Tak rela melepaskan

...❄️...

...❄️...

...❄️...

"Apa ini?" Steve mengerutkan keningnya saat Cole memberikan undangan pernikahan pria itu pada salah satu sahabat yang selama ini telah sama-sama berjuang bersama dirinya. "Lihat saja sendiri." Kata Cole, menyunggingkan senyum.

Steve membuka dan membaca isinya, untuk sesaat pria itu menatap Cole dengan mulut ternganga. Cole mengangguk disertai senyum khas dirinya

"Oh **** man...! ini sungguhan? kau akan menikah? Seorang Cole Maxim? katakan kalau ini bukan April mop." Steve masih menggeleng tak percaya.

Bagaimana bisa seorang pria yang sangat ambisius bisa menikah secepat ini, terlebih lagi pada saat perusahaan mereka sedang berada diatas angin.

Ini tidak mungkin. Steve masih menatap curiga disertai senyum penyangkalan atas hal tersebut.

"Apa aku terlihat seperti sedang bercanda? kalau kau tidak percaya datang saja. Kau akan melihatnya sendiri." Tantang Cole.

Pria itu memang tidak pernah menceritakan apapun pada Steve, termasuk apa yang terjadi antara dirinya dan Aileen. Semuanya adalah rahasia yang hanya ingin di simpan untuk dirinya sendiri.

Lagipula, biarlah orang-orang melihat sebagai mana mestinya yang ingin dilihat. Menikah karena jatuh cinta adalah gagasan yang baik, dari pada muncul isu yang sebaliknya.

Cukup dirinya saja yang tahu apa alasan sebenarnya ia akan menikah dalam waktu dekat.

"Oh man.. kau benar-benar sukses membuat ku terkejut. Aku benar-benar tak menyangka. Jujur saja kawan, ku rasa kau sendiri pun tidak menyangka hal seperti ini akan terjadi pada mu, bukan?" Steve tersenyum.

"Ceritakan sedikit padaku siapa wanita ini. Siapa wanita yang sudah membuat mu menyerahkan undangan seperti ini? aku benar-benar ingin tahu." gumam Steve masih meneliti undangan tersebut.

"Aileen Marsden.." baca Steve lagi. "Kenapa aku seperti mengenal nama ini. Seperti nama yang tidak asing." gumam Steve lagi.

"Kau pasti tahu siapa itu Steve." Cole kembali tersenyum. Dan dalam sekejap Steve pun teringat akan satu nama.. Nama yang mungkin saja berkaitan,..

"Apakah putri dari keluarga Marsden yang itu?" ujar Steve tak percaya. Cole kembali tersenyum bangga pada dirinya. Pasalnya tidak semua orang bisa berada di posisinya saat ini. Bersanding dengan putri satu-satunya dari Dave Marsden.

"Ini gila. Apa kau tahu kawan. Bahkan dada ku saja berdegup dengan cepat. Lihatlah.. aku berdebar." Wajah Steve berbinar.

Ia menghampiri Cole lalu memeluknya dengan perasaan bahagia yang luar biasa. "Aku benar-benar bahagia untuk mu kawan."

Meskipun masih merasa takjub akan kebenaran dari berita tersebut, bagi Steve semua ini sama seperti mimpi. Meskipun tak bisa dipungkiri jika Steve merasa bahagia untuk Cole, pria yang sudah seperti saudaranya sendiri.

"Selamat untuk pernikahan mu kawan." Cole tersenyum membalas pelukan dari sahabatnya.

"Terimakasih Steve. Seperti yang kau katakan. Aku pun masih tak percaya bahwa sebentar lagi aku akan menikah dan akan menjadi bagian keluarga itu." ujar Cole menimpali perkataan Steve sebelumnya. "Aku berharap ini bukanlah mimpi."

Saat mendengar kata-kata yang seharusnya tidak terucap dari mulut Cole, Steve tahu bahwa sahabatnya itu sedang bahagia dengan pernikahan nya.

Ia pikir Cole adalah pria yang akan melajang seumur hidup karena ambisi yang dimilikinya selama ini, tapi ternyata ia salah. Steve justru terlihat sangat antusias atas rencana pernikahan nya.

"Ku rasa wanita ini benar-benar telah membuat mu jatuh cinta kawan. Jika tidak, bagaimana mungkin seorang Cole Maxim yang tak menyukai hubungan jangka panjang seperti mu bisa menyerahkan undangan seperti ini. Jelas bahwa kau juga menginginkan nya."

Tak salah apa yang dikatakan Steve. Cole memang sangat menantikan untuk bisa bersanding dengan Aileen secepat mungkin. Bayangkan saja berapa banyak keuntungan yang bisa ia dapatkan hanya karena telah menjadi bagian dari keluarga itu. Memikirkan nya saja sudah membuat dada Cole berdebar.

"Kalau begitu malam ini seharusnya kita berpesta. Kau harus datang. Akan ku katakan pada yang lain juga. Pesta lajang harus dilakukan dengan meriah." usul Steve dengan antusias.

Cole hanya tertawa kecil melihat Steve yang begitu bersemangat dengan semua rencananya. Bagaimana pun juga Cole memang ingin membagikan sedikit kebahagiaan yang dirasakan nya saat ini.

"Kau atur saja. Aku pasti akan datang." turut Cole. "Siap bos. Akan ku siapkan pesta yang meriah untuk mu. Pesta lajang yang tak terlupakan." ujar Steve tersenyum lebar.

Setelah mengatakan semua itu, ia langsung meninggalkan ruang kerja Cole. "Ada-ada saja."

...❄️...

Steve yang sudah tidak sabar ingin menyebarkan kabar bahagia dari Cole langsung bergegas pergi ke lantai lima tempat dimana teman-teman nya berada.

...Tok..Tok......

Steve mengetuk pintu ruangan untuk mendapatkan perhatian dari teman-teman nya..

"Kalian tahu ini apa?" ujar Steve memamerkan undangan yang di lambai-lambaikan dengan senyum sumringah.

"Undangan." jawab Dicky, mengalihkan perhatian nya singkat. Dicky memiliki jabatan sebagai salah wakil ketua divisi. "Siapapun pasti tahu ini undangan, kawan." balas Steve. "Tapi apa kalian tahu ini undangan milik siapa?" tanya nya lagi.

Perkataan Steve itu tentu saja langsung mengundang rasa penasaran dari para karyawan yang berada di ruangan tersebut.

"Selamat siang pak Steve." sapa Erika yang baru kembali dengan membawa beberapa berkas di tangannya.

"Selamat siang juga Erika." balas Steve ramah seperti biasanya.

Jhon dan Andrew yang berseberangan meja dengan Dicky pun kini ikut melirik. "Apa itu milikmu?" kata Jhon sambil tertawa.

"Oh, kali ini kau salah kawan. Aku memang akan memberikan undangan, tapi nanti, saat aku sudah bosan melihat pinggul dari para wanita cantik mengelilingi ku." sahut Steve mengundang tawa ketiga rekannya.

"Lalu?" kini Andrew yang bersuara.

"Jangan terkejut saat kalian melihat nama yang tertulis di undangan ini." Steve meletakan undangan tepat diatas meja lalu melipat tangan untuk menunggu reaksi dari para sahabatnya.

Yang membuka undangan itu pertama kali adalah Andrew. Pria itu membacanya cepat dan reaksi yang diberikannya mengundang rasa penasaran dari dua pria lainnya.

Dalam hati Steve sangat puas, karena bukan hanya dirinya saja yang terkejut saat melihat undangan itu.

Steve mengangguk mengerti dengan tatapan tak percaya dari Andrew. "Ini sungguh-sungguh?" tanya Andrew masih tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

"Aku pun sama terkejutnya seperti mu kawan." kata Steve membenarkan hal tersebut.

Melihat hal itu, Jhon dan Dicky pun turut menghampiri Andrew. Keduanya saling berpandangan saat melihat nama yang tertulis dalam kertas undangan.

"No way! ini tidak mungkin. Apakah ini benar manusia itu? direktur kita?" ulang Dicky. Sekali lagi Steve mengangguk disertai senyum puas.

"Yang benar saja." sela Jhon. "Aku sungguh tidak tahu jika pak direktur akan mengakhiri masa lajangnya secepat ini." pria itu tertegun.

"Ini berita besar kawan, sungguh. Bayangkan betapa ramainya media nanti memberitakan hal ini."

"Kau benar. Padahal kita saja belum pernah melihat bos bersama seorang wanita yang namanya tercantum di sini sekalipun. Tapi sekarang lihat lah.. sepertinya pak bos benar-benar lihai menyembunyikan hubungannya. Apa kalian mengenalnya? wanita ini?"

Dicky dan Andrew menggeleng. "Bagaimana dengan mu?" Jhon bertanya pada Steve. "Aku juga belum pernah melihatnya. Meskipun kami adalah sahabat, tidak semua hal bisa ku ketahui begitu saja, bukan?" jelas Steve.

Orang-orang biasa tentu saja tidak akan familiar dengan nama calon mempelai wanita yang tercantum pada kertas undangan bernilai ratusan dollar tersebut, kecuali orang-orang seperti Cole dan Steve.

"Kalian benar. Pria diatas sana memang pandai menyembunyikan kekasihnya." tambah Dicky memancing tawa dari ketiganya.

"Malam ini aku akan membuat pesta lajang untuk sahabat kita. Jangan lupa untuk datang." kata Steve yang sudah melipat kembali undangan yang tadi ia letakkan diatas meja.

"Ya, tentu. Dan ada baiknya sekarang kita kita kembali bekerja." ujar Dicky menyudahi percakapan singkat itu. "Kau benar kawan. Kalau begitu sampai nanti."

"Jangan lupa, sampai pada Darren." seru Steve sebelum menghilang di balik pintu..

...❄️...

...House of Marsden...

"Sarah, apa papa Dave sudah pulang?" tanya Aileen yang baru saja tiba dirumah. Ia melepas mantelnya dan juga memberikan tas ditangannya pada pelayan wanita untuk diantarkan ke kamarnya.

Hari ini Aileen telah menghabiskan hampir seluruh waktunya untuk berada diluar. Ia pergi ke beberapa hotel miliknya untuk mengalihkan sedikit tugasnya kepada wakil yang dipercaya sampai dengan waktu yang ditentukan.

Dave mengatakan agar Aileen mengurangi sedikit pekerjaan sebelum hari pernikahan. Karena itulah ia memilih waktu yang sedikit senggang untuk menyerahkan tanggung jawab tersebut.

"Sudah nona. Tuan sudah pulang sejak tadi sore. Tuan juga berpesan, agar nona segera menemui tuan saat anda kembali." ujar Sarah menyampaikan pesan langsung dari Dave.

Aileen mengangguk. "Baiklah. Kalau begitu aku ganti baju dulu. Katakan pada papa Dave aku akan menemuinya sebentar lagi." sahut Aileen yang setelah nya langsung naik ke lantai dua menuju ke kamar miliknya.

Jujur saja, hari ini ia merasa begitu lelah. Karena permintaan Papa Dave, Aileen sudah menyerahkan tanggung jawab dari pekerjaan nya pada seseorang yang bisa dipercaya.

Dan perjalanan tersebut, cukup banyak menguras tenaganya. Ditambah lagi, ia sama sekali belum bertemu Cole selama dua hari terakhir, Aileen ingin melihat pria itu saat ini juga.

...To : Cole...

..."Apa aku mengganggu mu? aku baru saja tiba. Dan baru membaca pesan mu. Kami baik-baik saja." -Send...

Setelah mengganti pakaian, Aileen pun langsung menemui Dave diruang kerjanya.

...Tok..Tok.....

"Papa Dave." panggil Aileen sambil tersenyum. Dave mengangkat kepalanya untuk melihat asal sumber suara,

"Kemarilah sayang. Bagaimana kabarmu? kau sehat?" tanya Dave balas tersenyum saat melihat binar wajah putrinya. Setelah beberapa hari tidak bertemu karena pekerjaan, baru hari ini Dave bisa melihat Aileen.

Aileen tersenyum. "Kabarku baik papa. Papa sendiri bagaimana? apa pekerjaan papa lancar?" tanya nya juga.

Aileen masuk ke dalam ruangan dan duduk di sofa yang ada di sisi kiri meja kerja Dave. Tempat yang paling dekat dengan perapian menyala.

"Semaunya baik-baik saja sayang. Dan Syukurlah kalau kau juga begitu." Dave menyusul Aileen dan duduk di sebelah putrinya.

"Bagaimana dengan kandungan mu? apa kau sudah mengunjungi dokter untuk pemeriksaan rutin? bagaimana hasilnya.. calon cucu papa baik-baik saja bukan?" pertanyaan beruntun yang keluar dari mulut Dave membuat Aileen tertawa kecil.

Matanya berbinar dan perasaan nya menghangat.. "Kami baik-baik saja papa Dave. Cucu papa juga sangat sehat." ucap Aileen.

"Dokter bilang semuanya baik-baik saja. Tidak ada yang perlu di khawatirkan. Lagipula Cole menjaga ku dengan baik." tambahnya.

Mendengar nama Cole disebut, Dave hanya mengangguk. Apapun keputusannya, selama putri nya merasa bahagia akan hal tersebut, maka ia sendiri pun akan merasa bahagia.

"Baguslah jika begitu sayang. Setidaknya pria itu bisa menjaga dirimu dengan baik." timpal Dave.

"Meskipun papa kurang menyukainya, tapi papa berdoa agar kehidupan pernikahan putri papa akan selalu baik-baik saja, dan semoga hari-hari mu selalu dipenuhi oleh kebahagiaan, sayangku."

Mendengar doa tulus dari papanya, Aileen tak bisa menahan dirinya untuk tidak memeluk erat tubuh Dave.

"Terimakasih papa Dave. Aku sangat mencintaimu." gumam Aileen. Matanya sudah terasa panas dengan pipi yang memerah.

"Papa juga sangat mencintaimu sayang. Sampai kapanpun kau adalah satu-satunya yang paling berharga dalam hidup papa. Tidak akan ada yang bisa menggantikan dirimu." ujar Dave yang juga memeluk Aileen sama eratnya.

Sesekali ia menghela nafas berat saat membayangkan bagaimana dirinya akan membiarkan Aileen berada dalam pengawasan pria asing.

"Putri kecilku.." desah Dave. Sampai beberapa waktu lalu pun Dave bahkan belum terpikirkan bagaimana cara yang tepat untuk melepaskan putri nya.

Ia pikir dengan mencari pasangan untuk Aileen, gadis kecilnya akan memiliki tempat bersandar yang lebih kokoh, tapi ternyata segala sesuatu yang terjadi bahkan diluar ekspektasi nya sebagai seorang ayah.

Dan sekarang, sepertinya Dave harus benar-benar bersiap. Bagaimana pun, putrinya akan memiliki kehidupan sendiri. Sebagai seorang ayah, Dave harus berbesar hati untuk menyerahkan Aileen pada pria yang telah dipilih oleh putrinya.

"Papa sungguh merasa tak rela jika kau akan menikah secepat ini sayang. Kau masih seperti bayi mungil papa. Baru kemarin rasanya papa menemanimu untuk belajar berjalan, tapi sekarang papa harus menemani mu lagi untuk sampai ke Altar. "

Aileen tersenyum, "Maksud papa bayi yang menghasilkan bayi?" keduanya tersenyum.. "Yah.. bayi kecil yang akan segera memiliki bayi kecil lainnya. Papa mencintaimu Aileen. Sangat-sangat mencintaimu." Dave masih memeluk putrinya dengan mata berkaca-kaca.

"Aku tahu papa Dave. Aku juga mencintaimu. Dan sebentar lagi, kita tidak hanya berdua seperti sebelumnya." Aileen tersenyum. "Akan ada orang lain yang juga bisa menemani papa Dave."

"Kau benar. Papa jadi tidak sabar ingin melihat malaikat kecil ini. Semoga kalian berdua selalu sehat, dan papa bisa segera bertemu dengan cucu papa."

"Pasti papa."

Sudah lama mereka tidak menghabiskan waktu seintens ini. Karena pekerjaan, mereka hanya bertemu seadanya saja, dan karena itu juga Dave menyadari, bahwa ketidakberdayaannya bisa menjadi sesuatu yang tak terkendali bagi hubungan mereka.

Dan meskipun terlambat, Dave ingin memperbaiki semuanya. Ia ingin memperbaiki hubungan dengan putrinya, Aileen. Hubungan mereka yang selama ini renggang, Dave ingin mereka menjadi dekat lagi.

"Aileen, maafkan papa, karena papa tidak bisa memberikan waktu papa sepenuhnya untuk mu. Papa begitu banyak kekurangan. Mungkin juga, kau berpikir bahwa papa tidak mencintai mu,-

"Tidak papa Dave." sela Aileen keluar dari pelukan Dave. Ditatapnya wajah paruh baya itu dengan mata yang berkaca-kaca.

"Aku sangat tahu bahwa papa adalah satu-satunya orang yang mencintai dengan tulus di dunia ini. Aku tahu itu papa. Jadi, jangan katakan hal sebaliknya."

"Sampai kapanpun, papa tetaplah ayah terbaik bagiku. Dan aku sangat bersyukur telah lahir sebagai putri papa Dave."

"Begitu pun papa Sayang. Papa sangat mencintaimu, putriku yang berharga."

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Terpopuler

Comments

🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠

🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠

dan lagi

2022-08-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!