***
Tiga hari lalu kejadian di kantor Dean itu membuat Zivana tak lagi datang. Bukan apa-apa dia hanya butuh waktu untuk mencari cara agar Dean bisa percaya, bawah cinta dia itu tulus. Selama tiga hari ini juga Zivana selalu uring-uringan, pikiran nya selalu tertuju untuk Dean. Gadis itu sempat bertanya-tanya, apakah Dean mencari nya? Ataukah Dean malah senang karena dia tak datang?
Sebenarnya Zivana selalu bertanya lewat Arzan, hanya saja gadis itu tidak merasa puas jika belum menemui secara langsung. Bukan hanya memikirkan cara agar Dean percaya, Zivana juga harus memikirkan nasib sekolah nya. Gadis itu belakang ini sedikit sibuk dengan tugas sekolah, di tambah orang tua nya yang tak kunjung pulang juga.
Sore ini Zivana baru saja pulang dari rumah Kia, dia baru selesai menyontek tugas milik Kia. Dia menunggu bus di halte, Zivana lebih suka menggunakan angkutan umum dibandingkan supir pribadi. Cuaca sore terlihat sedikit mendung, seperti nya akan turun hujan. Benar saja tak lama hujan pun turun, Zivana memeluk tubuh nya sendiri saat merasakan hembusan angin menerpa kulit nya.
"Dingin banget, mana bus nya belum ada. Udah mau magrib juga." Jika saja tahu akan seperti ini, dia akan menginap saja di rumah Kia.
Zivana mengadahkan pandangan nya ke atas, hujan turun cukup lebat. Gadis itu duduk di pojokan halte, dia melihat dirinya yang hanya menggunakan rok mini dan kaus hitam polos. Untung nya dia membawa hoodie kesayangan nya, Zivana mengenakan itu agar tubuh nya tak terlalu kedinginan.
Mata Zivana tiba-tiba saja menyipit saat lampu sebuah mobil menyorot tepat di wajahnya. Seseorang keluar dari mobil itu, tapi Zivana tak melihat jelas wajahnya.
"Nona, ayo masuk ke mobil. Saya antar anda pulang," ucap Arzan tepat di hadapan gadis itu.
Zivana menatap Arzan, dia masih belum memberikan jawaban. Kemudian Arzan membisikan sesuatu, setelah mendengar bisikan itu Zivana langsung setuju untuk ikut bersama Arzan.
"Nona, ada tuan Dean di mobil." Bisik Arzan yang tak perlu menunggu lama, Zivana langsung setuju untuk dia antar pulang.
Jadilah kini mereka satu mobil, dengan Arzan yang menyetir dan Zivana juga Dean di kursi penumpang belakang. Gadis itu sangat merindukan pria ini, pria yang selama tiga hari terakhir ini membuat dirinya uring-uringan.
"Om, nyariin Ziva gak?" berharap Dean menjawab'ya' atau mungkin hanya sekedar anggukan kepala.
Namun, Dean hanya diam tanpa eskpresi. Sejujurnya Zivana sedikit lelah dengan sikap Dean ini, tapi mau bagaimana lagi dia terlanjur sayang pada duda satu ini. Zivana menatap lekat wajah tampan nya, tidak ada duda setampan ini menurut Zivana. "Om, mundur sedikit."
Dean berkerut kening, dia menggeser posisi duduk nya. "Bukan posisi duduk nya, tapi ganteng nya." sambung Zivana.
Jika Zivana pikir Dean akan tersipu, maka dia salah. Pria itu bahkan tak menunjukkan ekspresi apapun, apakah dia tidak mengerti rayuan Zivana?
"Om, ko diem aja? Kan tadi Ziva gombalin om," protes Zivana.
"Saya harus apa Zivana? Gombalan seperti itu hanya untuk remaja seperti mu, sedangkan di kalangan pria seusia saya itu sudah basi." Sahut Dean yang berhasil membuat Zivana memajukan bibirnya kesal.
Terlihat Arzan yang menahan tawa di depan sana, dia mengemudi dengan kecepatan sedang. Pria itu sengaja melakukan nya, agar Zivana dan Dean lebih punya banyak waktu bersama.
"Ketawa sesukamu Ar, tidak perlu di tahan seperti itu." Kata Dean langsung membuat Arzan mengubah ekspresi wajahnya menjadi datar.
***
"Om, Ziva tidur sendiri di sini?" tanya Zivana sedikit takut, dia tidak bisa tidur sendiri di kamar hotel.
"Iya."
Saat perjalanan pulang tadi di jalan terjadi kecelakaan beruntun, kata Arzan mereka tidak bisa lewat sekarang ini. Mereka mungkin bisa lewat besok hari nya, akhirnya mereka memutuskan untuk menginap di hotel yang sempat mereka lewati tadi. Entah memang tidak bisa lewat sungguhan, atau ini hanya rencana Arzan saja?
Hanya ada dua kamar kosong yang tersisa, satu kamar untuk Zivana satu kamar untuk Dean dan Arzan. Tapi, ada yang unik pada Zivana, dia tidak bisa tidur di kamar hotel sendirian.
"Om Ziva gak bisa tidur sendiri. Ini serem banget Om," memelas Zivana.
Dean meraup wajahnya kasar, dia mengambil salah satu bantal dan dia bawa ke sopa. "Saya tidur di sopa, kamu tidur di sana."
Zivana bersorak senang, akhirnya bisa tidur dengan menatap langsung wajah tampan pria itu. Zivana melihat Dean yang mulai memejamkan matanya, gadis itu pun ikut memejamkan matanya. Saat dia baru akan menjemput alam mimpinya, suara petir terdengar begitu jelas.
Lantas Zivana langsung turun dari ranjang, dan menghampiri Dean. Gadis itu langsung menindih tubuh dengan Dean, Zivana takut petir dan gelap. Dean merasakan tubuhnya yang di hantam seseorang, dia melotot saat tahu Zivana sudah berada di atas nya.
"Apa ini? turun!" titah Dean.
Zivana menggeleng, gadis itu mengeratkan tangan nya. "Ziva takut, Ziva takut petir sama gelap juga om ,"
"Tidak ada petir Zivana," jengah Dean namun malah suara petir begitu keras terdengar.
Dean menghembuskan nafasnya, dia tidak bisa meminta gadis ini turun. Pria itu membiarkan Zivana memeluk nya, tidak ada masalah sejauh ini. Lama posisi Zivana di atas Dean, sampai tanpa sadar Dean ikut terbawa suasana.
"Om, takut." Suara Zivana terdengar gemetar. Dean merasakan tubuh gadis itu yang gemetar, ini benar-benar menakutkan untuk Zivana.
Dean membenarkan posisi nya, dia duduk tegap dengan Zivana yang berada di pangkuan nya ala koala. Dean mengelus perlahan bahunya. "Sudahlah, tidak ada petir."
Zivana yang hanya menggunakan rok mini itu duduk dengan ala koala, kalian tahu dia duduk dengan membuka lebih lebar kaki nya sambil menghadap langsung pada Dean.
Begitu kira-kira gambaran posisi duduk nya Zivana, bayangkan bagaimana nasib Dean. Pria itu sungguh kesusahan sekarang, tidak bisa di bayangkan jika dia harus seperti ini semalam. Lama-lama Dean bisa tidak tahan, dia juga lelaki normal.
"Zivana, bisa turun? Kembali ke tempat tidur mu, petir sudah tidak ada." Pinta Dean, namun lagi-lagi Zivana menolak.
"Ziva takut om, nanti kalau petir nya ada lagi gimana? Ziva, mau gini aja."
Dean sungguh mengutuki gadis ini, bisakah berpikir seperti orang dewasa? Dia menyiksa Dean saat ini, apa dia tidak berpikir sekali saja tentang Dean? Dean rasa tidak, Zivana tidak memikirkan tentang nya samasekali.
"Jangan katakan milik ku keras, karena kamu sendiri yang membuat nya seperti itu." Kata Dean memotong bahkan sebelum gadis itu berbicara. Sudah Dean duga dia akan bertanya kenapa keras, padahal dia sendiri yang membuat nya seperti itu. Dasar, bocah SMA!
Pikiran Zivana tiba-tiba berpikir liar, sebesar apa milik Dean ini sampai saat seperti ini begitu terasa mengganjal. Otak nya ternodai karena belakangan ini Zivana sering menonton film orang dewasa, dari sana juga dia belajar menggoda duda berjas ini.
"Om, besar banget ya?" tanya Zivana yang terdengar sedikit ambigu di telinga Dean.
"Apanya?" sinis Dean dengan tatapan tajam nya.
"Itu, punya om." Dean melotot tajam, bisa-bisanya Zivana bertanya seperti itu.
Sementara gadis itu terlihat menyengir kuda, seolah tak bersalah. "Mau lihat?" tawar Dean sambil tersenyum devil, tiba tiba saja ide gila muncul di otak Dean.
"Mau om. Eh, gak om. Hehe..." sahut Zivana di sertai cengiran nya.
Dean menaikan sebelah alisnya. "Yakin, tidak ingin melihat nya?"
"Mau om, tapi Ziva takut." Jawab Zivana sedikit lesu.
"Takut kenapa?"
"Takut nanti Ziva pingsan pas lihat itu punya om. Pasti besar dan hitam banget, ya kan?" kata-kata gadis itu sampai membuat Dean hampir tersedak ludah nya sendiri.
...***...
...TBC...
Next>>
...Hai up nih🤗 ...
Btw, Ziva yang besar plus item itu apa ya? Aku teh gak paham maksd kamu😭😭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
Semet Tipis
Astaga zivana otak kamu ternodai banget 😂😂mikirnya yg nggak nggak aja
Lanjut dan semangat💪💪 terus buat updatenya thor😊😊
2022-06-21
0
Amellya Adjjah
hayoo Ziva... apa itu yang besar dan hitam🤦♀️🤦♀️🤭
2022-06-08
0
Tie Qingang
ituloh Ziva kalo singkong bakar. kalo bahasa sindanya. BELENTUK🤣🤣🤣🤣
2022-06-06
0