Ada yang berubah semenjak Rajasa berada di Kalimantan. Kerinduannya pada Edelweis juga perasaan cintanya semakin jelas.
Dia berubah seratus delapan puluh derajat. Apakah memang cinta bisa merubah seseorang demikian rupa?
Dia tidak lagi memiliki kebiasaan mengejar gadis-gadis dan tebar pesona.
Hilang minat begitu saja. Sehari-hari menyibukkan diri untuk menghilangkan bayangan wajah gadis yang kerap mengusik tidur dan pikirannya.
"Kau dapat salam dari Aleeza."
"Oh ya...."
"Gak salam balik? Dia ingin mengajakmu jalan-jalan ke kota dan ikut kita berbelanja."
"Jangan!"
"Kau kenapa? Dia gadis tercantik dan termenarik disini mungkin kalau dia ke Jakarta sudah jadi artis atau model."
"Aku sedang tidak ingin jalan-jalan."
"Kau bagaimana sih? Kau sendiri memberikan harapan padanya sekarang seperti itu?"
"Kapan aku memberinya harapan?"
"Kau jangan main-main disini!"
"Aku memang tidak memberikannya harapan. Kenal saja tidak!"
"Dia bilang kau mencari gadis Kalimantan yang cantik untuk dijadikan isteri melupakan luka hati?"
"Astaga! Aku cuma bercanda dan kapan aku menunjuk orang dan nama?"
"Kau berbicara di depan semua orang dan disini yang tercantik itu dia!"
"Maksudku, aku ingin melupakan Edelweis! Sisanya tidak ada maksud apa-apa!"
"Kau bisa tidak menjaga ucapanmu agar orang tidak salah paham?"
"Aku tidak bermaksud seperti itu!"
"Baiklah! Aku mengerti tapi lain kali berhati-hatilah! Jangan sampai menyinggung orang lain!"
"Maafkan aku!"
"Sudahlah! Namanya juga orang patah hati."
"Aku tidak percaya melihatnya seperti itu. Melepaskan semua impiannya dan tidak bergabung bersama kita?"
"Dia pasti punya alasan yang belum kau pahami. Kau terlalu emosi dan tempramental. Dia tidak bisa seperti itu. Roy lebih memahami dia. Aku juga tapi bagimu dia seperti misteri berkabut."
"Aku benci melihatnya suka mencari alasan dan mengada-ada!"
"Cinta tidak bisa dipaksakan. Apalagi jodoh. Jika dia mencintaimu dan kau juga begitu belum tentu berjodoh."
"Aku yakin kami berjodoh! Kau liat saja nanti!"
"Kau jangan takabur!"
"Aku tidak takabur!"
"Jangan memastikan sesuatu yang hanya Tuhan yang tahu kepastiannya."
"Kau ini kenapa sih?" Rajasa menarik kerah baju Ryan.
"Kau yang kenapa!"Ryan mendorong Rajasa.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku?"
"Kau jangan ikuti emosimu! Pakai logikamu! Kau tidak bisa memaksanya. Kalau dia jodohmu pasti kalian akan bersama tapi kalau tidak kau jangan gila!"
"Aku...."
"Pakai logikamu! Berikan dia waktu untuk berpikir dan memilih apa yang sesuai dengan hatinya. Berhenti menilainya secara sepihak. Sangat tidak adil! Kalau kau berada di posisinya. Apa yang kau lakukan? Apa kau bisa seperti itu? Mungkin sudah kau acak-acak hati semua orang seenakmu?"
"Kau membelanya?"
"Aku hanya tidak ingin kau menyudutkannya dan menambah beban pikiran juga masalahnya."
"Kau juga mencintainya?"
"Itu tidak penting. Bagiku siapapun yang menjadi jodohnya adalah yang terbaik. Kau tidak bisa mengatakan mencintainya kalau kau tidak mampu melihatnya bahagia. Itu bukan cinta!"
"Seandainya dia menjadi milikku bagaimana?"
"Kalau memang dia bahagia denganmu maka aku juga akan berbahagia untuknya."
"Sesederhana itu?"
"Sesederhana itu! Buat apa dia bersamaku kalau aku tidak mampu membahagiakannya?"
"Aku tidak bisa bahagia kalau dia bersamamu atau yang lainnya!"
"Karena kau masih egois! Itu jawabannya!"
"Cinta memang egois! Mana ada cinta yang mau berbagi atau mengalah?"
"Kau memang sangat menyebalkan! Aku akan menghajarmu kalau kau membuatnya menangis!"
"Mengapa kau semarah itu?"
"Karena aku tidak ingin melihatmu atau siapapun menyakitinya! Kalau kau tidak mampu membahagiakannya setidaknya jangan menyakitinya!"
"Kau membuatnya besar kepala!"
"Dia tidak besar kepala! Kau jangan menambah beban pikirannya! Kau dengar aku?"
"Kau tidak bisa mendikteku!"
"Bagaimana kau mengatasi masalahmu kemarin? Dengan bantuanku? Aku tidak minta balasan apapun. Aku hanya minta jangan menyakitinya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 130 Episodes
Comments