...❄️...
...❄️...
...❄️...
Aileen yang hampir saja terpejam setelah percintaan panasnya dengan Cole buru-buru bangun untuk membersihkan dirinya; sedangkan Cole hanya tersenyum sambil menatap punggung Aileen.
"Kemari lah sayang.. aku masih merindukanmu." kata Cole. Aileen hanya berpaling sesaat.
Jantung Cole tiba-tiba saja berdebar. Sorot mata Aileen berubah menjadi asing baginya; "Kenakan pakaian mu." katanya kemudian berjalan kearah kamar mandi, meninggalkan Cole dalam kebingungan.
Cole benar-benar tak mengerti; baru saja Aileen terasa panas dan menggairahkan dibawahnya, tapi hanya dalam hitungan menit, wanita itu telah berubah menjadi sosok yang begitu dingin.
"Apa Aileen memiliki kepribadian ganda? Heii.. itu tidak mungkin." Cole menepis jauh-jauh pikirannya.
Tak lama kemudian, Aileen pun keluar dari kamar mandi; wanita itu sudah mengenakan semua pakaiannya; Cole juga sudah mengenakan semua miliknya.
"Ayo kita bicara." kata Aileen. Saat ini Cole yakin, bahwa yang ada dihadapannya bukanlah sosok yang tadi tidur dan berbagi kehangatan diatas sana.
Berusaha menepis seluruh pemikiran konyol itu; Cole pun duduk di sebelah Aileen seraya berharap sosok Aileen yang hangat muncul kembali..
"Kita batalkan saja pernikahan kita."
Senyum yang tadinya masih merekah di wajah Cole menghilang dalam sekejap, "Oh ayolah Aileen." kata Cole mengusap wajahnya.
"Ini tidak lucu. Apa aku melakukan kesalahan? atau kau tidak puas dengan cara kita bercinta tadi?" sahut Cole merasa konyol.
"Aku sungguh-sungguh, Cole. Aku tidak bisa menikah dengan mu. Kau dan aku hanyalah orang asing."
"Orang asing? orang asing yang bercinta dengan begitu panas maksud mu? dan itu baru saja terjadi beberapa waktu yang lalu Aileen." Cole berdecak marah. Terasa konyol bagi Cole jika menerima semua keputusan Aileen begitu saja.
Aileen mengepalkan tangannya lalu berpaling; "Anggap saja itu adalah ucapan perpisahan kita." kata-kata yang tak tahu malu itu keluar begitu saja dari mulut Aileen.
Cole tertawa sinis, "Kau gila. Ini gila Aileen." Cole mendesah. Ia tidak suka dengan perasaannya.
Perasaan terabaikan dan juga Aileen yang semakin menjauh darinya. Ia di campakkan, lagi.
"Katakan apa kesalahanku padamu. Jika aku memang melakukan sesuatu yang tidak kau sukai, aku akan mengubahnya, hem? tapi jangan katakan jika kita adalah orang asing." Cole menatap Aileen dan mencari sesuatu dalam tatapan wanita itu. Mereka bukanlah orang asing.
Orang asing tak akan berbagi kehangatan seperti yang mereka lakukan tadi. Orang asing juga tak akan saling merindukan; bahkan Cole sangat yakin; bahwa bukan hanya dirinya, tapi Aileen juga.
Dan orang asing juga tak akan merencanakan sebuah pernikahan seperti yang telah mereka lakukan, bahkan orang asing tak akan membuat mu berdebar seperti ini. Rasanya hampir gila.
"Aileen, ku mohon. Jangan katakan bahwa kita akan mengakhiri semuanya seperti ini." Cole mengerang frustasi.
Aileen menjauhkan sedikit tubuhnya dari Cole, dan saat itu perasaan tak nyaman semakin menenggelamkan Cole hingga ke sudut terdalam hatinya.
"Aku benar-benar tidak bisa meneruskan pernikahan kita. Maafkan aku." kata Aileen. Mendengar kata-kata itu untuk kesekian kalinya membuat tubuh Cole serasa mati. Cole berubah kaku dengan darahnya yang mengalir sangat cepat.
Berapa kali pun Cole berusaha untuk mencerna perkataan sederhana itu, tapi otaknya tetap saja menolak untuk mengerti.
"Apa alasan mu Aileen?" kata Cole dengan suara rendah. "Aku hanya berubah pikiran. Setelah ku pikirkan lagi, pernikahan bukanlah satu-satunya jalan yang aku inginkan. Dan inilah keputusan ku, aku ingin membatalkan pernikahan kita." katanya.
Sebagai seorang pria, baru kali ini Cole merasa tak berdaya oleh sebuah kata-kata. Bahkan ketulusan yang dimilikinya selama ini sudah dihancurkan beberapa detik yang lalu. Dan harga dirinya pun seperti tak ada gunanya lagi.
"Jujur saja Aileen. Apakah selama ini aku salah sangka terhadap hubungan kita? Apa yang kita lakukan barusan tak ada artinya bagimu? aku kira kau juga memiliki perasaan yang sama seperti yang aku rasakan padamu. Aku akui jika hubungan kita memang masih begitu baru, tapi aku rasa ini tidak benar." Cole masih berusaha mencari jalan terbaik bagi keduanya.
"Jika kau tidak siap untuk menikah sekarang, bagaimana jika kita ubah saja ke pertunangan. Aku rasa itu masih bisa kita bicarakan; kita bisa lebih saling mengenal satu sama lain seperti yang kau inginkan."
"Beri aku waktu untuk membuat mu yakin, bahwa aku bisa menjadi pasangan yang kau butuhkan." Cole menggenggam erat tangan Aileen dan menciumnya dalam.
"Maafkan aku Cole. Aku tidak bisa. Seperti yang ku katakan; aku tidak menginginkan sebuah pernikahan. Aku hanya ingin sendiri."
Cole tertunduk dalam. Helaan nafas panjang tak membuatnya merasa lebih baik; "Kau pikir aku percaya itu Aileen? aku tau kalau kau sedang berbohong." kata Cole.
"Seseorang yang ingin sendiri tak akan menjadi sensitif saat disentuh. Tapi kau, kau berbeda." wajah Aileen merona. Cole mengatakan kebenaran.
"Bagaimana dengan bayi yang ada di dalam perutmu? bayi itu juga anak ku. Aku ayahnya. Bagaimana bisa kau memutuskan hal seperti ini tanpa membicarakan semuanya padaku terlebih dahulu.
Apa karena aku tak memiliki status yang sama seperti dirimu? karena keluarga ku tidak sebanding dengan keluarga mu? apa karena itu?" Cole menatap Aileen tak percaya.
Setelah wanita itu menjungkirbalikkan kehidupannya, sekali lagi Cole harus merasakan hantaman yang luar biasa tepat di uluh hatinya.
Dan semua itu karena orang yang sama. Cole diremukkan bahkan sampai tak berbentuk lagi. Hatinya benar-benar tak dianggap sama sekali.
"Karena itulah sekarang aku mengatakannya sekarang, Cole. Dan keputusan ku sudah bulat. Aku tidak bisa menikah dengan mu." sahut Aileen. Dengan satu tarikan nafas, Aileen menatap Cole dengan tegas.
"Semua ini tidak ada hubungannya dengan status atau apapun, hanya saja, aku yang berubah pikiran. Dan aku tidak ingin melanjutkan semuanya. Maafkan aku."
Sejak mengetahui apa yang Cole lakukan dibelakangnya, Aileen sudah memantapkan hatinya untuk meninggalkan pria itu.
Aileen tidak bisa mentoleransi sebuah penghianatan. Entah Cole bersungguh-sungguh melakukannya, ataupun hanya sekedar bermain-main.
"Apa kau sungguh-sungguh ingin melakukan ini Aileen? kau sungguh-sungguh ingin membatalkan pernikahan kita? pernikahan yang akan berlangsung lusa?" Cole meninggikan suaranya.
Cole tidak habis pikir dengan apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka. Seberapa kali pun Cole mencoba untuk mengerti, tetap saja tidak bisa.
Cole tidak bisa menemukan alasan yang benar bahkan jika ia memposisikan dirinya sebagai Aileen. Cole tidak tahu dimana letak kesalahannya.
"Kau benar-benar tega Aileen. Bagaimana bisa kau membuat bayi kita lahir tanpa status yang jelas. Apa sebenarnya kau juga berniat mengatakan pada bayi itu nantinya kalau ayahnya sudah mati, begitu?" kilatan marah dan juga suara Cole yang semakin menajam menusuk hati Aileen.
Semua kemarahan Cole tidak bisa dibendung lagi. Meskipun ia berusaha untuk meredam emosinya, tapi dengan sikap Aileen yang seperti ini, Cole tidak bisa. Ia tidak bisa mengendalikan dirinya lagi.
"Kau benar-benar luar biasa. Apa ini dirimu yang sebenarnya?"
Melihat Aileen yang tidak bergeming sedikitpun, Cole hanya bisa memaki dirinya sendiri. Ia meluapkan semua kemarahannya dengan memukul udara.
"Aku tidak percaya jika kau akan sekejam ini Aileen. Ternyata aku salah menilai mu." kata Cole lirih.
"Aku tanya sekali lagi. Apa kau tidak berniat merubah keputusan mu? aku akan menganggap jika semua yang tadi kau katakan tak pernah terjadi." bujuk Cole menurunkan sedikit egonya.
Aileen menunduk. Wanita itu menyembunyikan wajahnya yang memanas. Ku mohon tidak sekarang. Aku tidak ingin menangis di sini. "Maafkan aku Cole." katanya lagi.
Mendengar penolakan Aileen untuk kesekian kalinya, membuat perasaan Cole terluka. Tidak hanya harga dirinya, tapi juga egonya telah di injak-injak oleh wanita itu.
"Kau gila. Kau benar-benar gila."
Itulah kata-kata terakhir Cole sebelum pria itu pergi meninggalkan kamar Aileen dengan penuh kemarahan...
...❄️❄️...
Tok...Tok..
"Nona, anda baik-baik saja?" Sarah mengetuk pintu kamar Aileen secara berulang. Sejak kedatangan Cole terakhir kali, Aileen terus mengurung diri di dalam kamarnya.
Aileen tidak keluar sejengkal pun, bahkan untuk pergi bekerja seperti yang selalu disukainya.
Sarah hanya bisa menghela nafas gusar, sudah berhari-hari berlalu sejak hari itu. Tapi nona nya masih saja melakukan hal yang sama. Mengurung diri.
"Nona. Anda harus sarapan." Sarah mencoba lagi. "Pikirkan bayi anda. Bayi anda sedang membutuhkan banyak nutrisi. Kalau anda sakit bagaimana? Kalau anda terus seperti ini, bayi anda juga akan merasa sedih."
"Nona, ayolah. Anda jangan seperti ini. Saya tahu anda sedih. Tapi anda harus tetap bersemangat. Masih banyak pria yang lebih baik diluar sana. Anda pasti bisa bertemu dengan salah satu pria yang benar-benar mencintai anda nantinya."
Sarah tak henti-hentinya mengetuk pintu sambil menempelkan telinganya; ia begitu mengkhawatirkan Aileen.
"Atau kita pergi lagi ke B.C? bukankah nona suka di sana? Nona bilang pemandangan di sana bagus. Dan udaranya jauh lebih segar. Lagipula masih banyak yang perlu nona selesaikan di sana. Kita bisa juga berlibur sambil bekerja. Saya akan menemani Nona kemana saja. Nona mau kan?"
Tok...Tok... "Nona, ayolah. Tolong jawab saya, jangan buat saya mengkhawatirkan anda seperti ini!"
Sedangkan dibalik sisi lain ruangan; Aileen yang mendengar suara bujukan Sarah hanya menggeleng tak peduli.
"hulf.. ada-ada saja." Alih-alih membuka pintu, Aileen justru memasang earphone di telinganya. Bukannya tidak ingin keluar, Aileen hanya merasa sedang tak ingin berjumpa dengan siapapun. Termasuk Sarah dan juga papanya.
Aileen tak suka saat orang-orang menatapnya dengan tatapan iba dan mendekatinya hanya karena ingin mengorek-ngorek apa saja yang sudah terjadi diantara dirinya dan Cole.
Jika ditanya tentang perasaannya? tentu saja saat itu Aileen merasa sedih. Tapi hanya sampai di sana. Perasaan sedih tak sampai membuatnya harus mengurung diri seperti yang Sarah khawatirkan.
Kesedihan yang dirasakannya hanya untuk beberapa saat saja. Terlebih karena Aileen menyayangkan kenyataan bahwa Cole tidak bisa menjadi satu-satunya pria dalam hidupnya. Padahal jika dipikir-pikir; mereka sangat serasi dalam berbagai hal.
Dan bagi Aileen pribadi, Cole juga merupakan sosok pria yang begitu sempurna untuk dijadikan seorang partner. Tidak hanya sosoknya, tapi juga ada banyak hal dari pria itu yang bisa membuat Aileen terpikat dalam waktu singkat.
Cole bisa membuat hati Aileen berdebar karena satu kata dari yang keluar dari mulutnya. Bahkan Cole bisa membangkitkan sisi liar dalam diri Aileen hanya dengan menatap matanya.
Tapi sayang, semua itu tidaklah cukup baginya. Aileen tidak menyukai pria yang tidak setia seperti Cole. Itulah yang Aileen sayangkan dari keyakinannya pada pria itu.
Alih-alih memaksakan hubungan yang seperti itu diantara dirinya dan Cole, Aileen lebih memilih untuk hidup sendiri. Seperti kata Sarah; ada banyak pria diluar sana yang mungkin lebih cocok untuk dirinya..
...Dan aku harap, pria yang nantinya mencintaiku, juga bisa mencintai mu bayi kecil....
"Bagaimana, apa Aileen masih tidak mau keluar dari kamarnya?" Kini giliran Dave yang mulai mengkhawatirkan keadaan putrinya. Sarah menggeleng lemah. "Nona bahkan tidak menjawab kata-kata saya tuan." kata Sarah lemah.
"Sepertinya nona benar-benar merasa sedih karena gagal menikah." tambahnya lagi. "Anda harus membujuk nona tuan, kalau terus seperti ini, bisa-bisa nona jatuh sakit lagi." kekhawatiran yang sama pun dirasakan oleh Dave.
Melihat Sarah yang dibuat sampai tak berdaya seperti ini, membuat Dave menghela nafas panjang; alisnya bertaut karena memikirkan Aileen; "Baiklah. Biar aku yang membujuknya lagi. Kembalilah bekerja." perintah Dave.
"Baik tuan." Setelah mengangguk samar, Sarah kembali berjalan gontai menuju ke ruang kerjanya.
...❄️...
Berbeda dengan Aileen; Cole justru terlihat cukup kacau setelah perpisahan sepihak nya dengan Aileen.
Pernikahan yang seharusnya menjadi momen paling membahagiakan dalam hidup Cole berubah menjadi hari yang tragis.
Dan yang sangat membuat Cole kecewa dan marah adalah karena keluarganya menjadi bahan pergunjingan.
Seperti Cole sendirilah yang telah mencorengkan aib di wajah kedua orang tuanya.
Mau direnungkan seperti apapun; Cole masih belum bisa menerima semua keputusan Aileen yang begitu tiba-tiba.
Di saat perasaannya baru saja bertumbuh dan bersemi, dengan kejamnya semua itu di musnahkan dalam sekejap. Bahkan tanpa mempertimbangkan sedikitpun dari ketulusan yang dimilikinya.
Tok..Tok..
Suara ketukan menginterupsi Cole sejenak; "Masuk." dari balik pintu muncullah sosok yang hampir setiap hari tak pernah melewatkan waktu kunjungannya.
Steve memamerkan senyum sumringah ala pria penggodanya; "Cole, malam ini kami akan pergi berpesta. Kita akan berkumpul dengan yang lain, kau ikutkan? Sudah lama kita tidak bersenang-senang." dibalik tawanya, sejujurnya Steve menatap Cole, prihatin.
Sejak Cole kembali ke kantor beberapa hari yang lalu, Cole menjadi sosok yang lebih dingin dari sebelumnya, bahkan pada Steve yang seharusnya selalu menjadi pengecualian.
"Tidak. Kalian saja." tolak Cole. Pria itu masih terus berfokus pada layar di depannya. "Kenapa? kau sibuk? tapi ku rasa tidak ada pekerjaan yang mendesak." pikir Steve. "Ada hal lain yang harus segera ku bereskan." sahut Cole lagi.
Steve diam sejenak. Tangannya mengetuk tepian meja. "Aku tahu ini cukup berat untuk mu. Tapi kau harus lebih bersantai kawan. Berikan waktu pada dirimu juga. Ini bukan akhir dari segalanya."
Sebagai teman, Steve benar-benar bersimpati pada Cole. Di perusahaan nya sendiri pun, pria itu bahkan dijadikan bahan pergunjingan. Semua orang mulai bertanya-tanya tentang kebenaran dibalik berita pernikahan itu.
Bahkan ada yang mengatakan bahwa itu hanyalah tipuan untuk meningkatkan popularitas yang Cole miliki.
Dan meskipun Cole nampak tak perduli saat orang-orang terus saja membicarakan tentang dirinya; tapi sebagai teman Steve peduli.
"Ayolah kawan. Kau harus bergabung bersama kami. Jangan sia-siakan masa muda kita hanya dengan bekerja. Lagi pula hidup hanya sekali. Kapan lagi kita bisa bersenang-senang tanpa batas seperti sekarang." bujuk Steve lagi.
Cole hanya mengernyit. Pria itu sepertinya tak setuju dengan apa yang Steve katakan; tapi Steve tidak peduli.
Sahabatnya harus mendapatkan penghiburan yang layak, dan Steve tidak mengijinkan Cole mengasingkan diri seperti sekarang..
"Pokoknya kau harus ikut. Mengerti? kalau kau masih menganggap kami temanmu, kau harus datang." putus Steve.
Cole bergeming. Sejak hari itu, Cole sudah tak berniat untuk hidup seperti dulu lagi. Karena berada di sanalah awal mulanya Cole mengira bahwa ia bertemu dengan takdirnya. Aileen.
Tapi ternyata semua itu hanyalah omong kosong. Dan semua itu kini telah menjadi salah satu ingatan buruk bagi Cole.
Perlahan-lahan Cole mulai membenci klub dan juga alkohol. Setiap mendengar nama-nama itu disebutkan; yang muncul dipikiran Cole hanyalah Aileen. Dan Cole tidak suka kenyataan itu.
Setiap kejadian yang berhubungan ataupun yang terus mengingatkannya pada Aileen, hanya akan membuat Cole semakin terpuruk.
Rasanya ia tak bisa merelakan semua itu, mau Bagaimanapun Cole berusaha; setiap saat ia akan terus mengingat dan merasakan betapa hancur dan terlukanya perasaan Cole setelah semua kebahagiaan yang menggebu-gebu.
Sebagai seorang pria yang masih memiliki hati; Cole hanya berharap, agar bayi yang ada didalam kandungan Aileen selalu dalam keadaan sehat, bagaimanapun, itu adalah darah dagingnya. Dan Cole tak akan melupakan satu kenyataan itu.
"Seharusnya kau tidak keras kepala Aileen. Seharusnya kau tidak meninggalkan aku seperti ini."
...❄️...
...Malam harinya.....
Alih-alih untuk pergi menemui Steve dan teman-temannya di klub, Cole memilih untuk melakukan perjalanan dinas tahunannya. Perjalanan yang seharusnya ia lakukan beberapa hari lagi, menjadi dipercepat karena hatinya yang terus merasa gelisah.
Ring...Ring..
ponsel Cole berbunyi. Ini sudah keempat kalinya, dan saat ini waktu sudah menunjukkan tepat pukul 10 malam.
"Ada apa?" sahut Cole singkat. "Kau tidak datang?" tanya Steve disertai suara bising seperti yang seharusnya. Cole menjauh sedikit ponselnya agar terhindar dari suara bising tersebut
"Aku sedang di bandara. Aku akan pergi memperbaharui kontrak kerjasama di Boston" sahut Cole.
"Apa...? kau bilang apa?"
"Aku akan pergi ke Boston."
"Kau akan pergi malam ini? bukankah seharusnya lusa?" suara Steve terdengar terkejut;
"Ada banyak pekerjaan yang harus ku lakukan di sana. Sampaikan maaf ku pada semuanya. Selamat bersenang-senang." setelah mengakhiri langsung panggilan itu, Cole juga menonaktifkan ponselnya.
"Cole tidak datang lagi?" tanya Andrew salah satu teman dekat keduanya. Steve hanya menggeleng lemah; meskipun merasa sedikit kecewa, tapi Steve bisa memaklumi keputusan Cole. Semua orang memang memiliki caranya masing-masing untuk menyembuhkan luka.
"Kita saja yang berpesta. Kau tahu sendiri bagaimana Cole bukan? Bila saatnya tiba, Cole juga akan kembali seperti sebelumnya." Steve tersenyum.
"Kau benar kawan. Tapi jika dipikir-pikir lagi; Karena hal seperti inilah aku tidak ingin cepat-cepat membuat komitmen meskipun aku memiliki kekasih; aku takut jika akhir cerita kami akan berubah buruk seperti Cole."
"Tidak semua hubungan seperti itu kawan." balas Steve. "Mungkin saja, saat ini bukan saat yang tepat bagi Cole."
"Semoga saja."
...❄️...
...❄️...
...❄️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠
semangat
2022-08-26
0