...❄️...
...❄️...
...❄️...
"Cheers....!"
Seru sekelompok pria mengangkat gelas yang di isi penuh oleh alkohol.
Tidak hanya Cole dan juga para sahabatnya yang ada di ruangan VIP milik salah satu Club' terbesar di Vegas tersebut, tapi ada juga rekan-rekan dari tim lain.
Steve tidak hanya mengundang rekan-rekan mereka yang biasanya, tapi hampir semua orang yang dekat dengan nya di perusahaan. Baik itu rekan laki-laki dan juga rekan perempuan.
Steve ingin membuat pesta yang meriah bagi sahabat nya, Cole. Karena itulah ruangan terbesar yang dipesan nya saat ini sudah terisi penuh oleh semua orang.
Semuanya ikut bersemangat dalam merayakan hari bahagia Cole yang akan datang sebentar lagi.
"Selamat atas pernikahan anda pak Presdir." ucap Salah satu pegawai dari tim pemasaran. "Benar. Kami juga mengucapkan selamat untuk anda pak." tambah yang lain. "Kami juga, selamat atas pernikahan anda pak Presdir."
"Terimakasih semuanya." balas Cole. Ia kembali mengangkat gelasnya begitu juga dengan semua orang yang ada diruang itu. "Aku anggap ucapan tulus dari kalian adalah hadiah untuk pernikahan ku nanti."
"Cheers.... !"
Semua orang yang ada di ruangan itu bersorak sambil menenggak habis minum dari gelas masing-masing.
"Karena ini hari bahagia, bagaimana jika kita bergabung saja dengan tim perempuan." usul Troy. Karena pesta itu tidak hanya dikhususkan untuk karyawan laki-laki, tapi juga karyawan perempuan, hanya saja ruangan yang dipesan terpisah.
"Benar.. pesta tanpa tawa para wanita terasa kurang." celetuk Wadiv Gray yang juga ada di ruangan itu. "Bagaimana, tidak apa-apa kan?" Steve beralih untuk bertanya pada Cole.
Cole diam sejenak, begitu juga dengan semua orang di ruang itu, mereka menunggu.. "Terserah kalian saja. Akan ku ijinkan."
Keputusan Cole yang singkat, membuat suasana ruangan itu tiba-tiba saja semarak. Karena selama ini, yang orang-orang ketahui, Cole adalah pria yang dingin dan hanya bisa dekat dengan para sahabatnya saja. Seperti, Steve, Dicky dan Andrew. Hanya orang-orang ini sajalah yang selalu bersamanya.
Dan hal itu jugalah yang membuat banyak orang merasa canggung saat berada di dekat Cole.
Pria itu jarang tersenyum kecuali pada orang-orang tertentu saja. Tapi sepertinya, malam ini adalah pengecualian.
Hanya dalam waktu singkat, ruangan yang tadinya hanya berisi para pria, kini juga terisi oleh sebagian besar wanita.
Para wanita resepsionis, dan juga karyawan lain, termasuk para sekertaris. Semuanya ikut serta dalam pesta tersebut.
"Dimana Darren. Aku belum melihatnya sama sekali." tanya Cole pada teman-temannya. "Darren bilang akan datang terlambat." sahut Dicky. "Harus mengantarkan istrinya ke dokter." tambahnya.
"Apa Sonya sakit?"
"Tidak. Katanya sobat kita akan segera memiliki seorang bayi." Steve mengangkat gelasnya. Saat mendengar hal itu, dada Cole juga ikut berdebar. Pasalnya dirinya, juga akan segera memiliki seorang bayi dalam waktu dekat.
"Pak Presdir, ijinkan saya menuangkan segelas minuman untuk anda." wanita berambut hitam Sepinggan itu bersuara di depan Cole dan juga teman-teman nya.
"Ya. Silahkan." kata Cole, lagi-lagi memberi ijin. "Kalau begitu ijinkan kami juga pak." sela para karyawan wanita lain yang dikenal sebagai fans berat Cole di perusahaan. Para wanita yang diam-diam mengagumi sang Presdir.
...Ting...Ting ...Ting...
Steve berdiri dan menyela keramaian yang saat ini terjadi didekat sahabatnya. Ia meminta waktu sejenak untuk bicara sebelum berbalik dan tersenyum pada Cole.
Cole yang tahu bagaimana sifat Steve hanya tersenyum, kemudian mengangguk. Malam ini ia serahkan pada teman-teman nya saja. "Terimakasih untuk kehadiran kalian semuanya." kata Steve mulai bicara..
"Seperti yang kalian tahu, hari ini kita sedang merayakan hari besar yang akan datang sebentar lagi, yaitu hari pernikahan dari Presdir kita, tuan Cole dengan seorang wanita misterius yang tentu saja sudah berhasil menaklukkan hati sedingin es ini."
Semua orang tertawa, begitu juga dengan Cole.
"Karena itu, berpesta lah sepuasnya..." benar saja. Kata-kata Steve langsung membuat seisi ruangan kembali semarak. "Silahkan.. silahkan... berpesta lah sepuasnya, malam ini kalian semua ditraktir.."
"Kau juga kawan. Nikmatilah masa lajang mu yang sebentar lagi akan berakhir." ucap Steve pada Cole yang entah berapa sering mengangkat gelasnya.
"Kami benar-benar terkejut saat tahu kau akan menikah." Dicky bersuara. "Aku juga." turut Andrew. "Kau benar-benar pandai membuat berita menghebohkan Cole." ketiganya mengangguk setuju.
"Benarkan? semua orang juga berpikir begitu." sela Steve. Cole tersenyum samar. "Tidak hanya akan menikah, tapi ada juga kejutan lainnya." celetuk Cole menyiratkan pada kehamilan Aileen.
Yang artinya, tidak hanya menjadi seorang suami, tapi ia juga akan menjadi seorang ayah dalam waktu dekat.
"Apa? benarkah, apa itu?" Dicky mendekatkan diri pada Cole, karena penasaran.
"Rahasia." celetuk Cole..
"Heiiii...." ketiganya menghela nafas... "Wajah kalian benar-benar lucu."
"Berhentilah bercanda kawan." Dicky kembali bersuara.
"Kalian juga akan tahu nanti. Sebelum itu, kalian harus bersabar." Cole bisa jamin bagaimana wajah para sahabatnya saat tahu bahwa ia akan menjadi seorang ayah dalam waktu dekat.
"Sepertinya kau memang memiliki hobi yang unik. Jangan katakan jika memang tak ingin. Buat kami penasaran saja."
Cole tergelak. "Bersabarlah kawan..." senyum misterius tersemat di wajah Cole yang rupawan.
"Cih ..dasar!"
...❄️...
Tepat pukul dua dini hari pesta lajang Cole baru saja berakhir. Para sahabatnya juga sudah kembali sejak tadi meninggalkan dirinya yang sudah mabuk berat.
Hanya saja Cole tidak bisa pergi begitu saja, ia harus membereskan semua tagihan dari sisa pesta.
Setelahnya barulah Cole keluar dari dalam Club' untuk menuju ke basemen lantai dasar dan mencari dimana letak mobilnya berada.
Kepala Cole benar-benar terasa pening. Ia sendiri sudah lupa entah berapa botol yang ia habiskan seorang diri.
Semua ini karena para sahabatnya. Dan sialnya ia harus ditinggalkan sendiri dalam situasi seperti ini. "Haruskah aku menelpon nya? Cih. Apa aku akan dimarahi, atau...?"
Tak seberapa jauh setelah Cole melangkahkan kakinya keluar dari pintu basemen, ia sudah terhuyung hingga membuat tubuhnya limbung dan..
Bruukkk! Cole jatuh tersungkur. "Ah...sial.." tubuh nya benar-benar terasa sakit saat bertabrakan dengan lantai beton yang kokoh.
Tidak hanya itu, tangannya juga terasa ngilu. Bisa-bisa nya ia mabuk sampai seperti ini.. "Heh.. " Cole tertawa kecil.
"Anda baik-baik saja?" Seorang wanita yang keluar dari Club' hampir bersamaan dengan Cole mengulurkan tangan dan menarik Cole yang saat itu masih tergeletak di lantai..
"Hem.. aku baik-baik saja. Terimakasih." ucap Cole sambil mengangkat tubuhnya. "Mau ku bantu?" Megan Roscata, adalah wanita yang berdiri didepan Cole.
Wanita itu mengambil alih kunci yang ada ditangan Cole dan memencet tombolnya sampai mobil Cole mengeluarkan bunyi.
"Di sana. Biarkan aku memapah mu sampai kesana." Cole yang terlalu mabuk hanya bisa menuruti satu-satunya wanita yang saat ini bisa membantu dirinya.
"Apa kau masih bisa menyetir?" Megan kembali bertanya, saat ia sudah mendudukkan Cole di balik kemudi. Tapi respon yang diberikan Cole tidak seperti yang diharapkan.
Karena tahu Cole sedang mabuk berat, Megan pun merogoh saku Cole untuk mencari ponsel pria itu dan mencari nomor supir pengganti, namun ia tidak menemukan satupun nama di sana, kecuali satu nama yang bertuliskan 'Secret'.
"Hei, apa aku bisa menelpon nomor ini?" ujar Megan kembali bertanya pada Cole. "Di ponsel mu hanya ada nama ini.." menunjukkan layar ponsel Cole.
"Kenapa kau mengambil barang ku seenaknya. Kau tidak boleh melakukan hal seperti ini. Ini sama saja dengan melanggar privasi orang lain." protes Cole menarik ponselnya dari tangan Megan.
Namun alih-alih berpindah, tenaga Cole hanya sanggup menjatuhkan ponsel itu saja.
Tanpa berkata apa-apa Megan kembali memungut ponsel milik Cole yang terjatuh, dan mengembalikan nya ke tangan pria itu. "Kalau kau bisa melakukannya sendiri aku juga tidak mau membantu mu." oceh Megan, sedikit kesal.
Kepalanya juga terasa sakit, meskipun tidak mabuk sepenuhnya, Megan masih sangat sadar untuk bisa pulang kerumahnya, berbeda dengan Cole.
"Apa aku bisa menghubungi nomor ini?" tanya nya sekali lagi menunjukkan nama yang tertera di ponsel milik Cole.
"Siapa?" tanya Cole bergumam.
"Secret." ucap Megan. Tak lama terdengar suara Cole tertawa. "Hemm... kau bisa menghubunginya. Bicaralah yang baik padanya. Atau nanti dia akan memarahiku..."
Mendengar hal itu, Megan pun melakukan seperti yang Cole katakan, ia menghubungi satu-satunya nomor yang ada di dalam ponsel pria itu.
Hanya saja nomor yang dihubunginya tidak menjawab sama sekali. Tentu saja. Ini hampir pukul tiga pagi. Gerutu Megan.
"Tidak ada yang menjawab. Dan aku juga tidak tahu dimana rumah mu. Bagaimana ini..?" katanya bingung sendiri.
"Hei.. bagaimana kalau kau pulang ketempat ku saja? aku tidak bisa meninggalkan mobilku di sini. Jadi mobil mu saja yang tinggal di sini." putus Megan.
Dengan ataupun tanpa persetujuan Cole, Megan membawa pria itu masuk ke dalam mobilnya. Sedangkan mobil milik Cole masih terparkir di basemen.
Setelah sampai di apartemen miliknya, Megan membaringkan tubuh Cole yang mabuk ke atas sofa sementara ia sendiri masuk ke dalam kamar untuk membersihkan dirinya.
"Sialan. Aku jadi bau muntahan semua..."
...❄️...
...Riiiingg... Riiiinnnggg... Riiiiinnggg......
Suara dering ponsel yang tak kunjung berhenti sangat menggangu tidur Megan. Oh, hentikan! Ini masih pagi..
Namun suara ponsel itu terus saja berbunyi. Bahkan semakin nyaring...
"Hei.. kau tidak dengar ponselmu terus berbunyi? angkat ponsel mu itu. Aku masih ingin tidur." kesal Megan yang merasa terganggu dengan suara ponsel yang diletakan di samping bantalnya.
...Riiiinnng.... Riiiiinnggg........
"Hiiissss!"
"Hallo...? siapa ini?" jawab Megan setengah sadar dengan suara yang sedikit membentak.
"Kau mencari siapa? Cole? siapa Cole? tidak ada yang namanya Cole di sini.." sahut Megan, malas.
Kepalanya masih terasa pening. Dan ia juga tidak tahu apa yang sedang dibicarakan orang yang ada disambungan tersebut.
"Maaf nyonya.. nona.. atau siapapun dirimu.. aku tidak tahu siapa yang kau cari.. aku juga tidak kenal dengan Cole."
Mendengar namanya di sebut, Cole mengerjap dengan kepala yang masih berdenyut.
Di pagi hari seperti ini, rasanya ia seperti sedang bermimpi. Cole mendengar suara seorang perempuan yang begitu dekat dengan dirinya.
"Satu-satunya yang ada di sini hanyalah dia.. akan ku tanya siapa namanya. Telepon lagi saja nanti.. " setelah kata-kata terakhir yang Megan ucapkan panggilan itupun berakhir.
Cole yang baru saja bangun mengusap wajahnya untuk menghilangkan sedikit rasa tak nyaman yang masih ia rasakan. Kepalanya sedang berputar, sedang tubuhnya terasa begitu berat.
Cole meregangkan tubuhnya yang terasa kaku, dan saat itulah ia menyadari sesuatu..
"Astaga.." Cole mengernyit saat bangun dari atas tempat tidur. Ia merasa Dejavu dengan situasi yang dialaminya saat ini. Hanya saja sekarang ia masih mengenakan pakaiannya.
Cole tidak terekspos sepenuhnya seperti waktu itu meskipun kemejanya tak tahu ada dimana, sedangkan wanita yang tertidur di sebelahnya masih berbaring dengan hanya memakai lingerie.
Sialan. Siapa wanita ini? Cole mengamati situasi. Sekali lagi ia kembali mengernyit. Sepertinya semalam ia minum diluar batas kemampuan tubuhnya.
Cole diam sejenak. Ia masih berusaha mengingat apa saja yang terjadi pada dirinya dan juga wanita yang masih tertidur di balik selimut itu.
"Apa yang ku lakukan sebenarnya?" Saat mengamati lebih dekat Cole melihat ponselnya ada ditangan wanita yang tidak ia kenali.
Buru-buru Cole mengambil ponsel itu untuk mengecek apa saja yang sudah wanita itu lakukan pada ponsel miliknya.
Ada pesan dan juga laporan panggilan keluar pada pukul 2.15 dini hari, serta panggilan masuk pagi ini.. pukul 9.45. Baru saja...
Dan semua panggilan itu berasal dari nomor yang sama.. Aileen..
"Sial." Buru-buru Cole bangun untuk mencari kemeja dan juga jas yang ia kenakan semalam.
Cole yang tidak tahu sedang berada dimana tidak punya pilihan selain membangunkan wanita yang masih tertidur diatas ranjang..
"Hei... bangunlah. Hei..." panggil Cole menggoyang-goyangkan tubuh Megan. "Hei.. bangunlah sebentar. Kita harus bicara." kata Cole menahan dirinya agar tetap stabil.
Dengan setengah tersadar, Megan membuka matanya sebentar. Saat itulah ia baru melihat wajah Cole dengan lebih jelas..
"Kau sudah bangun rupanya. Bagus lah.. " kata Megan mendesah lega. "Kita harus bicara." kata Cole lagi. "Sepertinya aku terlalu mabuk, jadi.."
"Tinggalkan saja cek diatas sana. Anggap saja untuk membawa mu pulang dan juga membayar tubuh ku yang sudah kau muntahi." kata Megan kembali menutup matanya.
"Mobil mu masih ada di klub. Jadi kalau kau mau pulang, pakai taksi saja." katanya lagi.
Mendengar hal tersebut, Cole menyimpulkan bahwa tidak ada yang terjadi diantar mereka, kecuali wanita itu yang membawanya pulang dan membersihkan dirinya.
"Baiklah. Kalau begitu aku akan meninggalkan cek untuk mu. Aku harap itu cukup. Kalau kurang kau bisa datang padaku, hanya saja, tolong rahasiakan ini dari siapapun." pinta Cole.
Ia tidak bisa mengambil resiko sekecil apapun. Terlebih lagi karena hubungannya dengan Aileen.
"Hem.. baiklah.. " sahut Megan tak peduli.
"Terimakasih."
Setelah menuliskan sebuah cek dengan sejumlah uang yang cukup besar nominal nya, Cole pun pergi meninggalkan apartemen milik Megan dengan menaiki taksi. Ia kembali ke club' untuk mengambil mobilnya.
Saat itu juga Cole berpapasan dengan mobil milik Sarah..
...❄️...
...Di Hotel.....
"Ini laporan seperti yang anda minta nona. Saya sudah mencari tahu semuanya, dan saya juga sudah meminta semua rekaman cctv yang ada." Sarah menyerahkan amplop berwarna coklat pada Aileen.
"Saat ingin meninggalkan hotel, saya juga berpapasan dengan mobil tuan Cole." Cerita Sarah tak ingin menutupi kebenaran dari nona nya. Aileen mengangguk.
Setelah menerima telepon tadi pagi, Aileen berubah murung. Awalnya Sarah berpikir jika Aileen sedang mengalami perubahan mood seperti biasanya karena pengaruh kehamilan.
Tapi setelah menerima perintah untuk menyelidiki keberadaan Cole Maxim, barulah Sarah mengerti apa alasan dari diamnya Aileen.
Sarah juga sudah melihat hasil rekaman cctv yang ia dapatkan dari teman lamanya yang seorang hacker.
Meskipun tidak sepenuhnya, tapi sebagai seorang wanita Sarah bisa mengenali sikap yang ditunjukkan oleh nona nya.
"Anda yakin ingin melihat semuanya sendiri nona?" dahi Sarah berkerut ragu. Namun sekali lagi Aileen mengangguk. "Biarkan saja Sarah. Aku bisa menanganinya sendiri." wanita itu tersenyum samar.
"Baik nona. Kalau ada yang anda perlukan lagi, silahkan panggil saya kapan pun. Hanya saja, mungkin apa yang terlihat di dalam sana, bukanlah kebenarannya. Ada baiknya kalau,-"
"Terimakasih Sarah.." sela Aileen memotong ucapan Sarah. Melihat reaksi Aileen, Sarah pun tak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa menuruti perkataan Aileen.
"Saya permisi nona."
Setelah Sarah keluar dari ruangannya, tubuh Aileen terkulai lemas. Ia tak ingin berpikir yang tidak-tidak tentang Cole, hanya saja apa yang di dengarnya pagi ini menghancurkan apa yang selama ini ia percayai tentang pria itu. Sosok yang sempurna sebagai suaminya.
Aileen sedikit berharap kalau apa yang ia dengar tadi pagi tak pernah terjadi. Hanya saja, rasanya sangat sulit mempercayai hal itu saat ia memiliki semua bukti di tangannya.
Dengan berat hati Aileen membuka amplop coklat yang Sarah berikan padanya. Didalamnya terdapat semua rekaman cctv yang sudah dikumpulkan Sarah.
Jantung Aileen berdebar cepat, namun bukan karena sensasi yang sama dengan sebelumnya.
Kali ini jantungnya berdebar karena didominasi oleh rasa marah, kecewa dan juga takut. Aileen merasa terluka atas apa yang Cole lakukan dibelakangnya.
"Bodohnya aku yang berharap semuanya akan berjalan baik-baik saja." Aileen tersenyum masam.
Ia tahu bahwa sebenarnya tidak ada apapun yang bisa menjamin adanya hubungan yang benar-benar baik diantara mereka berdua.
Hanya saja yang tak pernah Aileen bayangkan adalah Cole jatuh kedalam pelukan wanita lain, bahkan sebelum hari pernikahan mereka berlangsung.
"Ini salahku. Ya, ini karena kesalahan ku. Aku yang terlalu berharap dengan ekspektasi yang tinggi padamu Cole.. Sampai-sampai aku lupa, kalau hubungan kita juga terjadi hanya karena percintaan satu malam.." lirih Aileen menepuk-nepuk dadanya yang terasa sesak.
"Maafkan mommy sayang.. maafkan mommy.."
...❄️...
...❄️...
...❄️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠
eh dah abis
2022-08-09
1
💫
ku hadir bawa jempol ya
2022-08-09
2