Nico menuruni tangga secepat ia bisa, entah mengapa ia tiba-tiba merasa sangat kelaparan. Nico mengedarkan pandangan melihat rumah sepi. Aneh, biasanya pembantu biasanya sudah ribut pagi pagi untuk menyiapkan sarapan. Namun pagi ini sepi, entah berantah kemana mereka semuanya.
Nivo melihat Dea tengah menata makanan di meja makan, dia bahkan tak melihat sedikitpun ke arah Nico semanjak kejadian ciuman itu. Dea memang lebih memilih berdiam di kamar tanpa suara, Nico pikir gadis itu sudah pergi. Ternyata ia masih berdiri di hadapannya.
Aku pikir kamu sudah kabur. Ternyata kamu punya keinginan kuat ya disini. Aku tak mengerti hanya ciuman kilat bisa membuatnya diam seribu bahasa kepadaku Entah karena marah atau sedih karena aku lihat kamu tidak menyukai ciumanku.
Nico ku duduk di meja makan lalu memperhatikan Deandra yang masih santai dengan kegiatannya tampa melihat sedikitpun ke arah Nico. Nico yang merasa diabaikan jadi kesal sendiri.
"Hei kamu, mengapa semua orang sepi. Apa yang kamu lakukan?" tanya Nico sambil melirik aneka masakan yang terhidang di meja makan
Apa-apaan ini? pembantuku biasanya kalau pagi hanya menyediakan susu dan roti karena itulah sarapanku bisanya. Kenapa ini jadi ada nasi, sayur, lauk pokoknya 4 sehat 5 sempurna?!
"Apa-apaan ini?" tanya Nico bingung sambil menunjuk ke meja makan. Jelas sekali ini bukan Bik Ijah pembantu yang bertugas menyiapkan makanan.
Dea terdiam tak menjawab, ia kembali menata piring lauk. Seselesainya ia duduk di hadapan Nico dan mengambil piring sendok tampa menjawab pertanyaan Nico. Nico mulai bertambah kesal.
Apa dia bisu mendadak? Kenapa diam begitu? Pertanyaanku bahkan tak dijawab dengan satu katapun. Boro boro menjawab melirikku saja tidak. Ia bertingkah seolah olah aku tidak ada. Menyebalkan sekali gadis ini!
"Hei! aku bertanya padamu!" sentak Nivo jengkel. Deandra pasti sengaja pura pura tidak melihat dan mendengarkan Nico kan?
"Namaku bukan HEI," sahut Dea sambil menekankan kata Hei. Ia menatap tajam Nico sekilas, lalu ia kembali melanjutkan aktifitasnya.
"Deandra! Aku bertanya padamu!" Nico bertambah kesal. Apa bedanya dia memanggilnya dengan nama atau sebutan 'HEI'? toh Deandra akan segera keluar pergi dari rumah ini. Nico pastikan ia akan menendang gadis ini secepat mungkin dari rumah.
"Aku menyuruh Bik Ijah istirahat. Aku memasak, kalau mau silahkan makan tidak silahkan pergi," jawab Deandra dingin tanpa memandang ke arah Nico.
"Kalau mau merayuku dengan masakan. Harusnya kamu tanya Bik Ijah apa masakan kesukaanku," ujar Nico sambil melihat menu yang tersaji di depannya. Tidak ada masakan Perancis atau Italia kesukaannya. Menu yang tersaji di meja menurut Nico adalah masakan kampung.
"Merayumu? Hahaha... jangan harap. Aku malah ingin meracunimu dengan makanan. Supaya kamu sakit dan berhenti berbicara omong kosong." Diandra melirik Nico kesal.
Mata tajam Nico beralih ke makanan yang terhidang di depannya dengan enggan. Ia meletakkan kembali piring sendok dan garpu dengan kesal. Jangan-jangan ada racun di sini? Ia pasti ingin balas dendam kepadaku? Aku harus segera menyingkirkan makanan ini! atau aku bisa sakit perut nantinya?
"Kenapa? Gak mau makan?" mata cantik Deandra beralih keheranan saat ia melihat Nico berhenti mengambil makanannya.
"Aku tidak makan makanan beginian. Aku biasa makan makanan Import," Elak Nico masih dengan nada yang congkak. Ia masih ragu untuk memakan makanan yang disiapkan Deandra. Ia masih muda dan ingin hidup bahagia. Bagaimana kalau ada racun di dalam makanan yang dibawa Deandra?!
"Ow... begitu, aku orang lokal jadi suka makanan lokal. Tapi baguslah kalau kamu tidak mau makan. Aku bisa makan sebanyak mungkin," Jemari Deandra beralih memegang piring saji, ia mendekatkan semua piring ke arahnya.
Deandra mulai menyendokkan nasi sayur lauk ke piringnya. Deandra meraih sendok dan mengambil suap demi suap makanan ke dalam mulutnya. Ia makan dengan lahapnya tanpa memperdulikan Nico yang mentapnya keheranan. Mata cantiknya mengarah kembali ke arah Nico yang masih terlihat ragu menatap makanannya.
Gak mau makan ya sudah! Untuk apa aku peduli pada cowok jahat yang mencuri ciumanku. Bahkan setelah itu Nico merasa tidak seperti terjadi apa-apa. Mungkin bagi Nico ciuman bibir sudah seperti cemilan sehari-harinya. Percuma aku menangis semalaman penuh karena memikirkan ciuman itu. Aku harus melupakan ciuman itu. Anggap tidak pernah terjadi!
Nico memicingkan matanya sambil menelan ludah. Ia melihat Deandra yang makan dengan nikmat dan sepertinya makanan yang ia makan lezat?
Bagaimana bisa gadis itu makan seperti itu? Apa masakannya benar-benar enak? Apa ia tidak sakit setelah makan? Apa dia tidak menaruh racun di dalamnya?
"Apa kamu baik-baik saja setelah makan itu?". tanya Nico sambil mengamati Deandra, berupaya mencari perubahan pada dirinya. Siapa tahu setelah ini dia sakit perut!
"Maksudmu?" Mata Deandra terlihat bingung dengan pertanyaan Nico.
"Kamu tidak sakit perut setelah makan itu? Atau mungkin jantungmu langsung berhenti? Atau nafasmu tiba-tiba sesak?" tanya Nico sambil menunjuk ke arah perut dan dadanya.
"Mengapa aku harus mengalami itu semua? Aku baik-baik saja," jawab Deandra sambil mengunyah makanan.
"Hm... baguslah kalau kamu sudah makan dan baik-baik saja. Berarti tidak ada racun di masakanmu kan?" Nico menarik nafas lega lalu ia tersenyum memandang makanan yang tersaji.
Mengapa melihatmu makan membuat cacing dalam perutku mulai bernyanyi dengan kata-kata 'lapar?!"
"Apa katamu? racun?! jadi, kamu mengira aku akan meracunimu?" Deandra tergelak tak percaya dengan apa yang di ucapkan Nico.
Pria sombong ini percaya aku akan meracuninya?! Duh tuan sombong yang polos! aku tidak sekejam wanita di senetron juga kali!
"Ya siapa tahu".
"Aku tidak sekejam itu Nic buat apa aku menaruh racun disini. Tapi, bukannya kamu tidak mau makan? Sudah, jangan makan kalau tidak mau makan. Kamu kan hanya makan makanan Import. Gak cocok makan makanan ini," ledek Deandra menarik nasi menjauh dari Nico.
"Enak aja. Aku mau makan!" Nico menarik kembali piring nasi dari tangan Deandra.
"Katanya gak suka makanan lokal. Kampungan!" ejek Deandra.
"Bukannya kamu memasak ini untuk merayuku? Setidaknya aku harus mengetes sampai dimana kamu akan berhasil dengan makanan ini," Nico tersenyum seringai membalas ucapan Deandra.
"Aku tidak merayumu!!" Mata Deandra menatap tajam wajah tampan Nico.
"Sudah, aku sekarang tahu kamu merayuku dengan cara seperti ini. Mencari tak tik yang berbeda dari cewek pada umumnya. Berusahalah lebih keras Deandra, karena aku bukan cowok yang mudah di takhlukkan." Nico mengambil nasi sayur dan lauknya.
"Dasar tuan Arrogan! Aku tidak berniat merayumu!" elak Deandra kesal.
Mengapa jadi begini sih? Aku kan masak karena kangen dengan rumah. Kangen masakan rumah. Bukan mau merayu cowok super pede ini!
Nico hanya mencibir, namun tanpa protes ia meraih hidangan yang tersaji dan melahapnya. Hm...Ia menikmati suap demi suap masakan di piringnya. Ia mengunyah dengan seksama, menilai cita rasa dalam masakan itu.
Tak kusangka gadis ini pintar memasak juga.
Apa dia sengaja kursus memasak sebelum datang kesini?Ia sengaja melakukan ini demi menakhlukanku?! Hm... Pintar juga dia!
Mata Nico keheranan, saat ia melihat penampilan Deandra yang sudah rapi pagi ini. Deandra yang biasa menggunakan kaos atau baju santai di rumah, sekarang ia sudah rapi dengan balutan kemeja putih yang di lapisi dengan blazer hitam.
Deandra mau kemana? Hari ini dia tampak berbeda. Dia menggunakan kemeja lalu blazer. Rambut yang awalnya tak tertata ia kucir sebagian dan terlihat rapi. Kuakui dia terlihat. hmm... berbeda, dia lebih cantik.
"Mau kemana?," tanya Nico saat melihat Deandra yang telah selesai makan dan mulai beranjak pergi.
"Bukan urusanmu!" jawabnya dingin sambil mengambil tas dan pergi meninggalkan rumah.
"hufh...wanita macam apa itu. Kelakuannya menjengkelkan. Mau mungkin aku mau ama dia. Gak ada manis-manisnya." Nico melengus kesal dan mulai beranjak juga.
Hari ini ada agenda penting. Nico merupakan CEO di perusahaannya. Biasanya ia harus ikut andil dalam wawancara mencari pegawai diperusahaan. Sebenarnya Nico malas. Tapi, yah mau bagaimana lagi! ketika perekrutan pegawai semua manager dan CEO harus hadir di tahap akhir wawancara. Meskipun Nico tahu ia akan bosan seharian karena mendengarkan para calon pegawai yang bermain lidah merangkai kata untuk menjilatnya, atau beberapa perempuan yang sengaja tampil cantik dan sexy untuk memikatnya daripada berusaha keras dengan keterampilan yang ia punya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Berdo'a saja
emmm
2021-10-26
0
Ilan Irliana
emnk'y leemineral manis..haddeeuuhh nico..
2020-12-21
0
Lina Castano Thekelijie
deandra melamar kerja di perusahaan nico...kira2diterima gak yah sm nico,ceritax bikk. penasaran thor...
2020-09-12
7