"Nih, Pak. Sudah saya transfer, langsung sama bulan depan!" Lizi menyodorkan secarik struk tanda bukti transfer, yang langsung diambil oleh Farez.
Dua sudut bibir Farez menaik tajam, kemudian memasukkan bukti transfer ke dalam saku celananya. "Oke," ucapnya singkat sambil menyalakan motor besarnya dan pergi begitu saja.
Tindakan Farez jelas membuat Lizi melongo heran, dan kaget dengan perlakuannya. Dia pikir, si bapak kos akan mengantarnya ke tempat kerja setelah itu, tapi ternyata ….
"Loh, loh, Pak! Kok saya di tinggal!" teriaknya saat Farez memutar motor besarnya.
"Naik Jojeg aja kamu!" pekik Farez saat memutar motornya dan melipir pergi.
Kesal, mungkin sedang dirasakan Lizi saat Farez menggeber motor mahalnya dan pergi. Ia sontak menghentakkan satu kakinya ke tanah sambil mengumpat. "Duda bangkotan! Gue sumpahin ditendang sapi, impoten lo!"
Napasnya terdengar berat, berusaha mengeluarkan segala amarahnya. Ia bahkan mengerai rambutnya yang sudah susah payah dikuncir rapi.
"Naik Jojeg jam segini, mana dapet? Ahh sial!" Lizi merogoh tas, mengambil ponsel dari dalam, saat hendak membuka aplikasi Jojeg, tiba-tiba saja ….
Brumm
Farez berhenti di depannya, tak lupa dengan geberan motor andalannya. Ia membuka kaca helm, lalu memberi Lizi isyarat untuk naik. Lizi yang terlanjur kesal, malah membuang muka acuh tak acuh.
"Buruan naik! Gue anter sampe tempat kerja!" ucapnya dengan nada sedikit meninggi.
"Gak perlu, Pak!" jawabnya singkat.
Farez menghela napas panjang, lalu dengan gerakan tangan yang cepat, menarik tangan Lizi. “Lo mau nunggu Jojeg sampe berubah jadi jamur kuping?”
Hanya karena tidak ada alasan kuat untuk menolak, ditambah waktu yang sudah mepet. Pada akhirnya, dia memilih menurunkan gengsinya dan naik ke atas motor.
“Biar gue telen itu si gengsi! Dari pada komisi 200 ribu gue lenyap. Jatah jajan micin sama teh Cocci gue sebulan tuh,” batinnya dengan perasaan terpaksa, saat naik ke atas motor.
Cahaya lampu setengah remang-remang, di bawah sinar rembulan yang terasa melankolis. Menemani sepanjang perjalanan mereka yang terasa sunyi tanpa sepatah kata apa pun, hanya menyisakan bisingnya knalpot yang cukup mengganggu telinga sensitif Lizi.
Berisik banget sih nih knalpot? Kalau gini gimana ngomongnya? Tepuk pundak ... ntar ngambek lagi.
Lizi seolah di kejar oleh waktu. Dimana motor yang dia naiki, telah sampai di dekat kantornya. Ibarat kata, nasi sudah tercampur dengan jagung, memang paling enak langsung di tambah ikan asin. Begitu pula Lizi, yang pada akhirnya memilih untuk mengatakan daripada menahan-nahan.
"Pak, Pak ...." panggil Lizi mendekatkan bibirnya. Namun karena suara bising kenalpot, Farez tidak dapat mendengar panggilan Lizi.
Nah kan, budeg dia. Dia aja gak denger, lah apa lagi gue yang di belakang dia?
Dah lah, tepuk aja tuh pundak. Lagian, pundak kekar gitu di anggurin juga sayang kan?
"Hei, Mas Farez!" Lizi menepuk pundak Farez beberapa kali.
Seketika, Farez melepaskan tangan kirinya dan membuka kaca helm. Lalu, menegakkan punggungnya dan menggantungkan tangan kirinya di samping paha Lizi. Farez dengan reflek menoleh, membuat jarak diantara ke duanya hanya dua jengkal.
Dari tadi nyium parfum nih cowok cuma sekilas. Pas noleh gini, gila wanginya bikin ... aduh!
Lizi menelan salivanya kasar, kala merasakan gejolak aneh dalam hatinya yang tiba-tiba meronta tak karuan hingga membuatnya larut dalam dunia halu. Akan tetapi, kehaluannya langsung dipatahkan oleh umbul-umbul berwarna merah, milik perusahaan tempatnya bekerja.
"Berhenti di depan aja, itu kantor saya, Pak!" ucapnya setengah gugup.
Farez menghentikan motor tepat di depan kantor, dibawah pohon cemara dengan naungan lampu neon, yang enak di buat bercengkrama ria bersama gebetan.
"Kerja jam segini, pulang jam berapa?" tanya Farez saat Lizi turun dari motor.
"Kalau laku ya cepet pulangnya, Pak. Kalau engak ya bisa jam 1 atau jam 2 gitu," jawabnya.
"Kemang daerah rawan, tar kalau pulang call aja, biar gue yang jemput."
Mata Lizi membulat dan berkedip beberapa kali. Ia pikir, gendang telinganya sudah jebol karena bunyi knalpot berisiknya. Sampai-sampai, dia meminta Farez mengulang kata-katanya.
"Saya ngak budeg kan, Pak? Bapak yakin mau jemput saya?"
"Lagi ada acara di deket sini, sekalian aja," jawab Farez singkat. "Nanti call aja, pulangnya bareng gue!"
Farez pun pergi begitu saja, meninggalkan Lizi yang masih bengong, tidak tahu harus merespon apa.
...TBC...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞 |ㄚ卂卄 ʰⁱᵃᵗᵘˢ
ada apa nih pak farez , lagi berusaha deketin lizi kah 😅
2024-01-07
3
komalia komalia
kaan fares kaya nya cuma lagi pdkt dia
2023-12-29
0
Agus Riyanti
teh cocci kayaknya seger ya kak,,
2023-12-09
0