Roy mengajak Edelweis merayakan ulang tahunnya.
Roy memilih tempat makan kesukaan Edelweis, bebek kaleyo Cilandak.
Sesampainya mereka di tempat yang direservasi Roy. Mengalun lagu selamat ulang tahun dan seorang pelayan membawakan sebuah black forest cake dari harvest. Lengkap dengan lilin di atasnya.
"Selamat ulang tahun, ya?" Roy menangkupkan kedua tangannya ke depan dadanya.
"Terima kasih, ya? Bagus banget."
"Aku seneng kalau kamu suka."
"Suka bangetlah!"
"Tiup lilinnya and make a wish!"
Edelweis meniup lilinnya diiringi alunan ulang tahun. Dia memejamkan matanya membuat permohonan.
"Apa permohonanmu?"
"Rahasia!"
"Aku tidak boleh tahu?" wajah Roy menyiratkan raut kecewa.
Edelweis tertawa melihatnya.
"Gitu aja ngambek!"
Mereka berdua duduk berhadapan.
Edelweis memotong kuenya, meletakkan pada piring dan garpu kecil yang sudah disediakan di meja dan memberikannya pada Roy.Dia juga mengambil untuk dirinya sendiri.
"Sisanya disimpen aja bawa pulang untuk ibu dan adik-adikmu."
Edelweis menganggukkan kepalanya, "Terima kasih, ya?"
"Kamu bener-bener mau tahu doa yang kupanjatkan?"
"Tentu saja!"Roy memotong kuenya dan memasukkan kembali ke mulutnya.
"Aku minta supaya diberikan kebahagiaan dunia dan akhirat. Dijauhkan dari segala fitnah dan hal-hal yang bisa membawa keburukan."
"Hanya itu? Kau tidak minta kita berjodoh atau kau berjodoh dengan Rajasa atau Aksa atau Ryan? Siapa sih sebenarnya yang kau pilih atau ada seseorang yang kau inginkan tanpa sepengetahuan kami?"
"Apa aku harus berdoa supaya kita semua tinggal di Tibet dan happily ever after?"
Roy tergelak, "OMG!" serunya, "Memang kau siap dengan segala konsekuensinya?"
"Aku pernah membaca ada seorang wanita memiliki tujuh suami dan...."
Roy semakin tergelak.
"Seandainya aku lelaki, masalahku sudah selesai. Aku tinggal menawari kalian poligami dan berjanji akan menjadi imam yang adil, menyayangi dan mencintai kalian semua dengan sepenuh hati." tukas Edelweis sambil memotong kuenya.
"Memangnya kami semua mau kau poligami?"
"Kalau tidak ada pilihan lain dan aku tidak bisa dipaksa memilih salah satu dari kalian. Daripada tidak sama sekali!"
Roy benar-benar tertawa hingga meneteskan airmata.
"Syukur kau bukan lelaki. Bisa bikin aku makan hati! Lebih baik kau pilih satu daripada kau pilih semua!"
Roy memesan satu bebek goreng untuknya dan bebek rica untuk Edelweis. Juice sunkis dan es kelapa muda.
"Bagaimana harimu?" Edelweis menyeruput es kelapa mudanya.
"Alhamdulillah, bisnis kaosku berjalan lancar."
"Alhamdulillah, aku senang mendengarnya."
"Kau sendiri bagaimana?"
"Semakin membaik. Kupikir sudah tepat aku membantu ibuku sehingga kedua adikku bisa lebih konsentrasi beraktifitas."
"Alhamdulillah, kalau kau nyaman. Itu terpenting."
"Rajasa mengirimiku kado, surat dan kartu."
"Benarkah?"
"Suratnya singkat sekali. Padahal aku ingin bagaimana kabarnya disana."
"Kau merindukannya?"
Wajah Edelweis berubah jengah.
"Kau bicara apa sih?"
Roy menertawai tingkah Edelweis yang kikuk.
"Apa sih yang kau lihat dari dia? Apakah karena dia akan memiliki warisan melimpah begitu menikahimu?"
"Hah?" wajah Edelweis mendadak jutek, "memang aku sematrialistis itu?"
"Kau kan tau bagaimana dia? Dominan, demanding, mudah jatuh cinta dan juga bosan."
" Apakah harus ada alasannya?"
"Setidaknya kau harus memiliki alasan yang tepat atau kau akan menyesal. Apa yang menghalangimu menerima lamaranku? Aku sudah bercerai dari Angela. Duren!"
Edelweis tergelak.
"Entahlah apa yang terjadi padaku."
" Aksa dan Ryan? Bagaimana mereka?"
"Bagaimana mereka?"
"Kau juga menyukai mereka berdua kan?"
Wajah Edelweis seperti kepiting rebus.
"Mereka berdua memiliki daya tarik lain. Seandainya aku seorang lelaki, aku akan memilih kalian berempat. Kubagi hatiku belah ketupat sama rata dan rasa."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments