Edelweis menerima hadiah ulang tahun dari Rajasa tepat di hari lahirnya. 5 Februari. Sebuah kado, kartu dan surat.
Dia membuka hadiahnya, sebuah Songket vector aceh. Berwarna hitam dan merah.
Kain itu sangat indah. Sebuah kartu terjatuh ketika dia membentangkan kain tersebut.
Kartu yang tidak kalah indahnya. Bergambar bunga edelweis, melati dan lily yang sangat indah beserta tulisan ulang tahun di dalamnya.
Selamat Ulang Tahun....
Semoga kau semakin dewasa....
Juga bijaksana....
Bisa menghargai perasaan dan perjuanganku menggapai cintamu
Aku tidak bisa menjanjikan langit selalu biru...
Selalu ada pelangi setelah hujan....
Cintaku juga tidak semerah dan semenyala bunga mawar yang cepat layu....
Tumbuh perlahan tapi pasti, sederhana, indah mewangi dan abadi seperti halnya
Bunga edelweis, lily putih dan melati....
Asam di gunung garam di laut
Jodoh pasti bertemu....
Sebuah surat menyertai. Disemprot parfum yang sangat wangi. Warna old pink kertas suratnya terlihat begitu indah.
Dihiasi gambar bunga kecil-kecil yang juga menambah keindahan kertas surat tersebut.
Edelweis mulai membaca kalimat demi kalimat yang ditulis oleh tangan Rajasa sendiri.
Bagaimana kabarmu? Kuharap kau baik-baik saja.
Maafkan, aku tidak bisa menemanimu yang sedang berusaha menata semuanya agar bisa kembali seperti semula....
Aku tidak bisa tahan melihatmu seperti itu, menghancurkan dirimu sendiri....
Semoga kau bisa mengumpulkan yang terserak dan menyusunnya kembali dengan kokoh dan kuat....
Aku menunggumu disini....
Air mata Edelweis mengalir. Dia juga merasakan kepedihan atas musibah yang menimpa mereka semua dan memang seperti menghancurkan segalanya.
Musibah itu bukan yang terakhir karena dia sendiri harus melepaskan diri dari jebakan perangkap yang berusaha menjerat, menipu dan memperdaya sekaligus menghancurkan dirinya.
Dia tanpa sengaja menyinggung Angela dan antek-anteknya. Dia akan menerima akibat yang lebih fatal kalau dia tidak berhati-hati dalam melangkah.
Angela menantikan kehancurannya untuk membalaskan semua rasa sakit hatinya juga dendamnya yang menuntut pembalasan yang baru bisa berhenti setelah memuaskan dahaga amarah, kebencian juga sakit hatinya.
Surat Rajasa seperti membuka kembali semua luka yang dengan susah payah disembunyikan dan disimpannya rapat-rapat tetapi ternyata hal itu justru seperti api dalam sekam.
Puas menangis, dadanya terasa lebih longgar dan plong.
Bebannya semakin berkurang. Dia mulai merasa bersyukur bisa terhindar dari jerat perangkap Angela yang berikutnya.
Jangan sampai lepas dari mulut harimau masuk ke dalam mulut singa.
Edelweis menyimpan hadiah, surat dan kartunya baik-baik.
Dia melanjutkan pekerjaan membantu ibunya di dapur.
Memasak, mencuci piring dan peralatan masak, membantu ibunya menyiapkan bahan-bahan yang akan dimasaknya menjadi kegiatan rutin Edelweis sehari-hari.
Dia juga membantu ibunya mengantarkan makanan menggunakan mobil peninggalan almarhum ayah mereka satu-satunya untuk.
Membantu ibunya mengantarkan pesanan makanan harian dengan menggunakan motor.
Selain menerima pesanan tumpeng. Ibunya juga menerima pesanan makanan yang dijual setiap hari.
Amarilis dan Basil semakin fokus dan konsentrasi dalam belajar, bersekolah, berkegiatan di sekolah mereka juga bergaul dengan teman-teman mereka.
Seperti biasa mereka berkumpul di meja makan untuk makan malam bersama sambil bertukar cerita.
"Kak, hari minggu aku bantu, ya?" Basil menyendok nasi putih ke piringnya. Mengambil sepotong bakwan, balado kentang kesukaannya, cah buncis dan telur balado yang dibelah dua.
"Aku juga bisa membantu kakak dan ibu, hari minggu." Amarilis juga menimpali.
"Memangnya kalian tidak punya acara hari minggu?"
"Tio ulang tahun tapi sudah kubilang aku tidak bisa hadir. Aku membantu ibu memasak dan dia juga bisa mengerti."
"Tio kan sahabatmu? Kau tidak boleh begitu. Aku kan menganggur jadi memang sudah tugasku membantu ibu jangan sampai membebani kalian berdua yang sudah memiliki kegiatan sangat padat. Kalau ada temanmu mengundangmu kau harus datang apalagi sahabatmu?"
"Tapi kakak dan ibu?"
"Aku dan ibu setiap hari mengurusi pesanan makanan dan tidak membutuhkan bantuan kalian. Kau membantu menyapu dan mengepel sebelum keluar rumah dan mencuci piring di sela waktu luangmu, sudah lebih dari cukup."
"Tapi kak...."
"Turuti kata-kataku...." Edelweis berkata tegas tak mau dibantah.
"Kalau aku tidak ada yang ulang tahun kak. Rianti ingin mentraktir aku dan teman-teman segenk. Itu kan bisa dilakukan kapan saja dan aku juga sudah bilang tidak bisa ikut dan tidak masalah dengan Rianti."
"Kau juga jangan ikut-ikutan bisa gak sih? Kau harus ikut gabung dengan teman-temanmu. Jangan memikirkan aku dan ibu. Kau juga sudah membantu menyetrika pakaian dan menyiram tanaman."
"Tapi kak...."
"Jangan membantahku!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments