Peristiwa naas yang menimpanya, membuatnya semakin berhati-hati.
Siapakah yang sangat membenciku dan kenapa? Benarkah ada yang menyukai Roy dan menganggap aku sebagai penghalang hubungan mereka? Tapi siapa?
Dia dan Roy memutuskan tidak menceritakan kepada ibunya Edelweis karena tidak mau semua berubah kacau serta emosional.
Roy membuat daftar seluruh mantan-mantan kekasihnya.
Menelitinya satu per satu.
Pilihannya jatuh pada Maria, Cindy dan Martha.
Hubungan mereka berakhir sangat tidak baik. Roy memutuskan mereka semua tanpa memberikan mereka pilihan. Sisanya tidak perlu dipikirkan karena justru dia yang diputuskan oleh mereka semua.
Roy mengamati ketiganya dari kejauhan. Membuat janji makan siang dan mengorek informasi mengenai alibi mereka pada saat kejadian Edelweis pingsan di hotel.
Telepon berdering. Edelweis.
"Kau menemukan sesuatu?"
"Belum. Mereka semua tidak memiliki alibi."
"Siapa kira-kira orangnya dan apa maunya?"
"Apakah kau melakukan perbuatan yang di foto tersebut?"
"Aku pingsan. Aku menemukan ada bekas suntikan di tanganku."
"Bekas suntikan?"
"Iya."
"Apa maksudmu? Ada yang menyuntikkan sesuatu sehingga kau terlelap dan tidak sadarkan diri? Kupikir kau minum wine dan obat penenang atau semacamnya."
"Ada seseorang memukul kepalaku dan aku pingsan. Setelahnya aku tidak tau apapun selain terbangun di dalam kamarmu. Maafkan sudah menamparmu sekuat tenaga karena kupikir kau mengambil keuntungan dariku."
"Sudahlah! Kalau aku menjadi kau, sama saja. Bahkan mungkin kau sudah kubunuh dan iris tipis-tipis."
Edelweis tergelak.
"Memangnya aku kentang chips atau bawang merah iris?"
"Aku senang kau sudah bisa tertawa."
"Terima kasih, kau tidak panik dan membuat keadaan tidak terkendali."
"Aku sangat marah padamu tapi aku butuh penjelasanmu. Kau perlu dilempar ke jurang atau tidak."
Edelweis kembali tertawa.
Sementara waktu mereka tidak saling bertemu sampai Roy menemukan siapa pelakunya.
Edelweis kembali pada rutinitasnya dan lebih berhati-hati. Tetapi semua pemesanan berlangsung normal. Kalau ada yang memesan ke hotel maka dia akan meminta tolong petugas hotel untuk menemaninya. Dia tidak ingin kejadian tersebut terulang lagi.
Rajasa rutin menelponnya setiap sebulan sekali ketika berada di kota.
Ryan mengiriminya surat dan foto-foto juga video kegiatan mereka selama di sana.
Hubungannya dengan Roy saja yang berubah. Roy belum berhasil menemukan pelakunya.
Edelweis sesekali melakukan hobinya di sela waktu luangnya.
Dia membuat tulisan dari foto dan video yang dikirimkan Ryan kepadanya. Hobi sekalian mencari tambahan uang saku.
Aku sudah menerima tulisanmu dan mentransfer uangmu. Apakah kau sudah menerimanya? Konfirmasi setiap kali kau sudah menerima uangnya, takut aku kelupaan.
Ryan bercerita mengenai keseruan mereka selama di sana. Perubahan Rajasa.
Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Rajasa tetapi dia mengabaikan setiap gadis cantik yang dia temui. Sampai aku mengiranya, apakah dia berubah menjadi homo?
Edelweis tertawa kecil membaca tulisan Ryan. Hatinya merindukan Rajasa tetapi sekaligus belum bisa mempercayainya. Membaca surat Ryan menimbulkan semacam harapan yang dengan segera ditepisnya.
Kau tidak bisa mengubah siapapun kecuali mereka yang ingin mengubah diri mereka sendiri.
Edelweis kembali membaca surat Ryan. Menceritakan kalau mereka juga belajar memasak. Tertawa membaca cerita Ryan bahwa Rajasa menutupi seluruh tubuhnya dengan plastik agar tidak terciprat minyak panas.
Semakin tertawa, membaca bahwa bagian muka tidak dapat ditutupi plastik sehingga seluruh isi rumah terlonjak mendengar teriakan Rajasa yang terkena cipratan minyak panas tepat di hidungnya.
Dia juga menghabiskan satu tube pepsodent untuk mengobati kulitnya yang melepuh karena cipratan minyak tersebut.
Mengatakan bahwa mereka mengalami bencana nasional. Mengeluhkan betapa kulitnya akan menimbulkan bekas dan tidak akan pulih kembali.
Ryan berusaha mengatakan bahwa dia bersikap berlebihan bahkan mereka yang operasi plastik dan mengalami luka lebih dari itu, bisa sembuh. Luka bakar di bawah 50 persen juga sering tidak menimbulkan bekas apalagi luka cipratan minyak. Bukan Rajasa kalau tidak menjawab dengan keras kepala mengatakan dengan lantang, tapi kan mereka tidak memiliki keloid....
Surat Ryan sangat menghiburnya.Mengobati segala kegundahannya. Sejak peristiwa naas tersebut, Edelweis kerap berduka. Merasa marah juga tidak berdaya.
Peristiwa yang sangat memalukan yang ingin dihapusnya dari hidupnya tetapi tidak akan bisa. Selamanya, dia akan mengingatnya, merasa luka dan gundah.
Roy kerap menghiburnya lewat telepon.
"Kau jangan banyak pikiran!"
"Tidak!" Sahutnya berbohong.
"Jangan memikirkan yang sudah terjadi. Semoga kita bisa menyingkap kebenarannya."
"Kalau tidak bisa, ya sudahlah! Mau bagaimana lagi?"
"Kau jangan gampang menyerah begitu."
"Aku bukan gampang menyerah. Peristiwa itu memukulku. Aku merasa seperti perempuan yang nakal."
"Nakal apa? Kau menerima pesanan tumpeng tapi kau tidak tahu kalau itu jebakan."
"Tapi kenapa aku dijebak? Kemungkinan karena aku seperti perempuan nakal."
"Kalau kau nakal maka kau sudah menggoda aku, Rajasa dan Ryan."
"Lalu apa alasannya?"
"Aku menduga ada yang ingin memfitnahmu agar aku menjauhimu."
"Semoga kau cepat menemukan pelakunya."
"Kuharap demikian!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments