Bicaralah dengan caraku

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Saat mendengar kabar bahwa Aileen kembali ke Vegas bersama dengan orang tuanya, Cole langsung melajukan mobilnya menuju ke bandara.

Ia bergegas tanpa memperdulikan apapun. Termasuk Steve yang ditinggalkan seorang diri di ruangannya.

Bahkan tanpa memperhitungkan segala kemungkinan yang terjadi, Cole tetap pada tujuannya.

Dan saat mobil yang dikendarainya tiba di airport, Cole langsung bergegas keluar dan berlarian kesana-kemari untuk mencari keberadaan calon istrinya. Tapi seberapa keras pun ia berusaha, Cole tidak bisa menemukan Aileen.

Tidak ada kerumunan atau apapun seperti yang Cole bayangkan. Tidak ada reporter yang membuat liputan, ataupun wawancara singkat tentang pernikahan dari putri pengusaha ternama itu.

Yang artinya, Aileen dan juga Dave Marsden sudah meninggalkan airport jauh sebelum Cole tiba di sana.

Bodohnya Cole yang tidak memprediksikan hal seperti ini akan terjadi. Karena terlalu terburu-buru ingin menemui Aileen, Cole jadi tak bisa menggunakan akal sehatnya. Ia tidak mempertimbangkan banyak kemungkinan.

Masih dengan langkah yang terburu-buru, Cole pun meninggalkan airport. Tujuan selanjutnya adalah kediaman keluarga Marsden.

Tapi sebelum itu, Cole sempat berusaha menghubungi Aileen, bahkan Cole juga mencoba untuk menghubungi nomor Sarah, tapi lagi-lagi nomor yang ditujunya itu tidak tersedia.

"Sial."

Dengan rasa frustasi yang cukup besar, jantung Cole berdebar dengan luar biasa. Perasaannya sekali lagi berubah tak menentu.

Baru kali ini Cole merasa kacau dan tak berdaya. Rasanya ia begitu lelah sekaligus rapuh diwaktu yang bersamaan.

Cole tidak mengharapkan apapun, yang diinginkannya hanyalah bertemu dengan Aileen dan bicara. Hanya itu.

Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, Cole pun tiba di kediaman keluarga Marsden. Cole memarkirkan mobilnya lalu bergegas keluar.

Meskipun sekarang ia terlihat kacau, Cole tidak peduli. Wanita itulah yang membuatnya seperti ini.

Di depan pintu, Sarah yang sejak awal sudah mengetahui kedatangan Cole melalui cctv bergegas berjalan ke depan pintu untuk menghalau kedatangan Cole seperti yang diperintahkan Aileen. "Tuan." Sapa Sarah berdiri di depan pintu.

Dengan wajah yang kaku Cole langsung bertanya pada Sarah, "Dimana dia? dimana Aileen. Aku ingin bertemu dengannya." kata Cole masih berusaha menahan diri. Dengan segala akal sehat yang dimilikinya Cole masih menahan diri agar tidak menerobos masuk begitu saja.

"Nona sedang beristirahat tuan." sahut Sarah. Saat itu juga Cole merasa dirinya begitu kepayahan. Lagi-lagi ia tidak bisa bertemu dengan Aileen. Padahal ia adalah calon suami dari wanita itu.

"Apa aku tidak bisa bertemu dengan nya? hanya sebentar saja. Aku tidak akan menganggu waktu istirahatnya. Tolong katakan pada Aileen aku menunggu di sini." pinta Cole membujuk.

"Sarah, biarkan Cole masuk ke dalam." suara dibelakang Sarah menginterupsi keduanya. Itu adalah suara Dave Marsden.

"Baik tuan." sahut Sarah cepat. Tanpa menunggu di persilahkan, Cole melewati Sarah begitu saja. Ia menghampiri Dave dan berdiri di depan pria itu.

"Kita harus bicara nak. Silahkan ke ruangan ku." kata Dave. Dari tempatnya berdiri, Cole mencari-cari keberadaan Aileen, ia masih berharap jika ada sedikit kemungkinan kecil yang bisa membuat mereka bertemu walau hanya sebentar. Cole ingin melihatnya, Cole sedikit merindukan Aileen...

Tidak. Tidak. Bahkan dengan segenap kewarasan yang aku miliki, dengan sadar aku bisa mengakui bahwa aku sangat merindukannya, aku merindukan Aileen. Cole mengepalkan tangannya erat.

"Maafkan kedatangan ku yang seperti ini sir." Cole tak tahu harus melakukan apa. Saat mengetahui Aileen yang sudah kembali, Cole kehilangan akal sehatnya.

Yang Cole pikirkan hanyalah pergi secepat mungkin agar bisa bertemu dengan Aileen. Itu saja.

Cole ingin menatap mata wanita itu dan bertanya, apa yang sebenarnya wanita itu inginkan dengan menjadikan dirinya seperti pria bodoh yang begitu terobsesi dan juga begitu merindukan dirinya.

"Tidak seharusnya aku datang diwaktu seperti ini. Hanya saja, aku benar-benar ingin bertemu dengan Aileen. Tolong ijinkan aku bicara sebentar dengan Aileen." Cole tidak bisa menyembunyikan kegusaran yang dirasakannya.

Jika memang ada sesuatu yang salah dari dirinya, Cole juga ingin tahu dimana letak kesalahan itu. Ia tidak suka dibiarkan seperti ini. Diabaikan tanpa kabar dan berita.

Meskipun biasanya Cole tidak akan peduli, tapi sekarang ia peduli. Bahkan sangat peduli akan hal itu. Karena hatinya terus merasa tak nyaman.

"Aku tahu nak. Duduklah dulu." kata Dave dengan suara rendah. Dave memang tidak ingin ikut campur lebih jauh tentang keputusan Aileen.

Keputusan seperti apapun yang Aileen buat, Dave tetap akan mendukung putrinya. Hanya saja sebagai sesama pria, Dave ingin mendengar bagaimana pendapat Cole tentang apa yang terjadi di antara keduanya selama ini.

"Aku tidak pernah menghalangi mu untuk bertemu dengan putriku, jika itu yang kau pikirkan." kata Dave.

"Hanya saja, sepertinya Aileen yang membutuhkan waktu untuk sendiri. Dan aku menghargai semua keputusan yang dibuatnya." Dave hanya ingin melihat sendiri seberapa pantas pria itu untuk putrinya.

Jika Cole mau berterus terang padanya mungkin saja akan ada kesempatan lain untuk menebus kesalahan yang pemuda itu lakukan sebelumnya.

...❄️...

Cole masih bungkam. Pria itu mencerna semua perkataan Dave. "Apa yang ingin kau katakan pada Aileen nak?" tanya Dave. Pria itu menyilang kakinya dan menunggu sampai Cole membuka suara.

Cole menatap Dave dengan tatapan heran disertai begitu banyak keraguan. "Jika kau ingin bertemu Aileen, maka katakanlah apa yang ingin kau bicarakan. Karena aku yakin kau pasti berlari dengan tampang seperti itu, karena ingin tahu apa alasan Aileen mengabaikan mu selama ini, bukan?"

Cole diam. Semua yang dikatakan Dave adalah kebenaran. Dan Cole tidak bisa membantah fakta tersebut. Tapi untuk mengatakan semua yang ada dihatinya, rasanya tak akan semudah itu..

"Aku..-

"Aku hanya ingin melihat wajah Aileen sebentar saja, Sir. Hanya itu. Aku merindukannya." Cole tidak bisa mengatakan semua unek-unek nya pada Dave. Karena menurutnya itu tidak akan berhasil.

Cole ingin bicarakan langsung pada sumber dari rasa frustasinya, yaitu Aileen.

Dave mengernyit, "Hanya itu?" sepertinya, masalah diantara putri nya dan calon menantunya itu hanya bisa di selesaikan oleh keduanya saja. Dan Dave akan menghargai itu.

Cole menunduk dengan segenap rasa frustasinya. Ia tahu bahwa tak akan mudah menjadi bagian dari keluarga Marsden. Apalagi mengingat bahwa dirinya bukanlah siapa-siapa.

Tapi jika boleh jujur, Cole tidak keberatan melakukan apa saja untuk bisa bersama dengan Aileen.

Meskipun awalnya Cole mencurigai alasan Aileen yang lebih memilih dirinya dibandingkan calon tunangan wanita itu, tapi sekarang Cole yakin, bahwa Aileen adalah takdirnya.

Dan kejadian malam itu, bukanlah sebuah kebetulan..

"Ku mohon ijinkan aku bertemu dengan putri anda sir, sebentar saja. Ku mohon."

...❄️...

Di depan pintu kamar Aileen, Cole berdiri sambil mengetuk pelan pintu didepannya.

Tak butuh waktu lama, pintu itupun terbuka. Cole bisa melihat wajah terkejut Aileen sat mata mereka bertemu..

Tanpa berkata apa-apa, Cole langsung memeluk Aileen. Cole sangat merindukan wanita yang saat ini tengah mematung didepannya. Sedangkan Aileen justru tak memberi respon sedikitpun.

"Aku merindukan mu." kata Cole lirih. "Selama ini aku mencari mu, aku pergi ke hotel, tidak hanya satu, tapi ke semua hotel mu. Dan kau tidak ada di sana."

"Aku juga berusaha menelpon mu puluhan bahkan ratusan kali, tapi nomor itu tidak bisa dihubungi lagi setelah terakhir kali aku menghubungi mu. Kau juga tidak mengirimkan pesan, dan juga tidak mengatakan apa-apa. Rasanya mau gila. Aku benar-benar akan menjadi gila Aileen, dan itu karena mu." kata Cole.

Cole ingin Aileen tahu, betapa besarnya pengaruh wanita itu pada dirinya. Aileen mampu membuat Cole menjadi seperti ini.

"Bagaimana kabarmu, kau baik-baik saja? bagaimana dengan bayi kita? apa dia menyusahkan mu?" pertanyaan-pertanyaan itu seketika membuat hati Aileen terenyuh.

Cole memikirkan dirinya dan juga bayi mereka..

Inilah alasan kenapa Aileen menolak untuk bertemu dengan Cole. Karena ia tahu, setiap kali pria itu memperlakukan dirinya dengan begitu lembut, hati Aileen pasti akan goyah.

"Kami baik-baik saja." sahut Aileen, singkat.

Setelah menyalurkan sebagian kecil kerinduan dihatinya, Cole melepaskan pelukannya perlahan. Mata Cole menatap wajah Aileen yang tak bergeming.

Tapi Aileen hanya diam dan enggan untuk menatap Cole. Padahal mereka berdiri tanpa jarak, tapi seperti ada tembok tak kasat mata yang berdiri kokoh diantara mereka.

Tangan Cole membelai pipi Aileen dengan perlahan.. Cole merindukan saat-saat dimana mereka bisa saling memberi perhatian dan kasih sayang seperti ini.. Hanya saja..

"Apa aku melakukan kesalahan, Aileen. Kepada mu?" tanya Cole lirih. "Aku minta maaf jika aku melakukan sesuatu yang membuat mu marah. Meskipun jujur saja, aku tidak tahu apa yang telah ku lakukan hingga kau mengabaikan aku seperti ini."

"Atau, apa ini pengaruh dari kehamilan mu? aku minta maaf kalau aku tidak tahu." Cole tertawa kecil.

Ia masih belum berpengalaman menghadapi sebuah kehamilan. Sorot mata Aileen meredup. Dan itu membuat denyut jantung Cole berubah tak nyaman.

"Tolong jangan abaikan aku seperti ini Aileen. Lebih baik kau marah saja dari pada kau diam seperti ini." bujuk Cole.

"Masuklah." kata Aileen mengabaikan semua perkataan Cole sebelumnya. Aileen mempersilahkan Cole untuk masuk ke dalam ruang pribadinya, karena Aileen tahu bahwa saat ini Sarah pasti sedang mengawasi mereka dari cctv.

Cole pun masuk mengikuti Aileen. Ini adalah kali pertama ia masuk ke dalam kamar seorang wanita. Yah meskipun sebelumnya ia juga pernah melakukan itu, tapi kali ini berbeda.

Aileen adalah calon istrinya. Dan Cole belum mengenal bagaimana Aileen, tapi sekarang, ia bisa mengetahui sedikit tentang wanita itu.

Cole tersenyum. Ia mengamati dengan seksama semua yang ada di dalam kamar Aileen. Meskipun dari luar Aileen terlihat seperti seorang wanita yang feminim, tapi nyatanya karakter calon istrinya tidaklah seperti itu.

Bahkan Cole sangat yakin, bahwa Aileen tidak sama seperti wanita feminim pada umumnya.

"Kau tidak suka sesuatu yang berwarna pink?" tanya Cole setelah memperhatikan keseluruhan kamar Aileen. Semua warna di sana di dominasi oleh warna-warna moccha yang berkesan klasik.

"Hanya karena aku seorang wanita bukan berarti aku harus menyukai warna pink bukan? lagi pula aku lebih nyaman saat tak melihat warna itu apalagi diruang pribadi ku." sahut Aileen, dan Cole bisa menerima alasan Aileen. Semua itu tergantung selera.

Meskipun Cole juga sangat yakin bahwa Aileen akan terlihat berjuta kali menggemaskan dengan sentuhan warna pink pada dirinya.

"Yah, kau benar."

"Duduk lah. Kau bisa duduk dimana saja yang membuat mu nyaman." kata Aileen, sedang dirinya sendiri sudah mengambil tempat di sudut sofa.

Aileen berdebar. Bahkan tangannya mulai terasa dingin. Yang paling Aileen takutkan saat ini adalah menatap wajah Cole.

Sejak memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka, seharusnya Aileen lebih dulu mengubur perasaannya pada pria itu, tapi nyatanya, Aileen masih begitu terbiasa dengan keberadaan Cole.

Dengan perhatian, dan juga kata-kata Cole yang membuat dirinya merasa nyaman.

Cole tersenyum, wajah yang tadinya suram, kini tersenyum dengan begitu lembut. "Tentu saja aku akan merasa sangat nyaman saat duduk di dekatmu." katanya mengambil tempat tepat di sebelah Aileen.

"Kenapa kau terdengar begitu formal. Apa setelah tidak bertemu selama dua minggu, kita berubah menjadi orang asing?"

Cole mendekatkan wajahnya dan memperhatikan manik Aileen yang bergerak-gerak.

Aileen benar-benar terlihat cantik. Sejak kapan Aileen tidak cantik? sejak awal Aileen memang selalu terlihat cantik dimata Cole. "Itu karena kita memang orang asing, Cole." suara Aileen terdengar dingin.

Untuk sesaat, segala sesuatunya bagi Cole terasa asing. Semuanya begitu membingungkan.. tatapan mata Aileen. Bahkan cara wanita bicara padanya..

Tapi ditengah-tengah kebingungan Cole, Aileen justru melakukan sesuatu yang bertolak belakang dengan apa yang wanita itu ucapkan.

Aileen mencium lembut bibir Cole, bahkan kini Aileen telah menguasai Cole sepenuhnya. Kebingungan yang tadinya mendera Cole berganti dengan sesuatu yang lebih mendesak, yaitu kebutuhan dirinya.

Rasa haus akan kehangatan dan juga sentuhan lembut Aileen pada tubuhnya. Rasa rindu dan candu pada satu-satunya aroma yang mampu menaklukkan sosok Cole yang begitu liar..

"Aileen...?" Cole menahan nafasnya sesaat. Mata cantik itu terbuka, dengan tatapan yang sangat Cole kenali. Aileen sedang membutuhkan dirinya..

"Kita akan bicara nanti, sekarang lakukan saja." ucap Aileen terdesak. "Kau yakin? karena aku tak akan berhenti sampai kau memohon untuk berhenti." Cole mendekap Aileen hingga dada wanita itu terasa penuh.

"Aku tak punya waktu untuk itu." Tanpa menunggu lama, Cole pun melakukan bagiannya; diangkatnya tubuh Aileen, dipindahkan nya ke atas ranjang hanya dalam beberapa langkah.

"Aku harus melakukannya dengan hati-hati." Cole melepaskan satu per satu kain yang menghalangi tubuh Aileen. Begitu juga dengan miliknya.

Hanya dalam hitungan detik, mereka menjadi sosok yang begitu polos tanpa sehelai benang pun. Aileen tak lagi merasa malu saat menatap Cole secara terang-terangan seperti ini.

Cole yang seperti makhluk mitos baginya; akan tetap menjadi sosok yang seperti itu..

Terlebih lagi, karena ini adalah kali terakhir mereka..

"Mendekatlah Cole." pinta Aileen. "Aku ingin melihat mu; aku ingin menyentuh mu, aku ingin merasakan semuanya bersama mu..Kali ini saja.. datanglah padaku."

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Terpopuler

Comments

🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠

🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠

tetap semangat yaaaa christ

2022-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!