Malam ini terasa begitu tenang. Diantara bulan dan bintang yang menghiasi, tertiup angin segar membawa sedikit embun.
Lizi yang masih terjaga di tengah pagi buta. Berdiri mengambil secangkir air dan membuka laptop miliknya. Mata indah itu mulai menelisik, bersiap menjalankan ritual malam.
Nonton apa enaknya?
Film blue?
Gayanya cuma gitu-gitu aja. Gaya kodok, kupu-kupu, kayang … bosen lah.
Tangan Lizi masih sibuk menggeser tikus kecil (mousse) sibuk mencari film koleksinya.
"Ini aja deh." Lizi memilih satu judul drama romance yang baru didownload tadi pagi, dan langsung memutarnya.
Baru setengah jam berlalu, mata Lizi mulai terasa berat. Bahkan, beberapa kali ia terpejam untuk waktu yang lama. Hingga … dia mendengar bunyi benda yang terjatuh dari luar kamar.
Sesegera mungkin dia bangkit berdiri dan mengintip dari balik tirai. Keadaan di luar terlihat sepi, tidak ada gerak gerik yang mencurigakan.
Namun tiba-tiba, sekelebat bayangan hitam terlihat di antara pohon cemara pendek di taman yang ada di depan kamar. Seketika, ia mengambil sebuah tongkat kasti yang selama ini menjadi pajangan di kamar.
Lizi membuka pintu, perlahan mengendap-endap ke luar sembari menelisik. Memandangi ujung ke ujung, kamar kos yang berjejer.
Kemarin, anak kos di Bu Suim kehilangan BeHa sama cancut. Jangan sampe disini kemalingan juga.
Dia berjalan menyusuri lorong kos yang terlihat sepi, hingga sampailah ia di ujung kos. Saat dipastikan tidak ada yang aneh, Lizi memutuskan untuk kembali. Akan tetapi, bayangan hitam itu kembali melintas di depan matanya.
Seseorang terlihat membungkus dirinya dengan sarung, berjalan mengendap menuju kamar si Bapak Kos.
"Wah wah, siapa tuh?" Lizi mencoba melihat lebih jelas dan berjalan mendekat.
Jangan-jangan, dia mau maling semvak punya bapak kos nih? Bisa-bisa si Juno kedinginan nih.
Namun, saat berjalan melewati taman, daster kebanggannya tidak sengaja tersangkut ranting. Hingga membuat dia hilang fokus kepada buruannya untuk beberapa saat, dan sibuk menarik daster kebanggaannya.
Begitu selesai, dia kembali melanjutkan langkahnya. Berjalan mengendap-endap, dengan tongkat kasti yang dipegang erat. Saat sampai di area kamar bapak kos, Lizi baru menyadari bahwa ia telah kehilangan jejak.
Nah kan, ilang nih si maling daleman. Gimana nih nasip semvak bapak kos?
Lizi diam beberapa saat di samping tangga. Memikirkan kemungkinan fatal yang bisa terjadi, jika dia kembali ke kamar.
"Atau, gue ketuk aja pintunya ya?" Lizi berpikir untuk membangunkan bapak kos dan melaporkan kejadian itu. Namun setelah ia berpikir lama ….
"Biarkan aja deh. Biar ilang itu sangkar." Lizi berbalik, hendak pergi sambil menahan tawa.
Namun tiba-tiba ….
"Ngapain kamu disini?"
Suara berat khas seorang pria, yang tiba-tiba terdengar jelas di telinga Lizi Membuatnya kaget hingga tidak sadar mengayunkan tongkat kasti yang dia pegang.
Tuing …! PACK!
Melihat seorang lelaki yang berdiri di depannya adalah bapak kos. Serta tongkat kasti yang tak sengaja dia ayunkan, rupanya berhenti di antara dua paha Farez. Membuat Lizi terkejut dan segera melepaskan tongkat kasti.
Seketika, wajah Farez memerah. Urat di lehernya meregang. Bersamaan dengan satu tangan yang memegang benjolan diantara dua paha, dan tangan yang lain mencengkram besi pembatas tangga.
"A-aduh, Pak, Mas, Om." Lizi panik, saat melihat Farez kesakitan.
Gawat nih, mana kena Juno si Belut Super lagi. Gimana nih? Kabur juga percuma, kan lagi di kandang mancan!
Ya ampun! Apes banget hari ini!
...-TBC-...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Julia Juliawati
pasti sakit itu nyesek smpe ke ulu hati🤣🤣
2024-12-26
0
wahyu
lizi koplak
2024-07-13
0
anfi rucs
malangnya nasib mu juno
2024-04-17
0