...❄️...
...❄️...
...❄️...
"Kau yakin ingin menikah dengan pria itu Aileen? bukankah kalian baru saling mengenal, itupun beberapa bulan yang lalu." Alex mendengus.
"Apa kau tidak ingin mempertimbangkan aku. Aku bisa menerima anak itu dan juga dirimu." Alex menatap Aileen dengan tatapan khawatir.
Setelah keluar dari rumah sakit, Aileen memutus untuk tidak menunda terlalu lama menyelesaikan masalahnya. Karena itulah sekarang ia bertemu dengan Alex. Mereka harus bicara.
Meskipun tidak menginginkan adanya pernikahan dengan Alex tapi Aileen tahu jika selama ini Alex menyimpan perasaan padanya.
Aileen juga tahu jika Alex memiliki hati yang baik. Hanya saja hati yang baik tidaklah cukup untuk hubungan yang akan mereka lewati seumur hidup.
Ia butuh sesuatu yang lebih dari itu. Dan untuk pertama kalinya, Aileen merasa tidak apa-apa untuk melewati hidup bersama seorang pria, jika pria nya adalah orang itu.
"Sebenarnya aku juga tidak yakin Alex. Hanya saja," Aileen menunduk. "Apa menurut mu anak ini akan bahagia jika pada akhirnya nanti dia tahu bahwa aku tidak memilih untuk hidup bersama dengan ayahnya, tapi lebih memilih bersama mu?" kata Aileen.
"Lagipula aku juga belum bicara dengan pria itu. Aku tidak tahu apakah dia mau menerima anak ini ataukah sebaliknya." Tanpa sadar Aileen memegang perutnya, "Aku tahu kamu adalah pria yang baik Alex, tapi aku rasa hubungan kita tidak akan berhasil."
"Dan meskipun aku tidak tahu bagaimana masa depan, aku tetap ingin memastikan semuanya sendiri, apakah pria itu mau bertanggung jawab atau sebaliknya. Karena bagaimanapun, aku pun sadar, jika malam itu akulah yang telah melakukan kesalahan." Aileen menundukkan wajahnya malu. Ini benar-benar konyol.
Rasanya, semua citra dirinya yang telah ia bangun selama ini hanyalah omong kosong saja. Bahkan disaat seperti inipun, ia tidak bisa menegakkan kepalanya.
Alex menghela nafas panjang, "Karena itulah lebih baik kamu menikah dengan ku. Aku akan menjagamu dan juga anak itu. Aku bisa mencintai kalian berdua." kata Alex lagi.
"Alex, aku minta maaf. Aku tidak ingin melakukan kesalahan yang lain lagi. Aku ingin memperbaiki semuanya. Terlebih lagi, aku ingin menemukan sendiri, apa yang sebenarnya aku cari. Aku benar-benar ingin menemukan jalanku sendiri."
"Tapi aku mencintaimu Aileen. Tolong berikan kesempatan yang sama untuk ku juga. Jika nanti pria itu tidak ingin bertanggung jawab padamu, tolong biarkan aku yang berdiri di samping mu, aku mohon." pinta Alex.
Kali ini Aileen bisa merasakan kesungguhan pria yang menatapnya dengan mata berbinar.
Dan jika memang pada akhirnya, perkataan Alex menjadi kenyataan, Aileen bahkan tak yakin apakah ia bisa melakukan hal yang sama. Ataukah sebenarnya, ia hanya perlu belajar untuk menerima semuanya..
"Alex..,-
"Aku tidak apa-apa Aileen." pria itu meraih tangan Aileen dan menatap nya dengan sorot mata sendu. "Aku akan menunggu mu. Aku bisa menunggu sampai kau bisa menentukan pilihan antara aku atau ayah bayi itu. Meskipun tahu peluang ku kecil, aku hanya ingin agar kamu bahagia." Alex tersenyum lembut.
"Apalagi saat ini kau sedang mengandung. Jangan pikirkan hal lain. Pikirkan saja dirimu. Anak itu juga membutuhkan kebahagiaan. Dengan kamu yang bahagia, maka anak itu juga akan tumbuh menjadi anak yang dicintai." kata Alex.
"Apapun keputusan mu, aku menghormatinya, dan ingatlah bahwa aku akan selalu ada di pihak mu."
"Terimakasih Alex. Terimakasih sudah mau mengerti maksud ku, dan maaf. Aku tahu jika kata-kata saja tidak akan bisa memperbaiki semuanya, tapi aku sungguh-sungguh."
Aileen tak bisa menyembunyikan raut wajahnya yang tak enak hati karena telah membuat Alex berada dalam posisi ini.
Meskipun sadar telah menyakiti pria itu, tapi Aileen juga tak bisa melakukan hal yang sebaliknya. Karena ia yakin, bahwa hal itu nantinya akan menyakiti mereka berdua.
"Aku tahu, Aileen.. aku tahu."
...❄️...
Setelah mereka bicara, Aileen merasa sedikit lega. Alex bisa memahami juga menghormati keputusannya. Itu saja sudah cukup untuk saat ini.
Aileen merasa bersyukur karena Alex tidak menuntut hal-hal yang tidak akan bisa ia penuhi. Meskipun sadar akan perbuatannya yang telah menyakiti pria itu, Aileen akan tetap pada pendiriannya.
Untuk kebaikan mereka bersama, mereka memang tidak ditakdirkan untuk menikah. Aileen tidak ingin terjebak dalam ikatan seperti dirinya dan Alex. Karena ia tidak memiliki perasaan sedikitpun pada pria itu.
Bahkan sejak awal Aileen memang tidak berniat untuk menikahi Alex, tapi karena itu adalah keinginan ayahnya, ia terpaksa untuk menyetujui nya.
Tapi sekarang, Aileen punya alasan untuk menjalani kehidupannya sendiri. Dan syukurlah, pembicaraannya dengan Alex berakhir dengan baik.
Setidaknya satu masalah sudah bisa teratasi. Dan sisanya adalah bicara dengan pria itu. Ayah dari bayi yang ada didalam kandungan nya. Cole Maxim.
"Nah bayi kecil. Selanjutnya kita hanya bisa melihat bagaimana peruntungan mu. Apapun yang terjadi aku akan melindungi mu. Aku harap kau mau berjuang bersama ku." Aileen tersenyum.
...❄️...
Setelah meninggalkan hotel, Aileen yang saat itu ditemani Sarah langsung pergi ke perusahaan milik Cole. Seperti janjinya pada pria itu, mereka juga harus bicara. Dan menurutnya saat inilah waktu yang tepat untuk mereka bicara.
Di dalam mobil Aileen berulang kali menghela nafas berat. Tapi ia tidak bicara sepatah katapun. Sehingga Sarah yang memperhatikan nya lewat kaca spion juga turut menghela nafas.
"Ada apa nona? anda kelihatan sedang banyak pikiran." tanya Sarah. Wanita itu masih sama, kali ini bahkan Aileen menghela nafas secara berulang dan terlihat lebih gusar dari sebelumnya.
"Aku takut Sarah. Sejujurnya aku tidak yakin untuk bertemu dengan Cole." ungkap Aileen dengan jujur.
Cole berbeda dengan Alex. Meskipun keduanya sama-sama orang asing, tapi setidaknya Aileen cukup mengenal Alex setelah beberapa kali mereka bertemu. Beda cerita dengan pria yang akan ia temui nanti..
"Bagaimana jika Cole tidak ingin menikah seperti yang papa Dave mau. Bagaimana kalau dia sudah memiliki kekasih? lalu aku yang orang asing ini tiba-tiba datang menyarankan sebuah pernikahan hanya karena di dalam perut ku ada seorang bayi yang belum tentu diinginkannya. Bisa kau bayangkan apa yang akan Cole pikirkan tentang ku? Aku harus bagaimana?"
Kini Sarah lah yang harus menghela nafas setelah mendengar semua kegelisahan Aileen. "Nona," katanya dengan nada serius, "Apa anda akan mendengarkan saran yang akan ku berikan?" Sarah harus memastikan sampai dimana kesiapan nona nya untuk bertemu dengan Cole Maxim.
Selama ini Sarah cukup mengenal karakter Aileen, wanita itu harus memaksakan dirinya untuk terus bersikap seperti anak yang manis meskipun sebenarnya ia juga ingin menunjukkan sisi dirinya yang lain. Aileen terlalu sering menahan diri.
"Apa kau punya saran yang bagus untuk ku Sarah? katakan, apa itu?" Aileen menatap Sarah dengan mata yang sedikit berbinar.
"Dengarkan aku nona," kata Sarah. "Saat bertemu dengan tuan Cole nanti, anda harus bersikap elegan dan anggun seperti biasanya. Jangan tunjukkan ketakutan ataupun kecemasan anda yang seperti ini." Sarah menatap Aileen sungguh-sungguh.
"Bagaimanapun kita belum mengenal bagaimana karakter pria itu yang sebenarnya. Bisa jadi, Cole adalah pria yang jauh dari harapan anda. Jadi saran ku, ada baiknya anda membuat benteng pertahanan pada diri anda sendiri."
"Menurut mu begitu?"
Sarah mengangguk. "Tapi, bagaimana kalau aku ditolak begitu saja bahkan sebelum kami bertemu? Lagipula, ini adalah kesalahan ku. Aku yang menyeretnya dalam masalah ini." Aileen kembali menunduk lesu.
Aneh rasanya saat ia harus menghadapi situasi yang begitu menguras emosi seperti hari ini.
"Ya ampun nona. Sejak kapan anda kehilangan rasa percaya diri seperti itu? Anda adalah putri dari tuan Dave Marsden. Tidak akan ada hal buruk yang terjadi pada anda. Percaya saja dengan semua kemujuran yang anda miliki selama ini." kata Sarah menyemangati Aileen.
"Dan saran saya, tidak ada salahnya sedikit menunjukkan sisi yang berbeda dengan diri anda yang biasanya." Aileen mengernyit.
"Para pria biasanya akan menjadi lemah jika melihat ada wanita yang tidak berdaya dihadapan mereka. Naluri ingin melindungi akan muncul begitu saja, bahkan lebih besar dari apa yang mereka sadari."
"Jadi maksudmu aku harus berpura-pura lemah?" Sarah mengangguk. "Seperti ini?" Aileen menunjukkan wajah lesu dan tak bertenaga kepada Sarah.
"Jangan lupakan elegannya nona. Meskipun lemah tapi anda tetap harus menunjukkan sisi anggun yang anda miliki."
Wajah Aileen memberengut. "Bagaimana kalau pria itu ternyata menyebalkan?" membayangkan nya saja sudah membuat Aileen sakit kepala.
"Meskipun menyebalkan, saya harap anda tidak memulai pertengkaran seperti biasanya, sebisa mungkin kendalikan emosi anda." peringat Sarah sekali lagi dengan wajah serius.
"Yah.. ya, baiklah. Aku akan menuruti semua yang kau sarankan Sarah. Aku tidak akan mengajaknya bertengkar meskipun nantinya pria itu menyebalkan. Aku tidak akan memakinya, apalagi memukul nya." Sarah mengangguk. "Aku akan mengingat semua itu. Tenang saja."
"Lakukan yang terbaik demi masa depan bayi anda nona. Yakinlah, anda pasti bisa."
...❄️...
Tak lama kemudian, keduanya sudah tiba di perusahaan milik Cole Maxim. Sarah lah orang pertama yang berjalan ke meja resepsionis. Sedangkan Aileen mengikuti dengan tenang di belakangnya.
"Apa direktur kalian ada?" Sarah bertanya pada wanita yang berdiri dibalik meja resepsionis.
"Apa anda sudah membuat janji sebelumnya?" tanya si wanita yang bernama Clara Morgot tersebut. "Belum." jawab Sarah singkat.
"Maaf. jika ingin bertemu dengan Presdir anda harus membuat janji sebelumnya." kata wanita itu lagi.
Sarah mendengus. Ia menghela nafasnya sesaat lalu menatap wanita didepannya dengan tatapan mengintimidasi,
"Tolong sampaikan saja pada Presdir kalian jika ada tamu penting yang ingin bertemu dengannya sekarang juga."
Bukannya langsung melakukan permintaan Sarah, wanita resepsionis itu justru melayangkan tatapan sinis pada keduanya.
"Semua tamu yang datang sama pentingnya. Dan sejak dulu prosedur di kantor ini sudah begitu nona. Lagipula pak Presdir bukanlah orang yang bisa kalian temui sesuka hati. Ada rapat penting yang harus beliau hadiri jadi, tidak bisa." wanita itu kekeh dengan keputusannya.
Mata Sarah membulat dengan tangan terkepal, "Apa?"
"Sarah." Aileen menginterupsi. Ia maju selangkah lalu tersenyum, "Jangan membuat keributan di sini. Tujuan kita bukan untuk itu." Aileen mengingatkan, lalu mengambil alih percakapan itu.
"Maafkan saya nona." Sarah menundukkan kepala lalu mundur selangkah. Meskipun dalam hati Sarah merasa sangat kesal pada wanita yang saat ini masih menatap dirinya dengan tatapan sinis tersebut.
Sialan. Ingin rasanya aku memberikan satu jurus pada wanita itu untuk membungkam mulutnya yang sombong. Kesal Sarah dalam hati.
"Karena Presdir kalian sibuk, bolehkah aku tahu jam berapa rapatnya akan berakhir?" kata Aileen setelah menyela sedikit ketegangan diantara Sarah dan juga wanita di balik meja resepsionis.
"Saya tidak tahu nona. Yang saya tahu Presdir sangat sibuk hari ini."
Mendengar hal itu, Aileen masih berusaha untuk tersenyum. Lagi pula hal seperti ini memang wajar terjadi. Salahnya juga tidak membuat janji temu sebelumnya.
"Kalau begitu biarkan kami menunggu sampai rapatnya selesai. Bolehkan?" tanya Aileen lagi. Clara hanya tersenyum samar. "Silahkan menunggu diruang tunggu yang ada di lobi nona. Akan saya sampaikan pada Presdir jika anda sedang menunggu beliau."
Meskipun masih mendapatkan tatapan sinis, tapi Aileen tidak ingin ambil pusing dengan hal itu. Baginya saat ini yang terpenting adalah bertemu dengan Cole Maxim.
"Baiklah. Maaf telah merepotkan mu." balas Aileen masih mempertahankan senyum ramahnya. "Sarah, ayo."
Sampai diruang tunggu, Aileen mengambil ponselnya lalu mencari nama Cole. Aileen sempat menyimpan nomor Cole yang ia ambil dari kartu nama yang pria itu berikan Sebelumnya.
Bisa kita bicara? Aku menunggu mu diruang tunggu. ketik Aileen lalu mengirimkan pesan itu pada Cole karena tidak tahu berapa lama harus menunggu di sana.
Apalagi katanya pria itu akan sibuk seharian. Jadi sambil menunggu, Aileen memilih untuk tidur dan mengistirahatkan kakinya.
"Aku mau istirahat sebentar Sarah. Tolong bangunkan aku kalau pria super sibuk itu datang." kata Aileen yang sudah memejamkan matanya.
"Baik nona. Saya akan langsung membangunkan anda begitu melihat nya." sahut Sarah.
...❄️...
Di dalam ruang rapat, Cole merasakan ponsel yang ada di dalam sakunya bergetar. Biasanya ia akan mengabaikan setiap panggilan ataupun pesan yang masuk pada saat seperti ini.
Tapi Cole yang merasa sedikit bosan, merogoh kantong sakunya dan membaca pesan yang tertulis di sana.
Ia mengernyit, pasalnya dalam pesan tersebut tidak ada nama pengirimnya, itu adalah nomor yang baru pertama kali ia lihat.
Bicara .. ruang tunggu... Apakah... Ia tidak tahu siapa yang mengirimkan pesan seperti ini pada dirinya. Tapi jika di pikir-pikir lagi, hanya satu orang yang memiliki janji temu dengan dirinya. Orang yang sudah Cole tunggu kedatangannya.. Aileen..
Menyadari hal tersebut, Cole langsung tersentak dan tanpa sadar membuat perhatian orang-orang yang ada di dalam ruangan itu tertuju pada dirinya.
"Rapat nya kita cukupkan sampai di sini saja." Kata Cole, yang tanpa basa-basi langsung pergi meninggalkan ruang rapat. Melihat sahabatnya yang tergesa-gesa, Steve juga langsung menyusul Cole dengan langkah seribu.
"Hei, ada apa? apa terjadi sesuatu?" tanya pria yang bukan hanya anak buah Cole tersebut.
"Hem. Aku harus pergi sekarang. Berikan saja laporan hasil rapat tadi di meja ku." Setelahnya, Cole langsung menghilang di balik lift.
Sampai di lobi, Cole mencari-cari orang yang mengirimkan pesan pada dirinya. Dan didapati nya Sarah yang sedang berdiri di samping wanita yang saat ini duduk membelakangi dirinya.
"Aileen?" panggil Cole. Mendengar suara itu, Sarah langsung berbalik dan melihat Cole. Mata pria itu langsung tertuju pada Aileen yang saat ini sedang tertidur dengan nyaman di atas sofa. "Saya akan membangunkan nona." kata Sarah terburu-buru.
"Tidak. Tidak perlu." cegah Cole. "Dia pasti lelah. Biarkan aku saja yang membawanya." Sarah mengerutkan dahi kurang setuju pada permintaan Cole tersebut. Pasalnya dirinya lah yang harus menjaga nona nya, sekalipun dari pria yang ada didepannya saat ini.
"Tapi tuan,-
"Apa tujuan kalian kesini?" tanya Cole. Kali ini ia menatap Sarah. "Nona ingin bicara, hanya saja katanya anda sedang sibuk, karena itulah nona,-
"Aku mengerti. Aku akan membawanya keruangan ku. Kau bisa ikut kalau mau." kata Cole yang langsung membopong tubuh Aileen dengan hati-hati. Sarah pun tidak memprotes perlakuan Cole, ia hanya mengikuti keduanya dalam diam.
Dalam hatinya Cole merasa senang karena bisa melihat Aileen. Ia sudah menantikan hari dimana ia bisa bicara dengan wanita itu.
Sampai didepan ruangan Cole, Sarah membukakan pintu dan membiarkan Cole membawa Aileen untuk masuk ke dalam.
"Masuk saja, aku tahu kau pasti mengkhawatirkan nona mu." Kata Cole yang tidak keberatan dengan keberadaan Sarah jika wanita itu mau menemani Aileen. "Saya akan menunggu diluar saja tuan. Tolong jaga nona." pinta Sarah dengan sungguh-sungguh.
"Jangan khawatir. Aku tidak akan melukainya."
...❄️...
...❄️...
...❄️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠
makasih christ
2022-08-09
1