Dua orang yang berbeda gender itu bersama-sama memasuki kamarnya masing masing. Setelah masuk, Farez langsung membuka connecting door, tapi sayangnya Lizi tak segera membukanya. Padahal, sebelum gadis itu masuk, Farez sudah mengingatkannya agar langsung membuka connecting door.
Sudah kuduga gadis ini pasti mempermainkan aku!
Farez mendengus kesal, lalu mengetuk connecting door milik Lizi yang belum terbuka. Beberapa kali di ketuk, tidak ada respon sama sekali. Sampai akhirnya ia merogoh saku hendak mengambil ponsel. Namun belum sampai ponsel itu diraihnya, pintu connecting milik Lizi terbuka.
"Aduh, kenapa sih, Pak? Baru juga pisah, udah kangen?" Goda Lizi yang sebenarnya jengkel terus menerus diganggu Farez.
"Buka pintu aja lama!" Farez menyandarkan satu tangannya di connecting door.
"Ya ampun, Pak. Saya kebelet, Pak, kebelet!" Lizi memutar matanya malas. "Lagian, kenapa harus dibuka sih? Bapak mau ngintip saya tidur ya? Atau ngak … diam-diam nanti …."
"Terus aja ngawur. Kamu kebanyakan baca novel pasti, pikiran ngawur terus!"
"Yaelah, Pak. Novel di bawa-bawa. Sudah ah, aku mau tidur!" Lizi berbalik badan dan pergi naik ke ranjang sambil menyalakan televisi.
Sedangkan Farez masih berdiri di posisinya untuk beberapa saat, sampai dia melihat Lizi sibuk menikmati drama prasejarah antara telur dan ayam, barulah dia berbalik.
Terus berkonsentrasi selama 6 jam, membuat mata Farez sedikit berat. Alih-alih pergi tidur, dia justru melepas kaos polonya dan masuk ke kamar mandi. Tentu saja, pemandangan Farez tanpa baju sempat dilihat Lizi lantaran dua kamar itu akhirnya saling terhubung dengan connecting room yang terbuka.
Glek.
Lizi menelan salivanya, melihat beberapa lapis roti sobek yang menggugah selera itu berseliweran di depannya. Entah kenapa, Lizi sedikit mengagumi warna roti sobek dengan sedikit bulu bulu itu.
Dulu pengennya yang putih mulus gitu, tapi sekarang kok …. Agak kecoklatan kelihatannya juga enak.
Tak sampai setengah jam Farez masuk ke kamar mandi, dia pun keluar dengan handuk yang ia lilitkan di pinggang. Berjalan dengan santai sembari mengibas rambut setengah keringnya.
Lagi-lagi, Lizi menelan salivanya ketika melihat Farez berjalan melewati connecting door.
Melorot please! Melorot please!
Farez tiba-tiba menoleh ke arah Lizi, mungkin dia tahu, jika gadis itu sedang menatapnya. Namun Lizi yang enak-enak melihat pemandangan itu dengan gesitnya menutup mata dan berpura-pura tertidur. Membuat Farez mengendorkan rasa curiganya.
Lizi mencoba mengintip, melihat Farez hendak pergi, dia pun merasa kecewa. Akan tetapi, saat Farez baru melangkah selangkah, handuk yang dililitkan itu bukan hanya melorot, melainkan lepas begitu saja.
Bagke semvak Pororo!
Lizi menggigit bibirnya kesal, melihat bagian indah nan fenomenal yang dia nantikankan justru terbalut kain bergambar kartun Pororo. Jengkel, Lizi pun berbalik badan dan menarik selimutnya lalu menutup mata.
Entah sudah pukul berapa ketika Lizi tiba-tiba terbangun dari tidurnya. Melihat kamarnya sudah redup dengan lampu tidur yang masih menyala, sedangkan kamar Farez sudah terlihat gelap.
Lizi berjalan menuruni ranjang, hendak menutup connecting door. Namun saat dia melihat Farez yang sudah tertidur, instingnya mengajak untuk melihat wajah pria itu dengan dekat.
Dengan langkah kaki mengendap-endap, ia berjalan mendekati Farez yang tertidur. Dia membungkukan badannya, melihat wajah dengan bulu-bulu tipis yang terlihat macho dan jantan. Hidung mancung, bulu mata yang lebat dan indah.
Lizi tiba-tiba larut dalam pemandangan menakjubkan yang dulu sempat ia tolak bahkan ia remehkan.
Disawang-sawang, yo ganteng sih, ketok lanang! (Dilihat-lihat, ya ganteng sih, kelihatan laki!)
Melihat dalam keadaan gelap memang sedikit menyusahkan. Lizi bahkan harus mendekatkan dirinya agar bisa melihat setiap lekuk wajah Farez dengan jelas.
Namun, yang terjadi selanjutnya justru di luar nalar. Pria itu dengan satu gerakan gesit, meraih bibir Lizi dengan mata yang tertutup. Kali ini bukan hanya bibir yang saling bersenggolan, melainkan sudah lebih dari itu.
Lidah tak bertulang itu menerobos masuk, membuat Lizi berkedip-kedip seperti lampu jalanan yang mendapatkan tegangan listrik berkekuatan tinggi.
Bulu-bulu tipis di sekitar bibir Farez pun ikut melambai lambai meramaikan suasana. Membuat Lizi terdiam merasakan wajahnya yang terasa geli-geli tapi enak.
Farez meraih pinggang kecil Lizi, lalu mengangkat dan melemparkan ke ranjang tepat sisinya, dengan bibir yang terus melummat.
Wah gila ,gila nih! Lama-lama kok enak? Duh Zi, sadar Zi! Khilaf mampus nih!
Lizi dikasih tau gak percaya! yang berewok gitu emang enak kok. Geli-geli enak, nagih pisan 🤣🤣
Yaa kan gaes 🤭
Goyang dulu jempolnya sebelum ganti bab, biar Othor kagak kena sawan👍👍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Hafshah
ampun meramaikan suasana
2024-12-26
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
awas bablas lho 😆
2024-01-08
2
Agus Riyanti
meremang bulu romaku,,cie cie,,,
2023-12-09
0