Mobil sedan bergaya retro classic berwarna hitam, melenggang bebas di jalanan kota yang tidak terlalu ramai. Lizi, dengan kaca mata berwarna ke abu-abuan, menyetir dengan santainya bermaksud menikmati pemandangan kota.
Namun, Farez yang duduk di sebelahnya dibuat tidak sabar.
"Pindah, biar aku yang setir!" seru Farez memerintah.
Lizi melepas kacamatanya dengan santai, lalu menoleh memandang Farez. "Santai, Beibeh. Biarkan aku menikmatinya." Lizi mengencangkan volume disc yang sedang memutar akustik.
Oh, oh, oh, oh
Oh, oh, oh, oh
I'm fallin' so I'm taking my time on my ride
Oh, oh, oh, oh
I'm fallin' so I'm taking my time on my ride
Takin' my time on my ride
-Ride- Twenty One Pilots
Sang biduan dengan kecemprengan yang membahana mulai berkumandang. Menjadikan mobil sebagai ruang musik dadakan dengan kearifan lokal, hingga dapat menggetarkan ke dua gendang telinga Farez.
"Stop! Stop!" pekik Farez mengecilkan volume musik. Membuat Lizi sontak menghentikan suara cemprengnya.
"Kenapa sih, Pak? Lagi menikmati juga!"
"Kamu sih menikmati, yang lainnya kenyang sampe gumoh!"
Lizi tidak menanggapi serius perkataan Farez. Ia justru memanyunkan bibirnya sambil memakai kaca mata, dan melanjutkan menyetir tanpa memperdulikan Farez.
Jarak rumah sakit dan Indekos hanya memakan waktu kurang dari satu jam. Tepat jam 11 siang, mobil yang mereka kendarai telah terparkir rapi di area rumah sakit.
Lizi bermaksud membantu Farez turun, tetapi tangan gadis itu di tepis begitu saja.
"Ngapain sih?" Farez menyerit memandang Lizi.
"Kan saya mau bantu, Bapak."
"Gak perlu, aku bisa jalan sendiri." Farez melenggang pergi begitu saja, meski dengan jalan yang sedikit ngakang.
Udah tanggung jawab, malah dicuekin. Giliran ditinggal mandi bentaran, udah teriak-teriak kek kambing kebelet kawin.
"Pak, saya ambilin kursi roda gimana?" tanya Lizi mencoba menawarkan bantuan.
"Gak perlu!" Farez masih menjawab ketus.
"Dari pada bapak jalannya ngangkang gitu. Kan enak pake kursi roda."
Farez menelan salivanya kasar saat lizi menyebut kata 'ngangkang' dengan sangat jelas, tanpa sensor. Malu, sudah pasti dia rasa, tapi Farez cukup beruntung, karena kondisi di koridor cukup sepi. Sehingga tidak ada yang mendengar ucapan Lizi.
Daripada terus dipermalukan, Farez akhirnya memilih menurut hanya untuk membuat gadis itu diam. Lizi pun terlihat senang saat Farez menerima usulnya.
Segera ia mengambil kursi roda dan membantu Farez duduk di atasnya, lalu membawanya ke poli Andrologi.
Iya, iya, itu adalah poli yang khusus menangani anu dan segala jalurnya. Anu yang pasti disensor jika dijelaskan lebih detail disini. Jadi othor sarankan untuk membuka si mbah go.
Setelah menunggu giliran setidaknya 30 menit, akhirnya suster memanggil nama Farez.
"Keluhannya apa, Pak?" tanya dokter begitu keduanya duduk di depan dokter.
Usut di usut, Lizi rupanya sempat menolak untuk ikut masuk pada saat itu. Namun Farez lagi-lagi mengancamnya dan berhasil membuat gadis itu patuh.
"Ceplok telor, Dok!" balas Farez singkat, yang pada akhirnya membuat dokter dan asistennya bingung.
"Ceplok telor gimana maksudnya, Pak?"
"Itu … ngilu, Dok. Habis ditendang kambing congek." Farez melirik tajam ke arah Lizi yang justru memalingkan wajahnya.
"Ah ... begitu. Kambingnya pasti betina ya?" goda dokter yang mengerti arah pembicaraan Farez
"Iya, betina. Lagi birahi kayaknya dia." Farez kembali melirik Lizi, yang mulai memamerkan ekspresi kesal dan justru membuat Farez tercengir senang.
"Baik, mari kita periksa." Ajak dokter muda berparas tampan berumur 30 tahunan.
...☆TBC☆...
Fokus di sebelah sampe lupa sama abang satu ini 🤣
Yukk bantu obatin yuk 🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
ceplok telor 😂
2024-01-07
3
komalia komalia
sakit perut aku saking ngakak terus
2023-12-29
1
Agus Riyanti
wkwkwkwk,,ceplok telor di serudug kambing betina lagi birahi🤣🤣🤣
2023-12-09
0