...❄️...
...❄️...
...❄️...
Malam itu, dunia Cole terasa berbeda. Ia yang tidak tahu harus bagaimana sekembalinya dari rumah sakit, memutuskan untuk pulang kerumah orang tuanya. Cole berharap akan mendapatkan sedikit pencerahan jika ia berada di sana.
Bisa dikatakan bahwa ia sedang berada dalam kebimbangan. Atau mungkin lebih bijak jika dikatakan masih tak tahu harus mempersiapkan apa dalam kondisi seperti ini.
Dave Marsden. Adalah seorang pebisnis yang sangat terkenal di Vegas. Kekayaan yang dimiliki nya bahkan tak bisa ditutup-tutupi dari sorot media.
Pemilik perusahaan otomotif terbesar dan juga pemilik Puluhan hotel berbintang yang sebagian besar telah dikelola oleh putri tunggalnya. Aileen Marsden.
Dan hanya dalam waktu semalam, Cole yang bukan siapa-siapa sebentar lagi akan menjadi bagian dari keluarga Marsden. Ia akan menikahi putri tunggal dari pria tersohor itu. Apakah ini sesuatu yang nyata? mungkin ya.
Cole merasa bingung sekaligus takjub. Sebagai seorang pria, tak pernah sedikitpun dalam benaknya terbersit kemungkinan untuk menjadi seorang suami ataupun ayah dalam waktu dekat.
Bukan berarti ia tak pernah memikirkan hal itu, karena jujur saja sejak beberapa tahun lalu, papa nya sudah menyinggung tentang pernikahan. Walaupun tidak terlalu kentara.
Tapi hei.. siapa yang peduli untuk menikah di saat seperti ini? usianya masih diakhir dua puluhan, ia masih terlalu muda untuk itu bukan? Dan Cole tahu bahwa perkataan papanya hanya seperti ultimatum yang tersirat.
Dan Cole tak pernah menganggap serius hal tersebut. Karena jujur saja ia tak pernah memiliki minat untuk hubungan jangka panjang yang menurutnya akan merepotkan.
Sebagai seorang pria yang saat ini tengah berada diatas angin, memikirkan ataupun memutuskan untuk menikah bukanlah pilihan terbaik.
Bisa jadi hal itu malah akan menghambat karirnya. Karena itu selama ini Cole tidak pernah serius dalam berkencan ataupun mendalami suatu hubungan.
Tapi disaat yang bersamaan juga, Cole justru harus mengalami semuanya secara langsung dan pasti. Dunianya berubah 180°.
Pria lajang yang ramai diperbincangkan karena jiwa bisnisnya justru akan menikah dalam waktu dekat. Cole tidak pernah terpikirkan bahwa judul artikel seperti itu yang akan dimuat tentang dirinya.
Kepala Cole berdenyut. Semuanya begitu tiba-tiba. Jika sihir itu memang ada, maka Cole akan percaya.
pasalnya situasi yang dialaminya saat ini memang seperti itu. Seperti ada sebuah magic yang membuat semuanya terjadi begitu saja. Begitu cepat bahkan lebih cepat dari apa yang bisa ia pikirkan.
Terbersit dalam pikirannya pun tidak jika ia akan menjadi seorang ayah. Jujur saja sampai detik inipun Cole masih belum bisa membayangkan bagaimana masa depannya nanti. Menikah dan juga memiliki seorang bayi bukanlah suatu pencapaian yang yang diraihnya dalam waktu dekat.
Dengan posisinya sekarang, tentu saja ia harus lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan. Terlebih lagi, karena ada rentan waktu yang cukup lama setelah kejadian di malam itu.
Malam yang selalu membuat dirinya merasakan sensasi yang sama berulang-ulang. Membuat tubuhnya berkeringat, dan juga bergetar disaat yang bersamaan. Cole takut.
Setiap kali ia memikirkan atau membayangkan apa saja yang sudah dilakukannya dengan gadis itu, tubuhnya selalu menunjukkan reaksi yang sama. Dan hal itu selalu membuat Cole frustasi.
Banyak upaya yang dilakukan untuk melenyapkan ingatan itu dari kepalanya, tapi seperti merapal kan sebuah mantra, hal itu tetap bertahan di sana, bahkan semakin lama semakin melekat dengan sempurna.
Karena itulah, dalam hati kecilnya Cole mulai meyakini bahwa saat ini ia sedang tertipu. Jika benar semua ini adalah jerat yang dimainkan wanita itu, Cole takut bahwa ia akan terjebak selamanya. Terjebak dalam dunia yang tak bisa ia hindari.
Tapi masalahnya, kenapa harus dirinya? itu pertanyaan sialan yang seharusnya ia tahu apa jawabannya.
Tentu saja karena dirinya lah yang telah meniduri wanita itu. Atau sebaliknya, wanita itulah yang memulainya.. membingungkan.
Dan pertanyaan terbesar yang tersisa pada Cole hanyalah; apakah ia menginginkan semua ini? apakah ia bersedia menikahi putri tunggal dari pebisnis tersohor itu? apakah ia siap untuk menjadi seorang ayah? jawabannya adalah Mungkin.
Jantung Cole kembali berdebar. Rasa tak tenang itu kembali menguasai dirinya. Bagaimana caranya aku mengatakan hal sebesar ini dengan mudah? ya Tuhan. Apa aku benar-benar akan menjadi seorang ayah?
"Selamat datang tuan muda?" Kepala pelayan menyambut Cole didepan pintu. Pria paruh baya itu sudah berdiri di sana bahkan sebelum mobil Cole terparkir berhenti. Cole mengangguk samar sambil melepaskan mantel beludru yang tadi ia kenakan..
"Apa mama dan papa sudah tidur?" tanya Cole. Ia sengaja bertanya hanya untuk memastikan agar kedatangannya tidak menimbulkan kehebohan.
"Sepertinya begitu tuan muda. Setelah makan malam, nyonya langsung kembali ke kamar. Dan tuan besar, sepertinya juga sudah kembali." jawab kepala pelayan.
Cole merasa lega. Setidaknya malam ini ia punya waktu untuk memikirkan semuanya..
Sekali lagi Cole kembali mengangguk samar. "Baiklah." katanya, "O, ya malam ini aku akan menginap. Biar besok pagi aku saja yang menyapa mama dan papa."
"Baik tuan. Silahkan ke kamar anda."
...❄️...
Cole pikir ia bisa berpikir dengan jernih setelah berada di dalam rumah. Tapi ternyata tidak. Pikirnya justru bertambah kalut.
Ini pertama kalinya bagi Cole. Biasanya ia tidak begini. Sebelumnya, rumah adalah satu-satunya tempat Cole menemukan solusi, tapi kenapa sekarang berbeda?
Cole bahkan hampir terjaga sepanjang malam. Meskipun berusaha untuk tidur, ia tidak bisa memejamkan matanya. Yang selalu terlintas dipikirannya adalah wajah Aileen dan juga bayi yang ada di dalam rahim wanita itu.
Setiap kali ingin berpikir rasional, Cole selalu saja dihantui dengan pertanyaan, apakah benar bahwa bayi itu adalah miliknya? benarkah bayi itu adalah karena perbuatan mereka malam itu? bagaimana ia bisa mempercayai semuanya begitu mudah..
Cole benar-benar kalut. Di sisi lain, ia harus membicarakan semuanya pada orang tuanya lebih dulu. Entah itu pada akhirnya ia akan menikah atau tidak, yang terpenting adalah mengatakan semuanya.
Karena itulah begitu cakrawala mulai menunjukkan bias sinar yang sangat ia kenali, Cole memutuskan untuk keluar dari kamarnya..
Belum lagi ia meninggalkan kamar, Cole bisa mencium wangi pastry yang baru saja dikeluarkan dari dalam oven. Bau yang semerbak bahkan memenuhi seluruh ruangan.
Cole tersenyum. Sudah cukup lama ia tidak mencium aroma ini. Wangi khas pastry berkayu manis adalah menu andalan di keluarganya.
Dan satu-satunya orang yang akan membuat pastry seperti itu dirumah ini hanyalah mommynya. Yang artinya, Cole sudah mendapatkan teman untuk bicara.
Dari ujung tangga Cole memperhatikan ibunya. Wanita itu bahkan terlihat begitu bersinar di waktu seperti ini. Cole ingat, ibunya pernah mengatakan; waktu yang paling disukainya adalah pada saat mengeluarkan pastry dari dalam oven.
Karena di saat itu, semua orang bisa mencium aroma yang begitu nikmat. Dan Cole sangat mengerti akan hal itu.
Sejak kecil ia sudah terbiasa dengan wangi pastry yang begitu menyengat, meskipun begitu, pastry buatan mommy nya luar biasa enak.
Cole ingat betul, bahwa dulu setelah pulang bermain, ia bisa memakan semua pastry buatan Mommy nya hingga tak terhitung banyaknya. Karena itulah ia begitu familiar.
"Pagi Mom." Sapa Cole langsung memeluk wanita yang masih terlihat cantik dan segar meskipun usianya sudah melebihi setengah abad.
Wanita itu terlihat sedikit terkejut, namun buru-buru menunjukkan senyumnya, "Pagi juga sayang. Tumben sekali kau menginap." sapa nya masih tersenyum sambil menata kue kering ke atas meja.
Sungguh sambutan yang biasa saja untuk seorang putra yang sudah lama tidak kembali kerumah.
Cole mengambil pastry yang berisi keju, lalu melahapnya dalam satu suapan. "Mom tidak senang aku datang?" pria itu berdiri di ujung meja sambil menyender di sana.
"Tidak juga. Mom senang melihat putra mom yang super sibuk ini bisa ingat jika dirinya masih memiliki orang tua. Dan berbaik hati untuk mau menginap di sini." Bibir Cole terangkat. Ia tak bisa menahan senyumnya saat ibunya sudah berkata seperti itu.
Ini bukan kali pertama Cole mendengar sarkas dalam perkataan ibunya. Semenjak dirinya terlampau sibuk bekerja dan memutuskan untuk tinggal sendiri, ibunya selalu mengatakan hal yang sama. Jadi Cole sudah terbiasa.
Tapi untuk sesaat Cole kembali diam. Dalam hati ia mulai mempertimbangkan seraya memperhatikan bagaimana reaksi orang tuanya jika ia mengatakan situasi yang dihadapi nya saat ini.
Jujur saja Cole masih belum memastikan apa rencana gadis itu dan keluarganya. Tapi mengingat semalam Aileen menolak untuk menikah dengan calon tunangannya lalu meminta dirinya untuk bertanggung jawab, sepertinya pernikahan mereka memang akan terjadi dalam waktu dekat.
"Mom sebentar lagi sepertinya aku bisa mewujudkan keinginan kalian." ucap Cole tak bergeming. Ia menunggu respon ibunya dengan cermat.
Wanita itu berhenti menata kue lalu membalik badan untuk memberikan tatapan yang seakan sedang meragukan perkataan tersebut. "Cole..?" katanya, dengan mata yang sedikit memicing, penuh peringatan kalau-kalau Cole hanya ingin memberikan gurauan aneh di pagi hari.
"Sebentar lagi mom akan memiliki seorang cucu. Mungkin seorang cucu laki-laki, atau bisa jadi seorang cucu perempuan." ujar Cole lagi.
Ia memang tak berniat untuk menunda pembicaraan tersebut. Terlebih lagi dengan ibunya. Karena yang Cole butuhkan saat ini adalah teman untuk bicara secara personal. Dan orang yang tepat menurutnya adalah wanita yang ada didepannya, ibu Cole.
Cepat atau lambat orang tuanya harus mengetahui apa yang telah terjadi. Meskipun semua itu hanyalah kemungkinan terkecil dari pikirannya sendiri, Cole tidak akan mengabaikan keberadaan orang-orang terpenting dalam hidupnya.
"Sebentar mu itu tidak bisa di prediksi sayang. Dan ayolah, ini masih pagi." ucap Ibu Cole mendengus. "Jangan membuat otak mom harus memikirkan banyak hal di pagi hari, Cole. Makan saja kue nya." katanya lagi.
Tapi Cole masih bergeming. Meskipun terdengar bercanda dan tidak mungkin bagi dirinya yang adalah seorang penolak komitmen, tapi kali ini ia bersungguh-sungguh. "Ya Tuhan .." Ibu Cole menghalau tangan nya ke udara.
"Gadis yang mana Cole? gadis mana yang kamu paksa untuk mengandung anakmu? apa kau menipu nya?" masih dengan ekspresi yang sama wanita itu terlihat meragukan kebenaran yang keluar dari mulut putranya. Atau lebih tepatnya, ibunya terlihat terlalu santai untuk menyikapi kabar besar tersebut.
Sedangkan Cole justru sedang berdebar setengah mati, tapi bisa-bisanya mommy nya bersikap santai seakan sedang membicarakan suatu kenakalan yang biasa dilakukannya. Ya Tuhan, apakah aku masih seorang bocah?
"Mom apa aku terlihat seperti pria bajingan bagimu?" kata Cole. Ia berjalan mendekat dan duduk di sebelah ibunya yang sedang menghela nafas.
Sepertinya Cole memang sedikit berlebihan. Tapi kata bajingan mungkin cocok disematkan jika ia sampai menghamili seorang gadis seperti ini.
"Oh ayolah sayang, semua pria berpotensi untuk menjadi bajingan. Dan kau tahu itu. Sekarang katakan apa yang sebenarnya terjadi." tidak salah. Apa yang dikatakan mommy Cole memang benar. "Atau apa mungkin gadis itu yang Sedang menipumu?" tanya nya lagi.
Sangat wajar jika ibunya berpikir demikian. Siapapun juga akan memikirkan hal yang sama. Selama ini mereka bahkan tidak pernah mendengar tentang Cole yang memiliki seorang kekasih.
Putranya bahkan tidak sedang menjalin asmara atau apapun yang berpotensi untuk menjadi pasangan dimasa depan, tapi dalam sekejap tiba-tiba saja mereka mendengar bahwa dalam waktu dekat mereka akan menjadi seorang kakek dan nenek. Siapapun pasti akan bertanya-tanya.
"Tidak mom. Tidak ada yang menipu disini." kata Cole bersikap tenang. Karena kenyataannya memang seperti itu. Ini bukan sebuah tipuan atau apapun itu.
Meskipun seharusnya ia sedikit curiga. Tapi bagaimana mungkin ia menjelekkan nama seorang gadis yang terpandang di mata publik.
"Lalu? kau benar-benar menyukainya?" mommy Cole menyipit. "Kau suka gadis itu. Putra mom benar-benar jatuh cinta? wow. Ini luar biasa." tambahnya lagi.
Melihat reaksi yang diberikan mommy nya membuat Cole tersenyum. Mommy nya memang selalu bisa menunjukkan respon yang membuat Cole merasa sedikit lebih tenang meskipun dalam situasi seperti ini. Cole rasa ia bisa mendapatkan dukungan dari orang terpenting dalam hidupnya.
"Aku rasa jatuh cinta terlalu berlebihan mom. Mungkin tertarik." Cole mengabaikan tatapan tak setuju dari mommy nya.
"Tertarik tak akan bisa membawa mu sampai pada titik ini sayang." Meskipun tak sependapat dengan hal itu, Cole juga tidak ingin menyangkalnya lagi.
Karena ia memang sangat tertarik dengan wanita yang katanya tengah mengandung bayi miliknya itu.
"Mom. Apa Papa akan memarahiku?" tanya Cole dengan mata bergetar. Sejak masih kecil Cole selalu dididik dengan ketat oleh ayahnya.
Terlebih lagi karena latar belakang ayahnya yang seorang pimpinan militer. Karena itulah, sekarang Cole merasa seperti terjebak di ladang ranjau.
Setelah lolos dari ranjau yang satu, masih ada ranjau lain yang menunggu dirinya. Jika ia tidak berhati-hati, maka ia akan berakhir mengenaskan.
"Tidak sayang. Kau tahu ayahmu tidak mungkin marah padamu, meskipun terkadang ia kelewat tegas dalam memperlakukan mu. Bicara saja dengannya. Papa mu pasti akan mengerti."
"Kalau begitu, aku minta mom saja yang bicara pada papa. Bagaimana?" Ibu Cole terdiam. Lalu kembali bersuara, "Wah, jadi ini sungguhan?"
Cole bergeming. "Apa aku terlihat bercanda mom?" kini keduanya sama-sama terdiam. Mommy Cole kembali menghela nafas. "Baiklah. Kalau begitu pertemukan kami pada wanita itu, calon istrimu."
Inilah yang Cole harapkan. Bantuin kecil yang sangat berarti, dan Cole sangat berterima kasih untuk itu. "Kami akan bicara dulu mom. Aku akan memberitahu kapan waktunya kalian bisa bertemu."
Hati Cole benar-benar merasa lega, ia sudah mendapatkan dukungan dari keluarganya. Dan sekarang yang tersisa hanyalah keputusan dari Aileen dan juga orang tuanya.
"Aku mencintaimu Mom. Akan ku kabari secepatnya. Aku harus pergi ke kantor lagi." ucap Cole terburu-buru.
"Tidak sarapan?"
"Aku akan datang lagi nanti. Sampaikan salam ku pada papa. Katakan aku menyesal tidak bisa menunggu nya." ucap Cole.
Kini ia sudah memiliki sesuatu dalam dirinya. Ia memiliki orang-orang yang akan mendukungnya dalam situasi apapun. Dan Cole rasa, dirinya bisa untuk naik lebih tinggi lagi.
Seperti tangga keberuntungan sedang berpihak pada dirinya.. Aileen akan menjadi lift tercepat untuk naik ke atas..
...❄️...
...❄️...
...❄️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠
blm ada komentar
2022-08-09
0