***
Satu minggu berlalu, hari ini hari pertama Zivana melaksanakan ujian akhir nya. Gadis pencinta duda berjas itu sudah siap dengan seragam sekolah nya, dia merapihkan tas sekolah. Zivana teringat sesuatu, gadis itu mencari ponselnya.
Setelah menemukan ponselnya, dia menekan ikon kamera. Mengatur gaya yang menurut bagus, lalu menekan tombol untuk mengambil fotonya.
"Lucu banget sih." Zivana memuji dirinya sendiri, gadis itu cukup di buat gemas dengan hasil fotonya sendiri.
Kemudian dia membuka room chat dengan Dean, gadis itu berniat mengirimkan foto yang dia ambil tadi. Zivana mulai mengetikan pesan dan juga mengirimkan foto nya.
You
Udah siap berangkat sekolah nih, ucapin apa ke😌
^^^Om Dean ganteng 😚^^^
^^^👍👍👍^^^
Zivana mendengus melihat balasan dari Dean, hanya emoticon seperti itu. Tidak adakah yang lain? Maksud Zivana itu, meminta semangat. Ini hari pertama dia ujian, apakah Dena tidak mengerti?
Tak mau membuang waktu dan juga merusak mood, Zivana memilih mematikan ponselnya dan berangkat sekolah. Pagi ini dia akan di antar oleh mama nya, papa Zivana sangat sibuk belakang ini.
Sepanjang perjalanan menuju sekolah, Zivana hanya diam. Mood nya benar-benar hancur gara-gara Dean, alih-alih memberikan semangat Dean justru merusak mood.
"Kenapa sayang? Mama perhatikan kamu jadi pendiam sekarang." Mama Zivana melirik sekilas pada putrinya itu.
"Ziva tidak apa-apa, hanya tegang mau ujian." Imbuhnya.
Mama Zivana mengangguk mengerti, pasti Zivana tegang gara-gara tekanan dari mereka yang menuntut Zivana untuk mendapat nilai bagus. "Mama sama papa tetap bangga sama kamu. Meski nanti nilai akhir tidak seperti yang kami harapkan, jadi jangan terlalu di jadikan beban."
Zivana menatap pada sang mama, memang beberapa bulan terakhir ini kedua orang tuanya mulai lembut padanya. Keduanya tak lagi bertengkar, mereka mulai mengerti satu sama lain termasuk tak lagi menuntut nilai bagus dari Zivana.
"Makasih ma," Zivana memeluk sayang sang mama. Dia sangat merindukan moment seperti ini, di saat dirinya yang bebas bermanja pada sang mama.
Tak lama mobil mereka sampai di depan gerbang sekolah, setelah mencium tangan sang mama Zivana keluar dari mobil. Gadis itu merapihkan anak rambutnya sambil berjalan menuju kelas, sesekali dia melihat pada ponselnya.
"Om Dena bener-bener tidak pengertian." Dengusnya yang kesal akan sikap tidak peka Dean.
Zivana masuk kedalam ruangan ujian nya, di sana sudah ada Raffy. Zivana tidak satu ruangan dengan Kia, melainkan dengan Raffy. Artinya gadis itu tidak bisa mencontek jawaban dari Kia, bisa tida bisa dia harus menyelesaikan soalnya sendiri.
"Pagi Ziva. Mukanya cerah banget, seperti masa depan kita berdua." Goda Raffy sambil tersenyum lebar. Padahal jika di lihat wajah Zivana di tekuk, lantaran mood nya sedang tidak baik.
Zivana menyunggingkan senyum tipisnya, gadis itu duduk di kursi yang ada di belakang Raffy. "Jangan senyum, senyum Ziva itu membawa masalah bagi kesehatan." Kata Raffy lagi.
"Masalah kesehatan?" tanya Zivana dengan alis tertaut heran.
"Iya,soalnya senyum kamu terlalu manis. Orang yang lihat bisa kena diabetes," tutur Raffy yang ternyata mencoba merayu.
Zivana tersenyum hambar, garing sekali gombalan Raffy ini. Tapi seandainya saja gombalan ini dari Dean, mungkin Zivana sekarang sedang menahan kesalah tingkahan dirinya.
"Raff, gombalan mu sudah terlalu pasaran. Sudah banyak orang yang menggunakan metode seperti itu." Ujar Zivana.
Raffy melotot mendengar nya, dia berusaha mencari kata-kata yang romantis untuk di ucapkan. Seperti nya gombalan untuk Zivana tidak bisa gombalan level rendah, gadis ini tidak terpengaruh sama sekali.
Di sela-sela waktu yang sebentar lagi ujian akan di mulai, Zivana membuka ponselnya. Di sana ada pesan dari Dena yang langsung di tekan di buka oleh nya.
^^^Om Dean ganteng 😚^^^
^^^Semangat ujian pertamanya 💪^^^
^^^Jika bisa lulus dengan nilai bagus, aku akan menuruti semua yang kau mau^^^
Zivana rasanya ingin bersorak gembira, akhirnya ada pesan penyemangat dari Dean. Gadis itu langsung membalas pesan tersebut.
You
Mau nikah sama om 🤭
^^^Om Dean ganteng 😚^^^
^^^Harus di atas 95^^^
Zivana berpikir sejenak, apakah mungkin dia mendapat nilai sebagus itu? untuk lulus KKM saja rasanya Zivana sangat berat, apa lagi di atas 95.
"Gila, tapi tidak apa. Demi nikah sama om Dean," gumamnya.
***
Di tempat lain Dean sedang sibuk dengan ponselnya, pria itu sibuk memandangi foto yang Zivana kirimkan padanya. Gadis itu memakai seragam sekolah seperti memakai gaun pesta, sangat pendek. Dean jadi berpikir, apakah mungkin di sekolah nya tidak ada lelaki yang menyukai Zivana? Gadis itu cantik, tubuh nya seperti model dan gaya gadis itu sangat modis.
"Temui langsung jika berani, jangan hanya menatap fotonya saja." Ujar Bian yang entah sejak kapan sudah berada di belakang Dean.
"Kapan kau datang?" tanya Dean sedikit terkejut.
Bian tersenyum mengejek. "Sejak kau membuka galeri di ponsel mu, lalu menatap foto bocah SMA itu. Sejak saat itu aku di sini, aku juga tau bahwa kau memang sudah tergila-gila padanya."
Dean menatap jengah sahabat nya ini, kebiasaan Bian selalu masuk tanpa permisi. "Urusi saja wanita-wanita j***ng di tempat mu. Tidak perlu menasehati ku,"
"Ayolah bro! Aku ini berpengalaman, kau harus banyak belajar dariku." Kata Bian dengan percaya diri.
"Aku juga lebih berpengalaman dari mu. Jangan lupa aku bahkan sudah berpengalaman menjadi duda," sahut Dean yang berhasil mengundang tawa Bian.
"Jadi duda adalah pengalaman mu, yang tidak pernah ada dalam daftar sejarah hidup ku." Balas Bian sambil tertawa kecil.
Untung saja Dean sabar padahal memiliki sahabat semacam Bian. Dulu keduanya begitu sama-sama gila, penikmat dunia malam. Keduanya sering kali menghabiskan waktu malam di club, tapi semenjak Dean mengenal Adeeva semua berubah. Dean menjadi lebih tertata, dia mulai fokus pada kuliah dan dunia bisnis orang tua nya.
Siapa sangka Adeeva yang berhasil merubah sifat buruk nya, justru menjadi pengalaman terburuk nya. Wanita yang mengenalkan cinta padanya, justru menjadi wanita yang menghancurkan kepercayaan nya terhadap cinta.
"Manusia hanya bisa berencana, yang menentukan semuanya adalah Takdir Tuhan. Biarkan saja aku yang menjadi duda sekarang, tidak ada yang tahu mungkin besok atau lusa kau yang menjadi duda." Tutur Dean.
Bian mengumpat serapah Dean, bisa-bisanya dia mengeluarkan teori semacam ini. "Kau mendoakan ku menjadi duda?"
"Tidak mendoakan, aku hanya mengatakan apa yang aku pikirkan." Sahut Dean terdengar santai.
"Ucapan adalah doa, sialan!" kesal Bian.
...***...
...TBC...
Bukan author rajin, tapi berusaha untuk tetap lanjut cerita. Maaf baru up🙏 tapi jangan khawatir bentar lgi libur school, bakalan banyak waktu buat up cerita.
Makasih yang udh sabar nunggu cerita ini up🙏🙏 dan mohon maaf untuk yang merasa bosan karena lama up🙏
See You Next Part ✨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Semet Tipis
Wah om Dean udah pengalaman banget jadi duda yaaa 😁😁dan sekarang naksir sama anak SMA 😉😉
Lanjut dan semangat💪💪 terus buat updatenya thor😊😊
2022-06-23
0
Widya Sari Widya Widya
lama sekali up nya
2022-06-18
1
sweetiey(*˘︶˘*).。*♡
semangat
2022-06-18
0