Satu malam saja

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Aileen mengerjap seraya mengamati disekitar; tempat tidur yang asing, dinding kamar yang tidak dikenali, tali yang menjuntai diatas ranjang, serta tubuh hangat lelaki yang sama sekali tidak pernah Aileen lihat sebelumnya.

Sial. Mungkin kata umpatan itulah yang tepat untuk Aileen ucapkan saat ini. Melihat apa saja yang sudah terjadi semalam.

Dengan kondisi dirinya dan juga pria yang ada disampingnya itu, siapapun akan tahu apa saja yang sudah mereka lakukan.

Aisss... benar-benar!

Aileen mengerjap dan juga mengusap wajahnya kasar. Rasa pening dan juga tak nyaman kini melingkupi dirinya.

Sekali lagi Aileen memperhatikan dengan seksama siapa pria yang sedang berbaring dengan nyaman diatas ranjangnya.

Apa aku mengenalmu? Aileen mengernyit.

Aileen memperhatikan dengan seksama, menatap rambut gelap yang sedikit berantakan serta otot-otot punggung atasnya yang kekar dan ****.

Pemandangan itu mengingatkan dirinya akan rasa nyeri dibeberapa bagian tubuhnya sendiri, Aileen bergidik.

Tidak diragukan lagi ketika Aileen keluar dari karakter yang selama ini terus dimainkannya.

Gadis muda yang selalu bersikap dewasa dan juga bertanggung jawab, stabil dan juga selalu berhati-hati. Tapi kini Aileen telah kehilangan kontrolnya..

Aileen yang bersikap dewasa dengan selalu berusaha menjauhi segala masalah, kini justru dengan bodoh nya menceburkan diri kelautan besar penuh konflik.

Ini benar-benar diluar toleransi dirinya sebagai seorang Marsden. Bahkan bisa dibilang perbuatannya saat ini tidak jauh berbeda dengan perbuatan gadis nakal.

Gadis nakal yang tak bisa mengendalikan diri hingga melakukan percintaan satu malam.

...Percintaan satu malam....

Pemikiran itu membuat Aileen merasa pusing dan agak mual. Ditambah lagi ketika ingatan mengapa dirinya bisa sampai ada ditempat yang asing ini kembali menyerbu ingatannya..

Aileen ingat..

...❄️...

Awalnya, semua berjalan seperti biasa. Aileen pergi ke hotel dan menghabiskan hampir setengah harinya untuk bekerja.

Aileen adalah seorang yang sangat mencintai pekerjaannya sebagai wanita karier yang sudah mengukir namanya di bidang bisnis.

Karena itulah setelah menamatkan pendidikannya, Aileen tidak ingin tinggal diam di dalam rumah seperti putri-putri orang kaya kebanyakan.

Aileen akan bosan setengah mati jika melakukan hal seperti itu. Dan sejak empat tahun lalu Aileen sudah memberanikan dirinya untuk mengambil tanggung jawab sebagai pemilik Royal M.R Hotel.

Bisa di bilang, Aileen selalu sibuk melakukan banyak hal. Tidak ada waktu baginya untuk mengurusi hal-hal yang berhubungan dengan pergaulan para sosialita apalagi mengenai hubungan asmara.

Aileen masih belum memikirkan hal seperti itu. Jujur saja, Aileen sedikit merasa terbebani untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis.

Tapi tiba-tiba saja di sore harinya yang masih terbilang sibuk, Papa Dave (cara Aileen memanggil ayahnya) menelpon dan meminta Sarah untuk mengantar Aileen ke salah satu restoran yang masih berada di ruang lingkup kepemilikan keluarga Marsden.

Awalnya Aileen ingin menolak. Ia sudah cukup sibuk dengan pekerjaan di hotel, jika dipikir-pikir lagi, Aileen tidak punya banyak waktu untuk mengurusi hal-hal diluar bertemu dengan klien dan juga meninjau secara langsung hotel yang sedang dikelolanya.

Tapi di sini lah Aileen sekarang menuruti permintaan papa Dave, seperti seorang gadis manis dan penurut.

Dan sialnya, Aileen tak punya kecurigaan sedikitpun pada permintaan tersebut sampai ia bertemu dengan seorang pria asing yang ternyata sudah menunggu dirinya.

Pria berambut coklat dengan tinggi yang jauh diatas Aileen. Netra pria itu berwarna biru safir dengan menampilkan senyum yang sedikit misterius pria itu langsung berdiri saat mendapati keberadaan Aileen, seolah-olah mereka sudah saling mengenal sebelumnya..

"Mari nona. Tuan Alex sudah menunggu anda." Sarah menuntun Aileen kemeja dimana pria itu berada.

Aileen hanya menurut sambil mendengus tanpa minat. "Apa kau kenal dia Sarah?" tanya Aileen masih dengan raut wajah yang tidak berubah.

Jujur saja Aileen tidak tertarik pada pertemuan seperti ini, meskipun sebenarnya ia sedikit penasaran tentang kelebihan pria yang akan ditemuinya ini.

"Tidak tahu nona. Hanya saja tuan besar meminta anda untuk bertemu dan makan malam bersama tuan Alex." jelas Sarah secara singkat.

"Apa kau juga tidak tau dari keluarga mana pria itu berasal?" tanya Aileen lagi sebelum keduanya benar-benar tiba dimeja yang sudah di reservasi.

"Putra bungsu dari keluarga Rigger nona." jawab Sarah dengan suara rendah.

Well, Rigger. Aileen cukup mengenal nama itu. Keluarga Rigger adalah pemilik dari perusahaan IT yang cukup ternama di Vegas.

Dan setahu Aileen, kepemimpinan perusahaan sudah diambil alih oleh anak tertua keluar Rigger, lalu apa kelebihan pria ini?

Ada-ada saja. Pikir Aileen. Setibanya dimeja tempat Alex berdiri, Aileen hanya menatap pria itu sampai pria itu bersuara terlebih dahulu.

"Hai.. aku Alex." katanya. Berusaha tersenyum ramah dan masih bersikap sedikit misterius.

"Aileen Marsden." Aileen juga mengulurkan tangan untuk membalas uluran tangan pria bernama Alex itu.

"Aku tahu kau pasti bingung." Alex mengedikkan bahu. "Aku juga awalnya bingung, tapi aku tidak bisa menolak." Aileen mengernyit.

Kepalanya terasa pusing. Seakan-akan ia tahu kemana arah pembicaraan tersebut. Perjodohan. Apa lagi?

Apa ini kehendak papa Dave? Aileen mengerjap, kemudian tersenyum samar. "Apa papa Dave yang meminta mu untuk menemui ku?" tanya Aileen.

Mereka tidak perlu berbasa-basi. Jika memang ya, maka ia tahu alasan dibalik pertemuan tersebut. Sudah jelas jika ini adalah perjodohan yang direncanakan oleh masing-masing orang tua.

"Benar. Tapi jangan salah paham." Alex mencoba menjelaskan. "Aku tidak membenci pertemuan ini. Bahkan aku menyukainya. Aku harap kita bisa saling mengenal lebih baik lagi. Mungkin, jika kau tidak keberatan."

Aileen hanya bergeming. Tentu Aileen tidak akan menolak ajakan tersebut secara terang-terangan.

Bagaimanapun, Aileen akan menjaga kehormatan orang tuanya. Jadi apapun yang di inginkan papa Dave, Aileen akan berusaha mewujudkan hal tersebut. Termasuk pertemuan seperti ini.

"Baiklah." sahut Aileen. Alex ikut tersenyum. Jujur saja pria seperti Alex bukanlah pria tipe Aileen. Terlalu biasa. Tidak membuat nya berdebar sedikitpun.

"Duduklah." Alex bicara dengan lebih santai. "Terimakasih." Saat keduanya bicara; Sarah menghindar dan hanya memperhatikan dari kejauhan.

"Boleh aku tahu apa pekerjaan mu?" Aileen kembali bersuara untuk mencairkan sedikit suasana canggung di antara mereka. Meskipun mungkin saja ia sudah tahu apa jawaban yang akan didengarnya.

Putra dari pemilik perusahaan IT, apalagi yang dilakukannya selain melanjutkan dari apa yang orang tuanya miliki.

Atau bisa saja pria didepannya ini sudah menciptakan perusahaannya sendiri. Membosankan.

"Aku seorang seniman." kata Alex membuat Aileen hampir tersedak. Ais.. memalukan! Buru-buru Aileen mengambil serbet kemudian menyeka mulutnya, canggung..

"Maaf, bukannya aku mau bersikap tidak sopan." kata Aileen buru-buru. Alex tersenyum memaklumi reaksi tersebut. Ini bukanlah yang pertama baginya.

Memiliki background keluarga seperti dirinya, tentu saja akan terlihat aneh jika ia sedikit melenceng dari apa yang orang lain pikirkan tentang dirinya.

Melihat senyum di wajah Alex, membuat Aileen merasa sedikit tidak enak atas reaksinya barusan.

Pernyataan Alex benar-benar diluar perkiraan. "Kau pelukis atau.." Aileen menunda kalimatnya..

"Hem. Kau benar. Aku seorang pelukis. Hanya seniman kecil." katanya, seakan pembicaraan seperti ini sudah sangat biasa dilakukan. Tapi anehnya, sorot mata itu justru penuh dengan binar kebanggaan.

"Sepertinya kau menyukai pekerjaan mu. Maafkan aku jika tadi..-"

"Tidak apa-apa. Jangan merasa sungkan." sela Alex. Ia sudah terbiasa. Untuk saat ini, Alex tak keberatan menceritakan dirinya pada Aileen. Karena Alex menyukai Aileen.

"Aku hanya seorang pelukis kecil. Kau tidak akan mendapati namaku jika kau mencarinya di majalah ataupun di internet." Alex kembali tersenyum, bersikap sesantai mungkin.

Aileen berusaha memaksakan senyuman canggung nya, "Benarkah. Mungkin kapan-kapan kau bisa menunjukkan hasil karya mu padaku."

"Tentu. Aku menantikan saat itu."

Sampai di situ, Aileen mengingat dengan jelas semuanya;

Lalu...

...❄️...

Setelah makan malam dengan Alex berakhir, Aileen tidak ingin pulang terlalu cepat, karena itulah Aileen kembali ke hotel ditemani Sarah. Kesalahan nomor satu.

Tapi bukannya untuk bekerja atau memeriksa hotel seperti yang sering dilakukannya, Aileen justru melakukan hal lain, yaitu menghabiskan malamnya di bar yang ada di lantai teratas hotel.

Meskipun masih muda, Aileen terbilang cukup terbiasa dengan minuman beralkohol. Ia sering menghabiskan waktunya untuk mencicipi berbagai macam jenis minuman.

Yah, meskipun sebenarnya toleransi Aileen pada minuman keras tidak terlalu baik. Kesalahan nomor dua.

Ya Tuhan..Apa ini! ingatan samar-samar kembali menyerbu Aileen..

Di bar, Aileen yang sudah memiliki ruang VVIP miliknya sendiri minum dengan ditemani oleh Sarah.

Ditempat itulah Aileen akan menumpahkan semua unek-uneknya sepanjang hari, dan Sarah akan mendengarkan dalam diam.

Selang beberapa waktu, Aileen sudah menghabiskan beberapa gelas minumannya sambil terus menggerutu pada Sarah.

Ia mengomentari banyak hal, dan juga tak menyetujui banyak hal. Termasuk pertemuannya dengan Alex beberapa jam lalu. Bagi Aileen itu terasa membebani dirinya.

"Apa papa Dave benar-benar menyayangi ku Sarah?" Aileen terus mengoceh.

"Bagaimana bisa papa Dave menjodohkan aku dengan seorang seniman?" hal pertama yang sedikit tidak Aileen sukai.

Mau bagaimana pun memikirkan nya, Aileen benar-benar belum bisa menerima itu.

"Bisa kau bayangkan bagaimana nantinya jika kami benar-benar menikah?" Aileen mendengus.

"Aku akan pergi bekerja kesana-kemari, dari hotel satu ke hotel yang lain, tapi suamiku hanya berdiam diri dirumah untuk menghabiskan lebih banyak waktunya berteman dengan kanvas dan juga cat basah." Aileen tak henti-hentinya menggerutu.

"Aku tidak akan memasang dasi ataupun memilih jas untuknya. Kami tidak bisa bertukar pikiran tentang pekerjaan, dan juga tidak bisa saling mengisi. Yang ada setiap hari aku harus mencium bau cat dan juga melihat tubuhnya yang penuh noda.''

"Apa nanti aku juga harus menilai hasil karyanya? atau membelinya secara diam-diam agar suami ku bisa memiliki penghasilan untuk membiayai hidup kami?"

Aileen masih menggerutu setelah menegak habis isi gelas yang ketujuh atau kedelapan, Sarah tak menghitung, dan hanya diam mendengarkan.

Sejak bekerja sebagai pengawal Aileen tiga tahun lalu, sedikit banyak Sarah bisa mengerti bagaimana sikap gadis muda yang saat ini berstatus sebagai tuannya.

Seorang gadis yang berpura-pura bersikap dewasa demi menghilangkan kekhawatiran sang ayah.

Dan usaha Aileen selama ini memang berhasil. Bisa dilihat dari bagaimana ia dipercaya untuk mengelola beberapa hotel miliknya sendiri.

Tapi dibalik itu semua, Sarah selalu menutupi kelakuan Aileen yang ceroboh seperti sekarang.

Mungkin Sarah bisa merasakan bagaimana jika ia berada di posisi itu, pasti akan melelahkan.

Satu-satunya cara Aileen untuk menghibur diri hanyalah dengan minuman keras. Katakanlah itu sebagai pelampiasan.

"Tapi tuan tidak meminta kalian untuk menikah nona." sahut Sarah. "Mungkin saja tuan hanya ingin agar anda menambah teman bergaul, itu saja."

"Kau tidak akan mengerti Sarah. Hatiku benar-benar lelah. Aku tau apa tujuan papa Dave sebenarnya. Aku harus menikah dengan pria yang papa pilihkan."

Aileen diam. Tatapannya terlihat kosong. "Ini tidak adil buat ku Sarah. Selama ini aku sudah menjadi anak perempuannya yang baik. Aku tidak pernah melakukan hal-hal yang membuat papa Dave kecewa. Tapi lihatlah.." Aileen lagi-lagi menghela nafas berat. "Apa papa Dave benar-benar memikirkan aku?"

"Pria yang aku temui tadi, aku tidak memiliki perasaan padanya. Bahkan tidak ada satupun dari dirinya yang bisa menarik perhatian ku. Meskipun wajahnya cukup tampan." katanya dengan kepala terkulai di atas bantalan sofa. Tapi tiba-tiba saja Aileen berdiri menatap tajam pada Sarah.

"Nona, ada apa?" kata Sarah bersikap sigap. "Aku mau ke toilet Sarah. Aku harus jalan kemana?" rengek Aileen bertingkah seperti anak kecil.

Beginilah jika Aileen sudah berurusan dengan alkohol. Wanita itu akan sedikit tidak terkendali.

Tapi untungnya di sana ada Sarah. Mau bagaimana pun sikap Aileen dan juga kebiasaan buruknya, Sarah bisa menghadapi semuanya dengan tenang dan profesional.

"Pegang tangan saya nona. Akan saya tunjukkan jalannya." Sarah mengulurkan tangan pada Aileen. Tapi tiba-tiba saja tangan itu ditepis.

"Aku bukan anak kecil Sarah. Tunjukan saja jalannya." Aileen mendengus seraya memperbaiki roknya yang sedikit terangkat. Nah.. inilah yang Sarah maksudkan.

Sarah hanya bisa melakukan seperti yang nona nya inginkan. Sarah berjalan mendahului Aileen agar gadis itu bisa mengikuti dirinya layaknya penunjuk jalan.

Dipertengahan jalan menuju ke toilet, bukannya mengikuti Sarah dengan benar, Aileen malah berbalik kearah yang berlawanan.

Bahkan tanpa sengaja ia memasuki area room milik orang lain. Di sanalah Aileen terjerat sepenuhnya pada seseorang.

Pria yang begitu mencolok diantara segerombolan pria lainnya. Bahkan dari jaraknya saat ini, Aileen bisa mencium aroma yang menguar dengan tajam dari tubuh pria itu.

Makhluk mitos. Pria di sana terlihat seperti itu. Dan gilanya lagi, dengan pencahayaan temaram seperti ini, mata Aileen bisa menangkap dengan jelas bagaimana cara pria itu tersenyum. Caranya menatap sesuatu, dan caranya bersenang-senang..

Sepertinya ia benar-benar mabuk. Bagaimana bisa penciuman dan penglihatannya bisa setajam ini? apa aku seorang Vampir? Aileen tertawa konyol.

"Nona, apa yang anda lakukan disini?" Sarah mendapati Aileen dan segera merangkul pundak gadis itu. Sekali lagi Aileen menepis tangan Sarah.

"Kau lihat pria itu Sarah. Pria yang ada di sana. Bukankah pria itu tampan?" tunjuk Aileen dengan kaki yang sedikit bergetar, karena sempoyongan.

"Pria yang ada diujung sana. Yang tersenyum seperti malaikat. Wajah sialan itu, aku menginginkannya." Aileen tertawa, kemudian memeluk Sarah.

"Pria itu biasa saja nona." sahut Sarah tak benar-benar bisa melihat siapa yang Aileen maksud. "Wah.. kau merusak suasana saja." Aileen terkulai. Dengan sigap Sarah menangkap tubuh Aileen.

"Aku menginginkannya." gumam Aileen lagi. "Bisakah kau mendapatkannya untuk ku? aku ingin bermain dengan pria itu Sarah. Kau harus mendapatkan nya untukku. Aku ingin dia.." Aileen meracau. Gadis itu benar-benar sudah mabuk sepenuhnya.

Sedangkan bagi Sarah sendiri, permintaan Aileen sama artinya dengan perintah. Ia akan melakukan apa saja demi mewujudkan permintaan tersebut. Meskipun sebenarnya Sarah sedikit ragu permainan seperti apa yang dimaksudkan oleh Aileen.

"Baik nona. Aku akan memberikan pria itu untuk anda. Sekarang lewat sini, toiletnya di sana."

...❄️...

...❄️...

...❄️...

Terpopuler

Comments

🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠

🐝⃞⃟𝕾𝕳𝕸𝖗𝕼𝖎𝖚𝖖𝖎𝖚🦐⚔️⃠

ko komen pertama

2022-07-11

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!