...❄️...
...❄️...
...❄️...
Diatas ranjang dengan penerangan yang lebih dari cukup, Aileen buru-buru menghapus jejak air mata yang ada pipinya.
Ia berusaha tersenyum, namun tidak bisa menutupi matanya yang sembab. Ia sedikit tak menyangka jika kecerobohannya hari itu akan membawa dirinya sampai ke titik ini.
Bodoh. Jika tahu akan menyesal seperti sekarang, kenapa juga aku melakukan hal seperti itu? inilah yang disebut karma.
Apa yang ditabur, itu yang akan di tuai. Menyesali semuanya tak akan mengubah apapun. Seharusnya Aileen tahu itu sejak awal.
"Papa Dave?"
Dengan cepat Dave menghampiri putri nya dan memeluknya erat. "Sayang, kau baik-baik saja? syukurlah." Dave mendesah lega.
Perasaan Dave yang tadinya cemas bercampur rasa khawatir lenyap begitu saja saat melihat wajah Aileen.
Ia meraba wajah itu dan mendapati binar asing yang menunjukkan bahwa putri nya sedang tidak baik-baik saja,
"Apakah masih sakit?" tanya Dave lagi. "Katakan pada papa bagian mana yang tidak nyaman sayang, Hem?"
Ini adalah kali pertama bagi Dave melihat putrinya seperti ini. Pasalnya sejak kecil Aileen selalu memiliki tubuh yang sehat. Mungkin sesekali ia mengalami demam, dan juga flu, tapi tidak pernah sampai seperti ini.
Aileen mengerjap dengan perasaan yang bercampur aduk. Setelah tahu fakta tentang kehamilannya, Aileen menjadi sedikit emosional.
Perasaannya mulai bergejolak. Lebih dari pada itu, ia tidak tahu bagaimana harus menjelaskan semua ini pada papanya.
"Papa Dave. Maafkan aku." ucap Aileen, membuat Dave sekali lagi memeluk putrinya erat.
"Tidak apa-apa sayang. Tidak apa-apa. Kau akan baik-baik saja." Saat itu Dave belum mengetahui apapun. Ia hanya mengira jika putrinya hanya mengalami sakit biasa.
"Maafkan papa. Ini salah papa karena membiarkanmu bekerja terlalu keras." seharusnya Dave tahu jika putrinya akan mengalami hal seperti ini. Hal ini memang salahnya. Ia seorang ayah yang ceroboh.
Dari tempatnya berdiri, Cole tak pernah sekalipun mengalihkan pandangannya dari Aileen.
Ia masih berusaha memastikan, bahwa wanita yang berada di atas ranjang pasien itu adalah orang yang sama.
Si wanita penyelinap. Wanita yang hanya meninggalkan dirinya dengan selembar cek senilai seratus ribu dollar. Cih..
"Dokter, tolong katakan apa yang sebenarnya terjadi? sakit apa yang diderita putri ku, apa dia bisa disembuhkan?" tanya Dave, kembali mengkhawatirkan kondisi Aileen.
Tapi anehnya, dokter itu malah tersenyum. Hal itu tentu saja membuat Dave sedikit kebingungan. Ditambah lagi saat dokter itu memulai perkataan nya dengan begitu tenang.
"Jangan khawatir tuan Marsden, putri anda baik-baik saja. Justru ini adalah kabar yang membahagiakan." ucap sang Dokter.
Membahagiakan? apakah aku harus merasa lega? bukankah ini artinya jika Aileen memang baik-baik saja?
"Benarkah?" Dave mengerjap, dan orang-orang yang ada didalam ruangan itu turut merasa lega,
"Nona Aileen hanya perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan baik. Begitu juga dengan makanan dan minumannya. Di awal-awal mungkin akan terasa berat, tapi seiring berjalannya waktu nona Aileen akan terbiasa."
Dave kembali mengernyit bingung. Ia masih tidak bisa memahami maksud dari Dokter tersebut.
"Ini adalah kondisi yang normal. Dan saya sarankan untuk sementara waktu nona Aileen bisa berisitirahat selama satu minggu penuh." Aileen menundukkan kepalanya bungkam.
"Ini adalah masa-masa yang rawan bagi kehamilan nona Aileen." tambah dokter itu. Dan pada saat itu juga Dave kehilangan semua kata-katanya. Putrinya hamil. Hamil. Hamil. Tapi bagaimana mungkin? Dave tidak tahu itu.
Ia akan menjadi seorang kakek? Sekali lagi Dave mengalihkan pandangannya pada Aileen. Ia mencari pengesahan atas berita tersebut.
Mungkin bukan hanya Dave, tapi Cole dan juga Alex yang berada di ruangan itu sama-sama ingin mendapatkan kepastian. Dan juga sebuah penjelasan.
Bagi Cole, berita ini lebih seperti peringatan untuk memupuskan semua niat awalnya. Sejak kata hamil itu dikumandangkan, Cole sudah memupuskan harapannya.
Tentu saja. Bagaimana mungkin wanita yang begitu mempesona dan begitu panas diatas ranjang bisa hidup sendiri terlalu lama? konyol.
Meskipun sejak awal Cole memang berada di sana hanya untuk memastikan jika benar bahwa Aileen adalah wanita itu. Wanita yang dicarinya selama ini.
Tapi entah kenapa ia merasa sedikit kecewa. Rasanya, ia tidak bersemangat lagi untuk melanjutkan permainan detektif tersebut.
Karena Cole sudah mendapat jawaban dari semua keingintahuannya, sudah sepantasnya Cole pergi dari sana. Toh ia bukan siapa-siapa ditempat itu. Tapi anehnya, kaki Cole tidak ingin beranjak.
"Aileen.." Dave sekali lagi memanggil putrinya. Dave ingin mendengar penjelasan langsung dari mulut Aileen.
Gadis itu mengangkat kepala, tapi kali ini bukan untuk melihat Dave. Melainkan ada sosok lain yang tiba-tiba saja mengunci tatapannya..
Mata itu...
Wajah itu..
Tatapan itu...Jelas Aileen tahu apa dan siapa yang dilihatnya saat ini.
Aileen sangat mengenal sosok itu. Bagaimana ia bisa lupa... Pria itu adalah dia..
Deg ..
Semua kata-kata yang tadinya sudah tersusun dengan rapi sebagai sebuah penjelasan dan ingin segera Aileen katakan tiba-tiba hilang begitu saja.
Anehnya ia justru merasa lega. Tidak tahu apa alasan dari kehangatan yang tiba-tiba saja menjalari seluruh tubuhnya itu.
Seperti ia mendapat kekuatan baru dengan cara yang ia sendiri tidak tahu bagaimana harus mengatakannya.
Dan saat melihat keberadaan Cole. Aileen merasa jika keajaiban kecil mulai muncul dalam hidupnya. Aileen tersenyum.
Bodohnya. Apa yang bisa membuat dirinya sampai berpikir seperti ini. Penyemangat apanya? omong kosong!
Konyol jika ia berpikir semuanya akan baik-baik saja hanya karena melihat pria itu ada di dalam kamar sekarang.
Sedang ia sendiri belum memastikan semuanya. Dan penjelasan? sepertinya ia harus melakukan hal itu terlebih dahulu.
"Aileen. Benarkah itu? apakah.." Dave menghela nafas berat. Namun di sisi lain, ia juga merasa lega. Setidaknya, putrinya tidak sedang mengidap salah satu penyakit berbahaya seperti yang ditakutkan nya sejak tadi.
Tak ingin mendesak Aileen lebih jauh, Dave langsung beralih pada pria yang seharusnya berperan penting dalam kejadian ini.
Pria yang nantinya akan menjadi tunangan putrinya. Ah, mungkin suami. Jika mereka akhirnya akan punya anak secepat ini.
Meskipun Dave sangat ingin menyuarakan keberatan atas apa yang sudah terjadi pada putrinya, namun tentu saja Dave tidak bisa membatalkan semua yang sudah terjadi.
Seperti kata pepatah, nasi sudah menjadi bubur. Tidak ada yang bisa dilakukan selain membereskan sisanya.
Dalam rahim putrinya sudah ada sebuah janin yang semakin lama akan semakin membesar.
Dan hal seperti ini tidak bisa ditutupi begitu saja. Mungkin ia bisa mengirim putri nya kemana saja sementara melahirkan calon cucu nya, hanya saja dalam situasi seperti ini, hal seperti itu tidak diperlukan.
Dan untuk menjaga nama baik putrinya, sepertinya pernikahan harus segera dilaksanakan secepat mungkin.
Alex terlihat tegang saat Dave menatap tajam pada dirinya. Wajahnya kaku saat menatap Dave dan Aileen secara bergantian. Ia merasa seperti sedang dihakimi atas apa yang sedang terjadi.
Padahal Alex tidak melakukan apapun. Namun jika dilihat dengan lebih teliti, di bandingkan sebuah penyangkalan, Alex justru merasa sedikit kecewa dan menyayangkan atas apa yang terjadi pada calon tunangannya. Itu artinya, selama ini diam-diam Aileen menjalin hubungan dengan pria lain.
"Sepertinya pertunangan kalian kita batalkan saja." kata Dave. "Kita percepat ke pernikahan. Lagipula bayi ini tidak akan bisa menunggu lebih lama. Aku ingin kalian mempersiapkan semuanya secepat mungkin. Jangan ditunda-tunda lagi." keputusan sudah dibuat. Dan Dave pikir itulah yang terbaik bagi semuanya.
Tapi mendengar perkataan Dave, Aileen hanya bisa menggeleng. Alih-alih meneruskan pernikahannya dengan Alex, Aileen memiliki keputusan nya sendiri.
"Papa, sepertinya aku tidak bisa menikahi Alex." Aileen menyela. Kali ini semua orang yang berdiri di sana melayangkan tatapan penuh tanya pada wanita itu. Seakan-akan wanita itu menolak solusi terbaik yang bisa dilakukan oleh keluarganya.
Kepala Dave terasa berdenyut mendengarkan penolakan putrinya. Bagaimana bisa di situasi seperti ini Aileen menolak untuk menikah.
Padahal jelas bahwa yang ingin Dave lindungi di sini adalah nama baik dari putrinya. "Aileen sayang, kalian harus menikah. Bagaimanapun juga bayi ini.."
"Bayi ini bukan milik Alex papa." sela Aileen lagi. Saat mengatakan hal itu tatapan Aileen masih tertuju pada Cole.
Seketika perasaan asing membanjiri tubuh pria itu. Ia berdebar, sekaligus penasaran. Apa maksud gadis itu dengan tatapannya yang begitu berani..
Meskipun Cole sadar bahwa ia bukanlah bagian dari keluarga itu, entah kenapa Cole masih ingin melihat dan mendengar semuanya.
"Aileen apa maksud mu?" tanya Dave hampir membentak, tapi sesaat kemudian ia kembali merendahkan suaranya.
Dave kembali melayang tatapan penuh tanya pada Alex. Pria itu maju selangkah, tapi kemudian mematung di sana.
"Apa yang dikatakan Aileen benar uncle. Kami tak pernah melakukan apapun yang uncle pikirkan. Bahkan aku tidak pernah menyentuh Aileen sedikitpun." ujar Alex membuka suara. Alex kecewa.
Aileen tertunduk. Ia merasa sedikit bersalah saat melihat tatapan mata Alex. Ia tahu bahwa selama ini pria itu sudah dengan tulus menjalankan peran sebagai seorang calon tunangannya.
"Maafkan aku Alex." gumam Aileen tanpa suara. Dan Alex bisa menangkap rasa bersalah itu dalam sorot mata Aileen. Alex tersenyum samar dengan perasaan yang bercampur aduk.
Selama beberapa bulan terakhir setelah pertemuan keduanya, Aileen memang tidak pernah sekalipun menolak ajakan pergi dari Alex.
Mereka menghabiskan akhir pekan bersama. Sesekali berkencan, makan malam dan juga ke bioskop, seperti pasangan pada umumnya, tapi hanya sebatas itu. Alex tidak pernah sedikitpun menyentuh Aileen kecuali sebatas berpegangan tangan.
Sejak awal Alex sudah merasa bahwa ada tembok tak kasat mata diantara mereka. Dan Alex pun tak pernah memaksakan kehendaknya pada Aileen.
Tapi ternyata, kini ia tahu apa penyebabnya. Wanita itu telah memiliki pria lain dihatinya.
"Tapi aku tidak keberatan untuk menikahi Aileen. Aku juga bersedia menerima bayi itu." kata Alex setelah nya.
"Aku sungguh-sungguh Aileen, Uncle. Jika memungkinkan, biarkan aku yang bertanggung jawab."
Mendengar pernyataan tersebut, Dave benar-benar merasa bingung sekaligus marah. Ia bukan marah pada putrinya, tapi pada dirinya sendiri. Ia merasa gagal menjadi seorang ayah.
Gagal untuk menjaga putrinya yang berharga. Ia pikir selama ini telah memberikan semua yang dibutuhkan putrinya.
Bahkan ia memberikan Sarah untuk menjaga keselamatan Aileen, tapi tetap saja.. sepertinya semua itu tidaklah cukup.
"Tuan." Sarah maju selangkah sambil menundukkan kepalanya. "Ini kesalahan saya. Saya yang tidak bisa menjaga nona dengan baik." ucap Sarah merasa bersalah.
Bagaimanapun ia memiliki andil dalam hal tersebut. Kepala Dave semakin terasa berat.
"Hentikan Sarah." ucap Aileen. "Sejak kapan apa yang ku lakukan menjadi kesalahan mu. Ini masalah ku sendiri, jadi jangan mengambil tanggung jawab atas apa yang terjadi padaku."
"Tapi nona.."
"Aku melakukannya karena aku ingin. Jadi ini bukan kesalahan mu." kata Aileen dengan tegas.
Ia tidak mau menyalahkan orang lain atas apa yang terjadi pada dirinya. Jikapun benar mereka harus menemukan penyebabnya, maka semua itu berawal dari dirinya sendiri. Bukan Sarah ataupun pria itu.. tapi dirinya.
"Aileen." Kata Dave kembali kehilangan kata-katanya. "Aku tetap akan menikah papa. Tapi dengan pria lain, ayah dari bayi ini." kata Aileen lagi.
Dan sekali lagi semua perkataan itu membuat semua yang ada diruang terkejut. Termasuk Cole. Ia memuji keberanian Aileen untuk mengambil alih tanggung jawab atas dirinya.
Sepertinya wanita itu bukanlah wanita manja yang tak bisa melakukan apa-apa. Sikap Aileen mengubah sedikit pandangan Cole terhadap dirinya.
Dave menggeleng.. Ia tidak bisa berkata-kata dengan situasi yang benar-benar membingungkan seperti ini.
"Aileen sayang.." kata Dave menghela nafas berat. "Kau istirahat saja, biarkan masalah ini papa yang selesaikan." kata Dave meminta. Tapi sekali lagi, Aileen menolak.
Wanita itu langsung beralih ke Alex. Ia benar-benar harus meminta maaf pada pria yang selama ini telah menjalankan perannya sebagai seorang kekasih.
Aileen tahu betul Alex adalah pria yang baik, dan seandainya saja ia memiliki sedikit ketertarikan pada pria itu, maka Aileen tidak akan ragu memilih Alex sebagai suaminya. Tapi nyatanya ia tidak memiliki rasa sedikitpun.
"Alex. Maafkan aku. Tapi aku tidak bisa menikahi mu." ucap Aileen. Ia merasa konyol dan bodoh disaat yang bersamaan.
Ini adalah drama terburuk dalam hidupnya. "Anak ini." Aileen memegang perutnya. "Harus tumbuh bersama kedua orang tuanya."
Seperti mengetahui maksud dari perkataan Aileen, Sarah langsung menyela pembicaraan tersebut;
"Nona, saya akan mengurus nya." kata Sarah. "Tuan, percayakan saja urusan ini pada saya." Sarah juga mencoba untuk meyakinkan Dave agar semua drama ini segera berakhir.
Sarah bisa melihat jika Aileen mulai merasa terganggu dengan pembicaraan yang tak akan ada habisnya itu.
"Tidak perlu Sarah." kata Aileen, ada ketegasan dan keyakinan dalam suara itu. Aileen bukan ingin menolak bantuan Sarah, hanya saja, saat ini tak perlu mencari seseorang yang sudah berada di depan matanya. "Tapi nona,"
"Kebetulan sekali kau ada disini, siapa namamu?" Aileen mengalihkan topik nya. Kali ini ia berbicara pada Cole.
Pria itu mengerutkan dahi, mengenali setiap pandangan yang mulai tertuju pada dirinya. Ia adalah orang asing. Saat ini. Begitu juga dengan beberapa bulan sebelumnya.
"Cole. Cole Maxim." jawabnya. Aileen tersenyum samar. Dan senyum itu membuat dada Cole berdebar tak nyaman.
"Kau sudah mendengarnya bukan? aku mengandung. Dan seperti yang kau tahu, kau harus memiliki bayi ini." kata Aileen.
Kini keputusan Aileen lah yang harus dituruti semua orang. Dave yang tadinya masih kebingungan, kini bisa mencerna sedikit dari perkataan putrinya.
Pria yang ada di sana, pria yang sejak tadi diam-diam mengamati semaunya, ternyata adalah pria yang memiliki andil atas masalah yang sedang terjadi sekarang. Tapi bagaimana bisa? bukankah mereka tidak saling mengenal?
"Aileen. Sepertinya kita harus bicara." kata Dave. "Begitu juga dengan dirimu anak muda." Tambah Dave mengarah pada Cole. Saat itu, Cole benar-benar tidak tahu mengapa dirinya harus terlibat.
Tapi dari apa yang wanita itu maksudkan, dirinya lah yang harus bertanggung jawab. Itu artinya, kejadian malam itu menghasilkan sesuatu diantara mereka. Bayi dalam rahim wanita itu adalah miliknya. Tapi benarkah?
"Baik lah." sahut Cole terdengar kaku. Dari raut wajahnya tentu saja semua ini ada diluar rencananya.
Setelah drama singkat itu, Dave pun mau mengalah untuk menunda semua pertanyaannya sampai dokter selesai memeriksa Aileen.
Dokter pun menyarankan agar malam ini Aileen menginap untuk melanjutkan pemeriksaan pada besok harinya. Dan inilah yang dilakukan gadis itu. Kembali berbaring diatas ranjang dengan ruangan yang berbau kaporit.
Setelah semua orang pergi, hanya ada Dave dan juga Cole yang masih bertahan di dalam ruangan. Meskipun Aileen sudah merasa lelah, tapi sepertinya papa Dave tidak akan mau menunggu hingga besok.
"Papa Dave." Aileen kembali bersuara. Kali ini ia akan mencoba membujuk papanya agar mau menunda semua pembicaraan hingga besok pagi. Tubuhnya benar-benar merasa lelah.
"Ya sayang. Kau butuh sesuatu?"
"Sebaiknya kalian berdua pulang saja." kata Aileen. "Bisakah kita bicara saat matahari sudah kembali bersinar? rasanya kepalaku mau pecah." ucap Aileen.
Seakan mendukung perkataannya, wajah wanita itu sudah menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
"Papa akan tetap di sini menjaga mu sayang. Kau istirahat saja." kata Dave tidak ingin meninggalkan Aileen sendirian.
"Tapi papa."
"Tidurlah sayang. Papa akan tetap disini meskipun kau bersikeras menyuruh papa untuk pulang." ulang Dave.
"Dan kau, kembali lah nak," Dave beralih pada Cole yang masih tidak tahu harus mengatakan apa.
Hanya dalam hitungan jam, sesuatu mengubah dirinya dari pria singgel menjadi seorang pria yang akan memiliki seorang bayi.
"Kita akan bicara lagi setelah kondisi putriku membaik. Kami akan menghubungi mu.." kata Dave memerintah.
"Baiklah. Aku menunggu pembicara selanjutnya." kata Cole menurut. "Dan tentu saja, aku tidak akan lari dari tanggung jawab jika itu memang keharusan ku."
Mendengar perkataan Cole, Aileen benar-benar merasa jauh lebih baik. Setidaknya, ia menyukai cara pria itu menyikapi sesuatu.
Cole melihat pada Aileen, lalu menunjukkan rasa syukur atas kondisi wanita itu yang saat ini sudah baik-baik saja.
"Aku akan meninggalkan kartu namaku pada pengawal mu. Kabari aku jika kau siap untuk bicara."
...❄️...
...❄️...
...❄️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠
ko ngk ada lagi she
2022-07-11
2