Author :
Terimakasih yang sudah mampir, sebelum kamu baca jangan lupa tab jempol mu buat like, vote, dan rate ⭐ 5 ya. Jangan lupa tinggalkan jejak juga.
_______________________
Nico membenarkan dasi dan jas kerjanya. Ia menatap pantulan dirinya di depan cermin. Senyum terkembang di wajah tampannya saat membayangkan ekspresi Deandra yang menatapnya penuh kekesalan. Setelah penampilannya terasa sempurna, Nico bergegas mengambil tas kerjanya dan keluar kamarnya. Derap langkah kakinya perlahan menapak di lantai tangga satu demi satu.
Nico bersiul sambil mengarahkan pandangannya menyusuri sudut ruangan di bawah. Semenjak kemarin ia tidak melihat batang hidung Deandra. Namun Nico masih saja tidak menemukan sosok gadis keras kepala itu.
Apa dia sudah hengkang dari rumah ini?! Baguslah kalau begitu. Hm... Rupanya hanya segitu saja mentalmu. Sungguh sayang aku kehilangan sesosok yang aku kira akan berbeda dengan gadis lainnya. Ternyata sama saja, dia tidak bertahan lebih dari sebulan. Entah mengapa dan sejak kapan setiap kali bertemu Deandra selalu ingin mempermainkannya. Bukan karena suka Deandra, justru ia ingin membuat gadis itu menyerah dan pergi dari sini
Sikap keras kepalanya membuatku semakin ingin menjatuhkannya. Melihat raut wajah marah dan kesalnya menurutku sedikir lucu, Sesuatu hiburan untukku. Ups....Bukan berarti aku tertarik padanya ya. Aku dan dia selalu bagaikan bumi dan langit Sesuatu hal yang bertokak belakang. Jika kami bertemu selalu ada saja yang diributkan. Bahkan kita tak pernah akur sama sekali. Tapi kalau dia terpancing dengan kata kataku dan marah, entah kenapa aku merasa menang dan puas.
Mata Nico terhenti saat melihat sesosok yang sedang berdiri di dapur. Tampak Deandra sudah menyiapkan sarapan seperti yang ia lakukan beberapa hari lalu. Gadis itu lalu duduk di meja makan sambil mempersiapkan sarapan di meja.
Ternyata dia masih disini!
Sepertinya sudah menjadi kebiasaan baru bagi Deandra. Saat pagi hari ia akan bangun dan menyiapkan makanan untuk sarapan. Nico melangkahkan kaki mendekati Deandra. Ia melihat Deandra yang masih sibuk. Seperti biasa, Deandra selalu mengacuhkannya.
Meskipun aku yakin itu adalah salah satu caranya untuk dapat meluluhkan hatiku. Namun, tak bisa kuungkiri masakan Deandra enak dan aku suka bisa menikmati berbagai menu yang dia hidangkan. Sesuatu makanan yang bahkan aku tidak pernah memakannya. Meski awalnya aku merasa menu ini adalah kampungan, aku tak pernah protes. Toh ini menguntungkanku juga kan?
"Hei, mengapa cuma sedikit? buat aku mana?" tanya Nico ketika melihat meja makan yang biasanya penuh sekarang sepi, hanya beberapa makanan dengan porsi cukup untuk seseorang makan.
"Gak ada!" sahut Deandra cuek sambil menyantap makanan yang memang ia siapkan hanya untuk dirinya sendiri.
"Gak ada?" tanyaku bingung.
"Iya, TIDAK ADA," sahut Dania mengulangi ucapnnya sambil menekankan kata 'tidak ada'
"Apa?? tidak ada? Bagaimana bisa?" Nico kesal melihat Deandra.
"Aku kan bukan pembantumu atau juru masakmu? Kenapa aku harus menyiapkan makan untukmu terus?" Deandra menatap Nico tajam.
"Jadi kamu memang sengaja tidak menyiapkan untukku?" Nico menghendikkan bahunya.
"Ya"
"Mengapa bisa tak ada untukku?" Nico merengut kesal. Cacing-cacing di perutnya sudah berdemo meminta makan.
"Sudah kubilang kan aku bukan pembantumu atau juru masakmu! Jadi, terserah akulah" Deandra meneruskan makannya.
"Hm... memang bukan," desis Nico kesal.
Dia pasti sengaja melakukan ini untuk membalasku yang mengerjainya saat wawancara kan. Tapi bukankah aku sudah mengatakan kalau Deandra kutrima? Bagian HRD pasti sudah menghubunginya kan? Bukankah hrusnya ia berterimakasih padaku dan berbaik baik ria karena aku sekarang adalah bos nya!
"Hei, apa kamu sengaja karena ingin membalasku?" Nico menatap Deandra. Ia lalu tersenyum seringai.
"Tidak, untuk apa aku membalasmu," ujar Deandra masih cuek.
"Atau trik untuk mencari perhatianku?" Senyum seringai tersungging di wajah tampan Nico.
Deandra menghela nafas kesal, ia lalu menghendikkan bahunya. Nafsu makannya tiba-tiba berkurang mendengar ucapan pria tampan di depannya itu. Entah kenapa semua ucapan dan tingkah laku Nico selalu menyebalkan.
"Aku masak kamu bilang aku mau merayumu. Aku tidak masak kamu bilang aku cari perhatian. Maumu apa sih?" Deandra masih kesal menatap Nico.
"Lha kenyataannya begitu kan? Dengarkan aku Deandra. Tak tik ini tidak mempan untukku. Belajarlah lebih baik lagi. Kamu lihat kan wanitaku kemarin? Dia jauh lebih cantik dan sexi daripada kamu," ucap Nico.
Deandra hanya mendengus kesal mendengar ucapan Nico. "Ya mereka cantik. Lalu kenapa tidak kamu nikahin saja salah satunya. Memangnya tidak ada salah satu yang kamu cintai?"
"Cinta?! Hahaha... Itu satu kalimat tabu untukku Deandra. Kamu pikir aku mau terlibat sesuatu yang disebut cinta? Tentu tidak," Nico terkekeh.
"Apa? Cinta adalah hal tabu? Bagaimana bisa? Cinta itu sesuatu yang indah." Deandra teringat masa-masa indahnya bersama kak Doni. Masa-masa ia melakukan segala hal berdua. Berbagi kebahagaian dan juga kesedihan.
"Hahaha.... Menggelikan kamu berkata seperti itu. Tapi cinta bagiku adalah hal yang memuakkan. Hal yang aku tidak suka," jawab Nico.
"Kalau kamu tidak suka kenapa kamu malah punya wanita yang tak terhitung jumlahnya?" Deandra bersungut.
"Kamu kira aku dengan mereka karena cinta? Salah besar! Bagiku, wanita tak lebih dari sebuah sendal!" sahut Nico
" Sendal?!" Deandra keheranan.
Bagaimana bisa dia merumpamakan wanita seperti sendal? Memangnya ada hubungannya? Wanita dan sendal. Bisanya pria-pria akan menyamakan dengan bungalah atau apa yang cantik-cantik. Kenapa bisa sendal?
"Ya sendal. Sesuatu yang harus dipakai dengan cara diincak dan diganti saat bosan. Bagiku wanita seperti itu." Nico menatap lurus dengan muka serius.
"Pikiran macam apa itu!" sahut Deandra tidak terima, "Wanita itu sesosok yang berharga. . Wanita yang akan menjadi istri dan ibu bagi anak-anak. Seseosok yang harus di hormati dan di jaga. Bukan untuk mainan!"
"Berharga? Buat apa aku menghargai wanita. Kupikir semua wanita sama saja. Mereka matre, picik, tidak tulus dan tidak setia." Sahut Nico.
"Tidak semua seperti itu Nico!" Deandra menghentikan makannya dan menatap lurus ke arah Nico.
"Tidak?! Oh ya, seperti apa sosok seperti itu?" Nico mendengus sambil menyepelekan. "Kamu? Bahkan kamu juga tidak jauh beda kan? Kamu sendiri kan yang bilang akan menikah denganku entah aku suka atau tidak. Kupikir kita tidak terlibat cinta yang harus menikah kan?
Deandra tercekat dengan kata-kata Nico. Dia tidak bisa mengelak dengan tuduhan Nico. Kata-katanya tepat menancap di hatinya karena yang dikatakannya benar. Deandra lalu terdiam menunduk.
Kamu benar Nico, aku tak lebih baik dari wanita yang kamu maksud. Aku menikahimu karena uang, bukan karena cinta.
"Kenapa diam? Apa benar kata-kataku?" Nico tertawa mengejak.
"Aku pergi dulu," ujar Deandra bergegas menyelesaikan makannya.
"Pergi kemana?" tanya Nico
"Bukan urusanmu," jawab Deandra sambil mengambil tas dan membawanya.
"Oh iya kamu sudah bekerja ya. Hahaha Sampai ketemu nanti, kita bisa bersenang-senang nanti" Nico tertawa mengejek.
Deandra menoleh sekilas dengan tatapan tajam. Ia hanya menghela nafas dan tidak menjawab perkataan Nico. Deandra lalu beranjak meninggalkan rumah. Nico hanya tersenyum puas melihat Deandra yang tak berkata apapun.
Lihat saja nanti Deandra, aku akan mengerjaimu di kantor. Sampai kamu akan bosan dan menyerah!!
_______________________
Jangan lupa rate ⭐5, vote dan like... tinggalkan jejak ya...
Kamu bisa juga baca novelku yang satunya juga lho. Love by Accident (LBA)
Terimakasih para pembaca tercintaku
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 115 Episodes
Comments
Berdo'a saja
bucin tau rasa kamu
2021-10-26
0
unicron ❤️
kamu salah nico
2021-04-04
0
RA💜<big><_
semngat kak
salam dari siculun dan pangeran tampan
2020-09-15
2