Bab 16

"Jabang bayi anak jaran!" Pekik Lizi kaget melihat Nur berdiri di depan pintu. Sedangkan Nur justru termenung untuk beberapa saat, hanya berkedip melihat Lizi yang terjingkat kaget.

"Lihat setan, Che?" tanya dengan nada polos tak bersalah setelah membuat jantungnya salto.

"Dedemit!" Lizi buru-buru mengunci pintu, lantaran waktu kerjanya sudah hampir tiba. Namun ketika ia memutar kunci, Nur buru-buru mencegahnya.

"Loh! Wait, Che. Aku numpang mandi!"

Lizi melepas tangannya dari kunci. "Ya udah sono. Kalau udah, taruh di tempat biasa!" ucapnya yang kemudian bergegas pergi meninggalkan Mpok Nur.

Memang bukan setiap hari gadis remaja yang baru masuk perguruan tinggi ilmu kebidanan itu menumpang di kos Lizi. Mungkin, satu minggu bisa 4 kali bahkan 5 kali. Entah itu sekedar numpang buang air, buang ingus, atau buang yang lain.

Namun kali ini ada yang berbeda dari 'numpang' yang biasanya. Lantaran ketika ritual mandinya selesai, pintu kamar itu diketuk dari luar. Nur yang sudah memakai baju, buru-buru membelitkan handuk di rambutnya yang basah dan membuka pintu.

"Iya?"

Dua matanya melebar, bibirnya menganga, salivanya mengalir perlahan ke bawah bak air suci yang keluar dari mulut goa. Mengalir ke bawah dari ujung bibirnya.

Farez yang berdiri dengan gaya casual, langsung menjentikkan jari menyadarkan Nur yang larut dalam buai ketampanan om om duda.

"Eehh si Om!" Nur buru-buru mengusap saliva di ujung bibirnya lalu mengusapnya di daster kembanggaan Lizi yang di pinjamnya tanpa izin.

"Dimana Lizi?" tanya Farez to the poin, lantaran tidak mau membuang banyak waktu bersama teman calon istrinya yang kadang kena ayan. Beruntung, saat ini dia tidak terkena ayan mendadak seperti sebelumnya.

"Kerja dong, Om. Om, kenapa cari dia?" Nur mulai bertingkah aneh, ia membelai kusen pintu dengan tangan dan kakinya. Membuat Farez menelan salivanya.

"Lalu kamu, kenapa di sini?" Farez bertanya balik. "Tidak ada yang boleh menginap di sini tanpa izin, juga tidak boleh ada tamu ketika yang punya kos pergi!"

Nur langsung berdiri tegak membetulkan posisinya. Kemudian, melepas handuk dan mengibaskan rambut setengah basahnya.

"Numpang mandi, Om. Kalau tidak boleh, lain kali mandi di tempat Om saja gimana?" Nadanya sedikit menggoda, tetapi Farez justru sedikit risih dengannya.

"Sepuluh menit, cepat pulang!" Farez bersedekap tangan menatap Nur dengan tatapan sinis.

Gadis belia itu tidak mampu berkutik. Pada akhirnya hanya bisa mendengus kesal dan bersiap untuk pergi. Sedangkan Farez, justru menjadi satpam dan menunggunya di depan kamar sembari mengawasinya.

"Om kenapa masih disini?" tanya Nur membawa ranselnya keluar.

"Kunci, berikan padaku!" pinta Farez.

"Ini kan kamar che-che, Om. Aku yang kasih kuncinya ke dia!" Nur buru-buru mengunci pintu hendak pergi.

"Tidak! Aku saja yang kasih!" Farez tidak mau kalah.

"Ngak bisa dong, Om. Kalau ada yang hilang gimana?"

"Justru kalau aku yang bawa bakal aman. Saya yang punya kos kok, kalau hilang, dia bisa cari saya!"

Glek!

Nur kalah telah. Pada akhirnya, dia harus menyerahkan kunci kamar Lizi pada Farez dan segera pergi dari sana untuk menghubungi Lizi.

"Che, Che!" panggilnya setelah Lizi mengangkat panggilan darinya. "Kuncimu loh, di bawa si Om!"

"Kok bisa? Kamu kasih ke dia?" Lizi terdengar nyolot.

"Dia ngancem aku loh, Che! Duh pokoknya kunci di bapak kos. Aku buru-buru, Che!" Nur yang takut kena marah Lizi pun langsung mengakhiri panggilan.

Farez yang sejak kepergian Nur masih berdiri di depan kamar Lizi pun, tiba-tiba mendadak kesal. Bagaimana tidak, dia beberapa kali mencoba menghubungi Lizi, tapi nomor calon istri dadakannya itu terus sibuk.

Ngak nemu poto si Om lagi kesel, jadi kasih yang manis-manis aja 🤭🤭

Jempol jangan lupa di goyang 💋💋

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***