...❄️...
...❄️...
...❄️...
...Tiga bulan kemudian.....
Suara pembicaraan yang tak ada habis-habisnya, gelak tawa yang seperti dibuat-buat, bahkan ketertarikan yang begitu kentara dipaksakan membuat Aileen merasa bosan setengah mati.
Sejak tadi yang dilakukannya hanya mengerjap, sesekali tersenyum, menganggukkan kepala, memasukkan makanan ke dalam mulut, menyekanya, lalu diam.
"Mau tambah minuman nya?" bisik Alex yang duduk di samping Aileen. Pria itu tersenyum manis dan ramah. Ahh.. itulah masalahnya. Alex terlalu membosankan.
"Tidak. Ini cukup."
Selama berada di tengah-tengah perkumpulan itu, Aileen menyadari bahwa tak ada yang benar-benar menarik minatnya.
Waktu yang berjalan begitu lambat membuat Aileen tersiksa setengah mati.
Meskipun yang sedang dibicarakan saat ini adalah tentang acara pertunangannya dengan Alex, hal itu tidak membuat Aileen merasa antusias sedikitpun. Bahkan ia merasa jenuh.
Ya Tuhan, kapan semua ini akan berakhir! Aileen menghela nafas jarang. Jika tidak memikirkan permintaan papanya untuk bersikap sopan, mungkin saja Aileen sudah melarikan diri. Karena sejak tadi itulah yang ada dipikirannya.
"Aku permisi sebentar." kata Aileen menyela pembicaraan yang sedang berlangsung diantara para orang tua.
"Ingin ku temani?" Alex berbaik hati mengajukan diri. Tapi Aileen sedang tidak ingin ditemani. Bahkan ia sengaja menjauh dari pria yang akan menjadi calon suaminya itu.
"Tidak. Tidak usah. Aku hanya ingin pergi ke toilet." Aileen tersenyum, memaksakan diri untuk mengangkat kepalanya yang tiba-tiba saja terasa berat. Wajah Aileen berubah pucat.
Dengan sigap Sarah memegangi Aileen. "Mari nona." Sarah bergerak dengan cepat mengambil alih posisi untuk menuntun Aileen hingga keduanya sampai di toilet.
"Anda yakin baik-baik saja nona?" kata Sarah melirik cemas.
"Hem. Aku baik-baik saja." Aileen membuka keran lalu memercikkan air ke wajahnya. "Wajah anda terlihat pucat. Bagaimana kalau kita istirahat sebentar" tambahnya, seraya memberikan tisu.
"Benarkah?" Aileen berdiri dengan tegap untuk melihat pantulan dirinya dalam cermin, dan ia memang terlihat seperti itu.
Mata sayu dan juga wajah yang seperti mayat hidup. Sepertinya ia benar-benar kelelahan.
Akhir-akhir ini tubuhnya memang terasa aneh. Aileen mudah merasa lelah, ditambah lagi dengan perasaannya yang mudah sekali berubah-ubah.
Padahal sebelumnya Aileen sangat baik-baik saja. Bahkan bisa dibilang terlampau bugar untuk bisa menjadi seperti sekarang. Mungkin inilah alasan kekhawatiran Sarah pada dirinya.
Aileen sudah menduga-duga banyak hal, mulai dari keracunan makanan, flu menahun, hingga virus berumur panjang.
Siapa saja dari ketiganya yang terus menggerogoti tubuhnya hingga memunculkan penampakan seperti ini, mayat hidup.
"Berikan tas ku." pinta Aileen. "Sepertinya aku harus menambahkan banyak warna agar terlihat lebih hidup." Aileen memoleskan riasan tipis ke pipinya yang pucat.
"Apa tidak sebaiknya kita pergi ke dokter saja nona, setidaknya kita bisa tahu apa yang sedang terjadi pada tubuh anda." Sarah menyarankan.
"Jika anda benar-benar mengidap penyakit berbahaya, bukankah lebih baik jika di tangani lebih cepat? ini demi kebaikan anda juga."
Mendengar kata-kata yang menurutnya sedikit berlebihan, Aileen menekuk wajahnya pada Sarah.
"Kau mendoakan aku sakit parah?" decak Aileen, berpura-pura marah. Sarah mundur dengan mimik wajah terkejut, "Tidak nona. Tidak sama sekali. Aku hanya khawatir." katanya membuat pembelaan.
"Sebelumnya anda selalu baik-baik saja. Tapi beberapa minggu terakhir ini anda selalu saja mengalami berbagai macam hal." gumam Sarah mengingat kejadian-kejadian sebelumnya.
"Anda seringkali memuntahkan makanan anda. Lalu tiba-tiba saja demam. Seringkali tubuh anda terlihat seperti sekarang." Sarah mengernyit. "Saya takut virus mematikan sedang melubangi tubuh anda nona, itu saja."
"Kamu mengkhawatirkan sesuatu yang konyol Sarah." Aileen tertawa kecil. "Aku baik-baik saja. Hanya sedikit pusing " ulang Aileen. Kali ini dengan lebih sungguh-sungguh.
Andai saja di sini ada buah plum. Aku ingin makan itu. Aileen merasakan jika air liurnya hampir saja menetes.
"Sudahlah. Sebaiknya kita keluar sekarang. Papa Dave dan yang lain pasti sudah menunggu kita." ucap Aileen menyeka mulutnya dengan bersih. Menambah sedikit lipstik di bibirnya agar tidak terlihat pucat.
"Aku harap pertemuan membosankan ini segera berakhir."
Mau tidak mau Sarah pun akhirnya hanya mengikuti Aileen. Meskipun dalam hatinya ia benar-benar ingin menyeret paksa Aileen dan mendudukkan gadis itu diatas ranjang pemeriksaan, tapi Sarah tak berdaya.
...❄️...
Sekembalinya Aileen ke meja makan, ia berusaha bersikap seperti biasa. Tapi setelahnya Aileen kembali mendengus. Ia tak habis pikir, kenapa pembicaraan yang didengarnya seakan tidak ada habisnya.
"Mau tambah sesuatu?" Alex sedikit memajukan badannya membuat jarak yang cukup dekat dengan Aileen hingga wangi parfum Alex menyeruak masuk memenuhi penciuman Aileen.
Tak butuh waktu lama, Aileen merasa perutnya kembali bergejolak. Debaran jantung nya berubah cepat dan menimbulkan perasaan tak nyaman.
Lagi-lagi tubuh Aileen bereaksi secara berlebihan. Buru-buru ia menutup mulut dan hidungnya.
Sialan. Rasanya semua isi perutnya akan segera menghambur keluar. "Maafkan aku, sepertinya aku harus ke toilet lagi." ucap Aileen memaksakan kakinya untuk kembali bergerak.
Melihat Aileen yang seperti itu, membuat perhatian Dave dan juga kedua orang tua Alex teralihkan. "Sarah," panggil Dave sebelum wanita itu melangkah pergi untuk mengejar Aileen.
"Ya tuan?"
"Apa Aileen baik-baik saja?" tanya Dave mengernyitkan dahi. Dave khawatir dan Sarah tidak tahu harus mengatakan apa.
Akhir-akhir ini kondisi nona nya memang sedang tidak baik. Tapi Sarah diminta untuk menyembunyikan hal tersebut agar Dave Marsden tidak cemas seperti sekarang.
"Sepertinya begitu tuan, saya permisi." kata Sarah singkat.
Ditengah-tengah langkahnya yang terburu-buru, kaki Aileen sempat terseok. Ia sudah tidak tahan lagi. Ia benar-benar harus menumpahkan isi perutnya sekarang.
Sialan. Dimana tong sampahnya! Kenapa di hotel seluas ini tidak ada tempat sampah. Gerutu Aileen mencari opsi lain, kalau-kalau ia tidak bisa menunggu hingga tiba di toilet.
Syukurlah, sebelum Aileen benar-benar mengeluarkan isi perutnya, ia sempat melihat toilet terdekat.
Dengan cepat Aileen masuk ke dalam sana untuk menuntaskan apa yang harus segera ia tuntaskan.
Nafas Aileen tercekat. Seluruh organ-organ di dalam perutnya sedang berdesakan menjajal sampai ke tenggorokan.
Ini adalah kondisi terburuk setelah sakit-sakit ringan yang di alaminya selama beberapa pekan terakhir.
Aileen memukul-mukul dadanya, sebisa mungkin menenangkan rasa tak nyaman ditubuhnya.
"Ada apa dengan ku? apa aku benar-benar sakit parah?" Aileen menyeka keringat di dahinya yang mulai bermunculan.
"Bernafas lah... bernafas lah.." Aileen kembali memotivasi diri. Ia berharap tubuhnya akan segera membaik.
"Maaf, apa anda baik-baik saja?" suara yang muncul tiba-tiba membuat Aileen terperanjat. Gadis itu berbalik dengan cepat sambil mengusap mulutnya yang basah.
"Nona, sepertinya kau salah.." belum lagi Cole menyelesaikan kalimatnya, gadis didepannya sudah ambruk duluan. Aileen pingsan.
Beruntung saat itu Cole berada tepat di depan Aileen, dan tubuhnya juga memiliki daya refleks yang patut diacungi jempol, sehingga Cole bisa menangkap tubuh Aileen tanpa menimbulkan cidera sedikitpun.
"Nona, kau baik-baik saja?" Cole menepuk-nepuk wajah Aileen untuk memastikan gadis itu masih bernafas. Keringat dingin semakin banyak keluar dari kening dan juga pelipis Aileen.
Saat tidak mendapat respon, Cole langsung membopong tubuh Aileen dan membawanya keluar dari dalam toilet itu.
Jika saja Aileen sadar, mungkin ia akan merutuki diri sendiri karena telah memasuki toilet pria.
"Tolong panggilkan ambulan. Wanita ini pingsan di dalam sana." pinta Cole pada satpam yang berjaga di dekat meja resepsionis. Petugas itupun langsung melakukan apa yang Cole minta.
Cole yang masih membopong tubuh Aileen sempat menggoyang-goyangkan tangannya berharap kesadaran wanita itu kembali. Tapi hasilnya nihil.
Kesialan apa lagi ini..
Kurang dari lima menit ambulan pun tiba didepan hotel. Dengan cepat Cole membawa tubuh Aileen menuju ke ambulan. Sebentar. Wangi ini?
Saat Cole ingin membaringkan tubuh Aileen di atas ranjang tiba-tiba saja bahunya ditarik membuat pergerakan Cole terhenti.
"Apa yang kau lakukan pada nona ku?" seorang wanita menatap marah pada Cole. Tapi Cole mengabaikan tatapan itu.
Saat ini ada hal yang lebih penting dari meladeni sebuah pertanyaan. Apa, siapa, atau bagaimana.
"Bawa wanita ini kerumah sakit. Aku akan ikut bersama kalian." ucap Cole. Tapi lagi-lagi bahunya kembali ditarik, bahkan dengan tenaga yang lebih keras dari sebelumnya.
Rahang Cole mengeras. Ia tak suka diperlakukan seperti seorang penjahat. "Kau tidak lihat bagaimana kondisi wanita itu. Jika rasa penasaran mu sebesar itu, ku sarankan sebaiknya utamakan keselamatan nona mu terlebih dahulu.." ucap Cole menunjukkan tatapan kesal.
Sarah tahu bahwa ucapan pria didepannya benar. Saat ini yang terpenting adalah keselamatan Aileen.
"Biar aku saja. Dia adalah tuanku." kata Sarah. Saat melihat sorot mata Sarah, tiba-tiba ada aja sekelebat bayangan lain menghampiri Cole.
Tali..
Cole ingat siapa wanita yang ada didepannya. Sorot mata itu. Cole tidak akan lupa. Wanita itu adalah wanita yang telah menghilangkan kesadaran Cole malam itu.
Tapi baru saja Cole kembali ke kenyataan, ambulan didepannya sudah lebih dulu pergi meninggalkan hotel.
Dengan tergesa-gesa Cole pun berlari ke mobilnya untuk mengikuti ambulan tersebut. "Aku tidak mungkin salah. Aku ingat wanita itu." Cole mengepalkan tangannya.
Sepertinya ini bukanlah sebuah kesialan, melainkan keberuntungan. Dengan mengetahui siapa pengawal wanita itu, maka Cole juga akan akan tahu siapa sebenarnya wanita yang menghabiskan malam bersamanya.
Wanita yang menyelinap pergi setelah menikmati tubuhnya.
...❄️...
...Rumah Sakit.....
Aileen yang sebelumnya masih tidak sadarkan diri, kini sudah mendapatkan penanganan dari dokter spesialis.
Wanita itu diperiksa selengkap mungkin untuk mengetahui apa yang membuat Aileen sampai kehilangan kesadarannya.
Sementara itu, diluar ruangan Dave, Alex dan juga Sarah menunggu dokter yang sedang melakukan pemeriksaan.
Ketiganya menunjukkan raut wajah cemas, sebab tidak seorang pun dibiarkan masuk untuk menemani Aileen. Dan tidak seorangpun dari mereka mengetahui apa yang baru saja terjadi.
"Kau yakin Kalau sebelumnya Aileen baik-baik saja Sarah?" Dave cemas setengah mati. Jika sampai terjadi sesuatu pada putrinya, maka Dave akan semakin merasa bersalah.
"Saya tidak yakin tuan. Maafkan saya." Sarah ikut menunduk cemas. "Ya Tuhan, ku mohon selamatkan putriku." doa Dave. Alex dan Sarah pun mengharapkan hal yang sama.
Cole yang baru saja tiba dirumah sakit, langsung naik ke lantai lima tempat Aileen dirawat. Dari perawat jaga, Cole sudah mendapatkan nama wanita yang selama ini dicarinya. Aileen.
Setelah menemukan kamar yang dimaksud, Cole melihat orang-orang yang berjaga di depan pintu.
Cole yang tidak mengenali siapapun di sana, kecuali wanita berambut panjang yang mengaku sebagai pengawal Aileen membuat Cole merasa sedikit canggung.
Dari yang diperhatikan nya, Cole bisa menebak jika orang-orang yang sedang menunggu di sana adalah keluarga dari wanita yang bernama Aileen tersebut.
"Ehem. Bagaimana kondisinya?" Cole bersuara memecah keheningan diantara mereka.
Dave langsung berpaling lalu mengalihkan pandangan pada Sarah. Dave tidak mengenal siapa Cole. Baik sebagai kenalan dari putrinya, ataupun Sarah.
Dan Dave juga tidak tahu ada kepentingan apa pria itu menanyakan kondisi dari putrinya yang masih terbaring tanpa kabar di dalam sana.
"Nona ada di dalam. Dokter sedang memeriksa keadaannya. Kami di minta untuk menunggu di sini." sahut Sarah dengan cepat.
Entah kenapa Cole juga merasa lega mendengar hal itu. Padahal jelas bahwa Cole tidak memiliki hubungan atau kepentingan apapun di sana. Kecuali sedikit rasa penasarannya.
"Tuan. Pria ini adalah orang yang menemukan nona Aileen sebelumnya. Pria ini juga yang memanggil ambulan untuk membawa Nona ke rumah sakit " jelas Sarah pada Dave.
Alex pun ikut mengangguk samar saat mendengar penjelasan Sarah.
Seketika, sorot mata yang tadinya terlihat tajam mulai sedikit melunak meskipun raut cemas masih begitu mendominasi.
"Ku ucapkan terimakasih atas bantuan mu. Jika kau tidak menolong putri ku, mungkin kami tidak akan tahu apa saja yang terjadi padanya." ucap Dave merasa sedikit lega.
Saat memperhatikan lebih dekat, Cole mengenali wajah pria di depannya. Pengusaha sukses yang memiliki beberapa hotel, dan juga perusahaan yang bergerak di bidang otomotif. Dave Marsden.
"Tidak masalah. Lagi pula saya hanya tidak sengaja bertemu dengan putri anda. Saya merasa bersyukur bisa menolongnya tepat waktu." sahut Cole sedikit merasa bangga pada dirinya.
Tak lama setelah keduanya bercakap-cakap, pintu ruangan tempat Aileen dirawat pun terbuka. Dokter yang menangani Aileen akhirnya keluar.
Dengan cepat Dave menghampiri dokter tersebut, begitu juga dengan tiga orang lainnya.
"Bagaimana kondisi putri saya dokter? apa dia baik-baik saja? apa sesuatu terjadi pada Aileen? apa ada penyakit serius? Tolong lakukan yang terbaik untuk menolong putri saya dokter." Pinta Dave tak berdaya.
Namun didalam hatinya, Dave berharap jika kekhawatiran itu hanyalah sesuatu yang tak beralasan.
Dokter di depan Dave tersenyum. "Putri anda baik-baik saja tuan Marsden. Sebaiknya kita masuk lebih dulu, saya akan menjelaskan kondisi nona Aileen dengan lebih rinci."
...❄️...
...❄️...
...❄️...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠
alhamdulilah tetap pertama
2022-07-11
2