Satu jam telah berlalu. Nur telah kembali ke tempat asalnya, sedangkan Lizi baru selesai berdandan dan hendak keluar dari kamar. Ketika mengunci pintu, dia dikejutkan dengan sosok Farez yang duduk di kursi dengan wajah serius.
"Owo woo bang–ke!" Pekiknya kaget sampai menempel di pintu. "Pak, kaget loh saya!"
Farez menoleh dengan mimik wajah datar tanpa berkata apa pun. Lalu, bangkit berdiri dan membetulkan jaket kulit hitamnya.
"Buruan!" serunya lantas pergi begitu saja.
"Tuh orang kesambet apaan sih? Jelangkung ngesot? Bisa-bisanya duduk di kosan orang gak ada permisi-permisinya!" celoteh Lizi mengikuti langkah kaki Farez hingga sampai ke tempat parkir motor.
Tidak ada banyak kata yang keluar dari mulut Farez. Begitu sampai di tempat parkir, dia hanya mengambil helm dan langsung memakainya begitu saja. Mulut Lizi pun masih komat-kamit mengomentari tindakan bapak kos, sambil naik ke atas motornya sendiri.
Tiba-tiba saja ….
"Eh, eh … kenapa kamu naik itu?" Farez menunjuk-nunjuk motor yang dinaiki Lizi.
"Lah, ini kan motor saya, Pak. Memang apa salahnya?"
"Turun! Siapa bilang kamu naik motor sendiri?" Farez mengayunkan jari telunjuknya.
"Lah terus, kita boncengan gitu, Pak?" Lizi membetulkan kait helm.
"Iya lah, gimana kalau kamu kabur nanti?"
Jawaban Fares membuat Lizi melonggo. Dia bahkan tidak dapat menerka-nerka jalan pikiran dari si bapak kos, yang ternyata sudah satu tahun menduda.
"Kabur? Pak, jangan ngaco ya!" Lizi melipat tangannya kesal. "Kalau saya kabur, bapak kan bisa langsung ganti kunci kamar kos saya. Lagi pula, barang-barang saya di sana nilainya lebih dari sewa kosan 1 bulan!"
Pembelaan yang sampai membuat mulutnya berbusa pun, Farez tak menggubris. Ia tetap memaksa Lizi untuk duduk di motornya.
Gue jadi tau, alasan dia bisa menjabat duda di usia tiga puluh-an. Mungkin, salah satunya adalah ini.
Lizi dengan sangat terpaksa dan berat hati, naik ke atas motor gede bertuliskan Ducati, yang akan dikendarai Farez. Baru saja menaikkan tubuhnya dan membetulkan posisi, Farez sudah buru-buru mengegas motor kebangaannya hingga membuat tubuh Lizi hampir terjungkal. Beruntung dia langsung menarik jaket kulit dan memeluk tubuh Farez dari belakang.
"Bapak bikin kaget aja!" serunya langsung menarik diri.
Sudah memperlakukan Lizi demikian, Farez seakan tidak merasa bersalah. Dia bahkan tersenyum licik sambil menoleh dan menutup kaca helm full face yang di pakai.
Si dingin tak berperasaan itu bernama Farez Febrian. Om duda kaya yang punya *I*ndekos 20 kamar, khusus wanita, dan hanya menerima mereka yang berstatus lajang saja, termasuk janda juga.
Alasannya, tentu saja bisa di tebak dengan mudah bukan? Akan tetapi ….
Meski bagian depan Indekos miliknya adalah kediaman pribadi. Farez tak melulu ada di rumah. Kehadirannya di sana bahkan dapat di hitung dengan jari setiap bulannya. Tindakan seperti itu seakan membuat anak kos di sana menelan kata 'maniak' untuk si om-om duda.
"Pak, Pak!" Lizi menepuk pundak Farez. "Itu ada ATM SENDIRI, minggirin sebentar!"
Farez langsung menepikan motornya, tetapi posisinya jauh dari ATM yang di tunjuk Lizi. Kesal karena tujuannya terlewat jauh, Lizi pun turun dan bersiap protes. Namun, belum sempat mulutnya terbuka, Farez menghardiknya lebih dulu.
"Pak, Pak, memangnya aku ojek online! Pake tepuk-tepuk pundak segala!" protes Farez membuat bibir Lizi terbuka, dengan mata yang berkedip-kedip.
Duh, si bapak ini. Sekalinya diem, diemnya udah kek mayit. Sekalinya nyablak, nyablak aja kek klakson kapal.
"Terus aku harus gimana, Pak? Elus-elus paha Bapak sambil bisik-bisik?" protes Lizi yang menahan kesal. "Mau di panggil Om? atau Mas? Abang?"
Farez melepaskan helm, menaruhnya di tangki motor, lalu melipat kedua tangannya sambil berkata, "Memangnya aku kang cilok?"
"Ya kali aja kan, Bang," gumam Lizi membuang muka.
"Buruan sana, transfer! Jangan sampai kurang." Farez bicara tanpa melihat Lizi dan sibuk menyalakan rokok.
Lizi mengepal tangannya kuat-kuat saat melihat jaraknya berdiri dengan mesin ATM, hampir sejauh 500 meter.
"Buset, ini mah sejauh jodoh gue," batinnya.
Ia kembali melirik Farez yang masih tidak perduli, lalu melihat arloji yang melingkar di tangan. Waktu kerjanya sudah hampir tiba, dan dia tak mau lagi berlama-lama. Pada akhirnya, yang waras lebih memilih untuk mengalah, dari pada terus berdebat dengan orang gila, begitu pikirnya sambil berbalik pergi.
"Gue sumpahin, ketiban sial tuh si bapak-bapak duda! Bisa-bisanya dia ngerjain anak kecil."
...TBC...
Biasain buat jempolnya di goyang kalau baca Novel Othor yaa 😌😌
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Julia Juliawati
itu mah akal-akalan duda aj pingin di peluk🤣🤣
2024-12-26
0
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
farez kayaknya Kesambet setan yang di bawa nur jadi kaya gitu deh ke lizi😂
2024-01-07
2
komalia komalia
waah jangan jangan itu hanya alibi si om duda buat ngedeketin kamu ci
2023-12-29
0