"Beli apa, Neng?" tanya Mang Udin saat Lizi berdiri mengawasi isi rombongnya.
"Beli batagor!" Ketus Lizi masih marah karena perintah Farez.
"Batagor?"
"Ketoprak lah, Mang. Mamang nih jual ketoprak, tapi masih nanya mau beli apa. Suhermen deh eyke!" Lizi menyolot ketus.
Mang Udin pun tertawa dan segera membuatkan pesanan untuk Lizi. Tidak sampai lima menit, satu bungkus ketoprak siap masuk ke kantong plastik yang langsung diserahkan pada Lizi.
Lizi yang sejak tadi bermain ponsel, langsunh menerima tanpa melihat isinya dan segera mengantarnya ke Farez.
"Nih, Pak. Ketoprak Mang Udin!" Lizi meletakkan bungkus ketoprak di atas meja.
Farez buru-buru membuka isi bungkusan, dengan perasaan senang karena cacing di dalam perut yang sejak tadi konser, kini akan segera diam. Namun, dia terkejut saat melihat isi ketoprak.
"Ini … kenapa tahu semua? Gak ada telurnya juga?" saru Farez kesal.
Lizi yang sudah melangkah mendekati pintu, pun langsung berbalik. "Masa sih, Pak?" Lizi berjalan kembali hanya untuk melihat ketoprak milik Farez.
Setelah dilihat-lihat, dia pun kembali mengingat adegannya bersama Mang Udin. Adegan 'beli ketoprak' maksudnya, bukan adegan syur-syur yang begitu.
Mampus! Aku gak bilang ketopraknya buat si duda. Pasti Mang Udin ngira buat aku.
"Makan pake nasi aja gimana, Pak? Telurnya … telur …." Lizi berusaha berpikir. "Telurnya biar aku yang ceplokin."
Farez seketika bersendekap tangan sambil melirik Lizi. Ingin marah, tapi gagal, karena ekspresi Lizi yang memamerkan senyum menawan nan manis bak gulali di kuali.
Pada akhirnya, Farez menyuruh Lizi duduk di sofa. Lalu, mendorong ketoprak miliknya agar di makan Lizi. "Nih, makan!"
"Lah, Bapak gimana?"
"Ma-kan!" Farez mempertegas ucapannya.
Pucuk dicinta, ketoprak pun tiba.
Kebetulan, perut Lizi pada saat itu sudah keroncongan, karena belum makan seharian, imbas akhir bulan, dan gajian belum terlihat batang hidungnya. Tanpa segan-segan melahap ketoprak yang memang dibayar dengan uangnya sendiri.
Beberapa menit kemudian. Seorang pria dengan jaket berwarna orange, di bagian dadanya tertulis 'SapiPod', mengetuk pintu yang tidak sepenuhnya tertutup.
"Permisi … SapiPod atas nama Pak Farez?"
Teriakan dari pria muda itu sontak membuat Lizi yang masih menikmati ketoprak, mendongakkan kepalanya. Lalu, menoleh menatap Farez.
"Iya, benar."
Farez memberi isyarat dengan menggerakkan kepalanya ke atas dan menyeritkan alis. Sedangkan Lizi justru menggeleng. Mereka terus bermain isyarat tanpa memperdulikan kurir yang masih berdiri. Sampai akhirnya kurir tak berdosa itu berdehem keras.
Lizi lagi-lagi harus mengalah dan berdiri dari kursinya untuk mengambil pesanan milik Farez. Diambilnya tiga box yang entah apa isinya itu dari tangan kurir dan dibawa masuk ke dalam.
"Makasih, Pak," teriak Farez yang duduk di sofa, yang kemudian dibalas acungan jempol kurir.
BRAK
Kotak makanan di letakkan kasar di atas meja oleh Lizi, yang moodnya tiba-tiba menghilang entah kemana.
"Hei, gak baik lempar-lempar makanan gitu!"
Lizi menghempaskan dirinya di sofa, dan melanjutkan makan yang sempat tertunda. Tiba-tiba, semerbak bau harum tidak sengaja tercium, mengalihkan perhatiannya. Tepat ketika Farez membuka kotak yang ternyata berisi pizza dan kawan-kawannya.
Lizi langsung menjilat sisa peanut sauce yang ada di sendok sambil melihat Farez menarik Pizza, memperlihatkan keju yang molor seperti kolor. Hemmm ….
"Mau?" Goda Farez menyodorkan sepotong pizza.
Lizi mendengus kesal lalu beranjak pergi ke dapur untuk mengambil minum.
Dasar duda bangkotan. Udah pesen di SopiPod, malah nyuruh beli ketoprak. Bang-ke emang!
"Hei, Lizi!" panggilan Farez samar-samar terdengar dari dapur. "Beibeh … calon istriku!"
BYUR
Air berwarna bening yang sempat berada di mulut Lizi, tiba-tiba disemburkannya keluar hingga tak tersisa apa pun.
Panggil apa dia tadi?
Beibeh? Calon istri?
Gue gak budeg kan?
Lagi-lagi Lizi mendengar panggilan dari Farez, membuatnya segera datang dan menemui pria yang sudah membuat hidupnya kacau. Begitu pikirnya.
"Apa sih, Pak. Apa?" Lizi terdengar kesal.
Dia baru saja ke dapur beberapa menit, tetapi saat kembali, ruang tamu Farez sudah penuh dengan orang-orang yang entah datang dari alam mana.
"Duduk sini, Beb."
Lizi hanya melongo, bibirnya menganga dengan mata melotot. Dia pun berjalan mendekat dan berbisik, "Ada apa ini, Pak?"
"Mereka dari KUA."
Dia diam mematung, setelah menarik napas panjang dan menelan salivanya kasar. Beberapa kali matanya terlihat berkedip, mungkin sedang terkena serangan Nikah Mendadak.
Kebayang wajah bang Farez pas manggil Lizi "Beibeh" dengan belahan dada yang ... hemmm
Dah dua bab, jangan lupa setangkai mawar dan kupi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
bening begitu di bilang bangkotan, lizi nih kadang² minta di colok matanya ya 🤣🤣🤣
2024-01-07
2
Mulyani Asti
itu kemeja nya gak bisa di kancingin dulu apa pak ndud?apa mau aku yang kancingin eeeaaa🙈🙈😅
2023-12-14
0
ulala
klo lizi ga mau, aku aja deh bang yg gantiin , ikhlas lillahitaala dah aku mah 😁
2023-01-05
1