dengan versi dirinya yang berbeda-beda. Dan yang kali ini, Cole suka versi manja dari wanita itu.

"Tidak apa-apa Aileen. Santai saja. Orang tuaku tidak akan memakan mu. Mungkin hanya aku yang akan terus menggigit mu." Goda Cole. Keduanya tertawa.

"Justru sebaliknya, aku rasa mereka akan menyukai mu. Kau sudah memenuhi semua aspek untuk menjadi seorang menantu." sahut Cole.

Kata-kata itu sedikit menenangkan Aileen. Setidaknya Cole sudah berusaha untuk menghilangkan rasa gugupnya.

Aileen tidak pernah menjalin hubungan sebelumnya. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap di saat seperti ini. Jika itu seorang klien, maka Aileen tahu bagaimana cara menanganinya.

Bahkan ia tak harus merasa seperti sekarang ini. Tapi sekarang berbeda. Yang akan ia temui adalah orang tua dari Cole, bagaimana pun ia memikirkan nya, tetap saja ia merasa gugup.

"Dari mana kau tahu? bagaimana jika sebaliknya? Bagaimana pun juga ini terlalu mendadak bukan? papa Dave saja bersikap seperti itu, bagaimana dengan orang tuamu." kata Aileen cemberut.

Tapi Cole tidak ingin ambil pusing dengan sikap orang lain terhadap dirinya. Yang terpenting baginya adalah bagaimana sikap Aileen.. itu saja.

"Emm.. bagaimana mengatakan nya ya? aku tidak keberatan dengan sikap papa mu. Ku rasa itu wajar. Dan aku bisa menerimanya.." Ucap Cole santai.

"Kenapa? kenapa kau tidak marah ataupun tersinggung?" Aileen menatap Cole dengan manik penuh keingintahuan..

Karena aku menyukaimu. Aku membutuhkan mu.. dan aku menginginkan mu. Sangat-sangat menginginkan mu..

Seharusnya itulah yang Cole ucapkan. Karena keputusan orang tuanya, tidaklah lebih penting dari apa yang Cole rasakan.

Tapi sekarang, Cole masih merasa malu untuk menyatakan hal seperti itu pada Aileen, apalagi dengan hubungan mereka yang baru saja berjalan beberapa hari.

Akan terdengar konyol jika menyatakan perasaannya dengan perkembangan hubungan yang terbilang masih baru.

Seakan-akan perasaannya adalah sesuatu yang mudah. Meskipun memang begitulah kenyataannya. Aileen membuat Cole merasakan semuanya dalam waktu yang begitu singkat.

Hanya saja Cole tidak mau Aileen salah faham atas apa yang ia rasakan saat ini. Meskipun sebelumnya Cole sudah menyatakan agar mereka menjadi lebih dekat, namun ternyata Aileen bukanlah sosok yang mudah untuk ditangani.

Aileen sangat mudah mengubah pendapatnya. Karena itulah Cole memilih untuk berhati-hat dan lebih baik menahan. Cole tidak ingin merusak semuanya. Menikahi Aileen adalah suatu keuntungan besar.

"Karena orang tuaku mirip dengan ku." Cole tersenyum canggung. "Ah.. benarkah? aku harap begitu." sambung Aileen.

"Tentu saja begitu. Kau tidak percaya padaku? orang tuaku akan menyukai mu. Aku berani menjamin hal itu."

"Yah. Dan aku rasa mereka sangat menyayangi mu, Cole. Dan pastinya setiap orang tua,-" Aileen tidak melanjutkan kata-katanya.

Bagaimana bisa ia mengatakan jika setiap orang tua menginginkan yang terbaik bagi anak-anak nya, sedangkan dirinya menyeret pria itu dalam pernikahan yang seperti ini. Katakan lah bahwa ia mengubah jalan masa depan pria itu..

"Yah.. pokoknya seperti itu." kata Aileen, gugup. Ia hanya berharap jika pertemuan mereka kali ini berjalan dengan lancar.

Meskipun nantinya orang tua Cole tidak menyukai dirinya, ia hanya berharap agar hal seperti itu tidak ditunjukkan secara terang-terangan dihadapan nya saja. Jika terjadi, mungkin Aileen akan menangis di depan semua orang..

Untuk sesaat Aileen kembali diam, sementara Cole justru sedang tersenyum bahagia.. Aileen selalu menumbuhkan semua keinginan baru dalam dirinya.. bahkan saat ini juga, Cole ingin meraih wanita itu dan membuat Aileen meneriakkan namanya dengan penuh hasrat..

"Aku berani jamin jika kau tidak perlu mengkhawatirkan hal seperti ini Aileen. Santai saja. Yang terpenting saat ini adalah kita. Kau dan aku, juga bayi kita." kata Cole. Dan Aileen pikir, semua yang Cole katakan adalah benar.

Bukan saatnya ia khawatir untuk sebuah penolakan. Bukankah ia adalah putri dari seorang Dave Marsden? hanya karena tidak disukai, mungkin.. Tidak akan menjadikan semua berbeda. Cole tetap akan menikahi dirinya. Itu saja sudah cukup.

...❄️...

Lima belas menit perjalanan, keduanya pun sampai disebuah restoran yang ternyata sudah cukup sering Aileen datangi saat bertemu dengan beberapa klien hotel sebelumnya.

Syukurlah tempat pertemuan mereka adalah tempat yang familiar baginya. Setidaknya itu bisa sedikit mengurangi rasa gugup dalam diri Aileen.

"Ayo?" Cole membukakan pintu mobil dan mengulurkan tangan pada Aileen. Ia menggandeng tangan Aileen layaknya seorang kekasih. "Terimakasih Cole."

"Sepertinya, mereka sudah menunggu kita di dalam."

Dengan perasaannya yang masih saja berkecamuk, Aileen menegakkan punggungnya berjalan dengan rasa percaya diri yang jujur saja perlahan-lahan sudah mulai menipis. Ah, bisa-bisa nya ia merasa seperti ini di saat-saat yang penting.

"Selamat malam tuan." seorang pelayan menyapa keduanya. Setelah Cole menyampaikan tujuannya, pelayan itu langsung mengantarkan keduanya ke tempat dimana kedua orang tua Cole sedang menunggu. "Kau masih gugup?" Cole menepuk pelan tangan Aileen. "Sedikit."

"Silahkan tuan." saat pintu terbuka, Aileen yakin bahwa saat itu jantung nya akan melompat keluar. Apalagi saat melihat tatapan dari ayah Cole.

Ya Tuhan. Pria itu, Aileen tahu siapa dia. Komandan Militer yang cukup sering muncul diberita. Aileen tidak tahu jika Cole adalah putra dari orang itu.

"Ma... papa..?" sapa Cole. Aileen mengikuti Cole sama seperti sebelumnya. Meskipun jujur saja, rasanya benar-benar tidak nyaman. Padahal Aileen harus membuat kesan yang baik.

Tapi bagaimana jika begini saja ia sudah begitu gugup. Jangankan elegan, bahkan sikapnya sudah seperti seorang penjahat yang akan diinterogasi.

"Cole..." wanita yang menawan menghampiri kedua. Senyum hangat dan tatapan yang berbinar tertuju pada dirinya,

"Ini pasti Aileen. Senang bertemu dengan mu nak." katanya menggenggam kedua tangan Aileen dengan hangat. Wajah Aileen bersemu. Ia merasa terberkati karena disambut dengan hangat seperti ini.

Senyuman dan juga kata-kata ramah itu membuat perasaan Aileen menjadi jauh lebih baik. Permulaan yang sangat berbeda dari apa yang sudah ia pikirkan sejak tadi. Ah, aku benar-benar telah berdosa karena berpikiran negatif pada orang tua Cole, sesal Aileen dalam hati.

"Senang bertemu dengan anda juga, nyonya." balas Aileen masuk ke dalam mode formal dirinya yang biasa. Tiba-tiba saja suasana menjadi hening. Semua tatapan mata tertuju padanya. Jantung Aileen kembali berdegup dengan cepat. Ya Tuhan apa aku melakukan kesalahan, lagi? Aileen tersenyum samar.

Tapi setelahnya, gelak tawa memenuhi seisi ruangan itu. Aileen yang masih terpaku masih tidak mengerti apa yang baru saja terjadi.

Ia tidak tahu apa alasan dari diamnya semua orang, dan ia juga tidak tahu apa alasan dari tawa itu. Apakah karena dirinya? ia salah bicara? atau ia telah bersikap konyol? yang mana dari ketiganya?

"Kau benar-benar manis Aileen." tangan ibu Cole menyentuh pipi Aileen dengan lembut, dan rasanya hangat.. "Kau juga bisa memanggil ku mom seperti Cole memanggil ku, nak. Jangan merasa sungkan. Ayo.. mari duduklah."

Cole juga ikut tersenyum saat melihat reaksi Aileen. Baginya wanita itu terlihat manis. Cole menarik kursi dan membiarkan Aileen duduk lebih dulu.

Sedangkan ia masih berdiri untuk menyapa satu-satunya orang yang sejak tadi bergeming. Dan juga pria yang baru saja Cole temui setelah beberapa waktu lamanya.

"Papa.." pria paruh baya yang tingginya terlihat hampir sama dengan Cole itu berdiri lalu memeluk hangat putranya.

"Lama tidak bertemu Son. Papa kira kau akan melupakan kami." kata ayah Cole. Pria yang terlihat tak bersahabat dengan visual wajah yang tidak main-main tegasnya. Tatapan tajam, dan juga rahang yang begitu tegas.

Kini Aileen tahu dari mana Cole mendapatkan rupa yang begitu mempesona...

"Bagaimana aku bisa melakukan hal seperti itu papa." Cole belum menceritakan pada Aileen bahwa ayahnya adalah seorang yang berkecimpung di dunia militer. Karena itulah ayahnya terlihat sedikit menyeramkan.

"Syukurlah kalau begitu."

"Aileen. mereka adalah orang tuaku." kata Cole. Meskipun sedikit terlambat, Aileen kembali bangun dari tempat duduknya. "Senang bertemu dengan anda. Saya Aileen Marsden." katanya singkat.

"Duduklah. Makanannya akan siap sebentar lagi. Semoga kau suka dengan pilihan kami." kata ayah Cole. Meskipun tidak terlalu banyak bicara, tapi sudah cukup untuk membuat perasaan Aileen menghangat.

"Terimakasih untuk jamuan nya."

...❄️...

Setelah menjelaskan panjang lebar tentang rencana keduanya, ternyata pertemuan itu jauh lebih lancar dari apa yang Aileen pikirkan.

Orang tua Cole menyetujui pernikahan mereka bahkan tanpa bertanya apapun. Mereka hanya tersenyum sambil mengatakan jika dirinya dan Cole harus bahagia dengan pernikahan yang akan mereka jalani.

Di pikirkan berapa kali pun, Aileen masih tidak menyangka jika semuanya akan berjalan semulus ini, syukurlah.

"Bagaimana, apa kau sudah bisa percaya padaku? sudah ku katakan mereka akan menyukaimu bukan?" Cole tersenyum sedikit bangga dengan sikap baik yang ditunjukkan kedua orang tuannya.

"Hem. Mereka sangat baik, ini jauh lebih mudah dari apa yang ku pikirkan." aku Aileen.

"Orang tuamu benar-benar membuat aku merasa tak enak karena telah berburuk sangka pada mereka. Seharusnya aku mendengarkan mu. Maafkan aku."

"Tidak apa-apa. Itu wajar saja. Lagi pula ini pertemuan pertama kalian. Aku harap kau bisa menyukai orang tuaku. Karena mereka pasti akan sangat cerewet padamu nanti."

"Benarkah? rasanya aku menantikan hal itu." Cole tersenyum manis. Begitu juga dengan Aileen. Semakin lama bersama Cole, Aileen semakin menyukai pria itu.

Bagi Aileen, Cole adalah sosok yang sempurna; baik sebagai pasangan ataupun sebagai teman. Cole sosok yang hangat. Dan Aileen menyukainya.

"Sekarang kita mau kemana?" tanya Cole melajukan mobilnya. "Terserah saja. Aku free malam ini."

"Kau yakin?" Cole mengirimkan sinyal berbahaya nan menggoda pada Aileen. "Lihat dirimu, aku bisa tau apa yang kau pikirkan hanya dengan melihat senyum mu itu." Aileen memalingkan wajahnya yang terasa panas.

"Jadi, memangnya apa yang ku pikirkan?" lagi-lagi Cole melemparkan pertanyaan yang membuat Aileen semakin berdebar.

Cole sengaja melakukan hal seperti ini karena ingin membuktikan sendiri seberapa besar Aileen bisa menghindar dari pesonanya.

"Hem.. apa ya? bagaimana kalau aku membelah kepalamu terlebih dahulu untuk membuktikan tebakan ku?" sahut Aileen bertahan.

"Dengan senang hati. Kau bisa melakukan apa saja padaku Aileen. Karena aku milikmu." Cole bersuara rendah.

"Tidak hanya kepalaku. Kau juga bisa membelah dadaku, kau bisa melakukan semuanya. Semuanya." ulang Cole. "Dan aku akan pasrah."

Ini adalah godaan yang benar-benar konyol menurut Aileen. Tapi meskipun begitu, Aileen menyukai cara Cole saat bicara pada dirinya.

"Aku tidak sabar untuk melakukan itu.."

"Oke. Kalau begitu kita pergi ke rumah ku." putus Cole dengan tiba-tiba. "Rumah mu?"

"Iya. Di sana kau bebas melakukan apapun padaku sayang.."

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!