***
Dean baru saja kembali ke apartemen nya, tepatnya pukul 02:00 dini hari. Pria itu tinggal seorang diri di apartemen, selama 10 tahun Dean benar-benar hidup sendiri. Dia jauh dari orang tuanya, Dean malu untuk kembali pada mereka. Karena Adeeva dulu dia menentang orang tua nya, dan lihatlah dia sekarang sendirian.
Tanpa melepas sepatu dan pakaian formal nya, Dean langsung menjatuhkan dirinya ke tempat tidur. Tak butuh waktu lama untuk Dean terlelap dalam tidur.
Tepat pukul 10 pagi, Dean baru bangun. Dean mendengar bel apartemen nya yang berbunyi, apakah dia mengundang seseorang untuk datang? Ataukah itu mama nya?
Dean melihat pantulan dirinya yang masih mengenakan lengkap pakaian formal, dia melepaskan jas, lalu sepatu nya. Dean mengenakan sandal bulu yang biasa dia kenakan di dalam kamar, dengan rambut yang masih berantakan Dean membuka pintu.
"Selamat pagi, om Dean!" suara melengking milik Zivana, menelusup gendang telinga Dean tanpa permisi.
Dean menatap datar gadis di hadapannya, pagi-pagi sudah membuat mood orang hancur. Bagaimana pula dia tahu apartemen Dean?
"Pulanglah, tidak ada yang mengundang mu datang." Titah Dean, seraya kembali menutup pintu. Namun, Zivana malah mendorong kuat dan menerobos masuk. Dean hampir bahkan sampai terhayung.
"Aku jauh-jauh datang ke sini. Masa iya harus pulang lagi? Kan gak lucu ya, sudah datang tapi tidak di suruh masuk malah di usir." Zivana berceloteh sambil duduk manis di sopa. Lihat gadis ini benar- benar lancang, tidak ada yang menyuruh nya duduk. Jangankan duduk, masuk saja Dean tak menyuruh nya.
"Jangan merusak hari libur ku. Pulang! Aku butuh waktu istirahat." Usir Dean, pria itu menarik tangan Zivana agar bangun dan pulang.
"No! Tidak bisa begitu, om. Ayolah, aku tidak akan menganggu. Ziva mau masak buat om, gimana boleh kan?" Zivana mengedipkan mata berkali-kali, jika di lihat dengan teliti Zivana terlihat lucu.
Dean tak menjawab apapun, dia meninggalkan Zivana di sana. Merasa Dean yang tak menolak, Zivana pun pergi menyiapkan makanan. Sementara itu Dean mencari ponsel untuk menghubungi Arzan, mungkin pria itu yang memberitahu Zivana alamat apartemen nya.
"Hallo, tuan. Selamat pagi." Suara Arzan terdengar di sebrang sana.
"Kau yang memberitahu bocah itu?" tanya Dean langsung to the points.
Terdengar kekehan kecil Arzan di sebrang sana, sudah di pastikan dugaan Dean benar. "Maaf tuan, dia tidak membiarkan ku istirahat dengan tenang."
"Istirahat dengan tenang apanya? Kau mengorbankan waktu istirahat ku, demi istirahat tenang mu itu sialan!" maki Dean.
"Tuan, nikmati saja. Nona Zivana bisa kau jadikan pelayanan mu hari ini, dan biarkan aku beristirahat dengan tenang." Tutur Arzan.
"Baiklah. Beristirahat lah dengan tenang Ar, semoga Tuhan menempatkan mu di sisi-Nya." Tukas Dean yang berhasil memancing tawa renyah Arzan.
"Tuan, aku masih hidup. Kau mendoakan ku cepat mati?" tanya Arzan di sertai kekehan nya.
"Iya. Aku mendoakan mu cepat mati, bedebah! Asisten sialan!" Lagi-lagi Dean memakai Arzan, namun yang di maki malah tertawa. Arzan berhasil membuat Dean kesal.
"Baiklah, tuan. Selamat menikmati pelayanan satu hari mu," Arzan menutup sambungan telepon itu, sungguh tidak sopan bukan.
Dean membanting ponselnya ke tempat tidur, pria itu mengacak rambut nya frustasi. Lihatlah begitu menyedihkan nya Dean sekarang, asisten nya mengorbankan dirinya demi istirahat tenang nya. Dean memutuskan untuk mandi, dia juga sudah tidak nyaman dengan aroma tubuhnya yang bercampur keringat.
Selang beberapa menit, ritual mandi Dean selesai. Pria itu mengenakan pakaian santai, celana selutut dan kaos distro putih polos. Sangat terlihat cocok di badannya, ketahuilah Dean terlihat lebih muda dengan pakaian santai nya.
Dia menghampiri Zivana di meja makan, lagipula Dean sudah lapar. Kelihatannya makanan Zivana enak, tidak ada salahnya dia memakan itu. Zivana dengan senang hati menyambut Dean, buru-buru gadis itu menyajikan makanan di piring Dean.
"Cobain, om. Terus kasih tahu gimana rasanya, tapi masakan Ziva udah jelas enak sih." Ujarnya dengan percaya diri.
Dean berdehem. "Kau yakin enak?" tanya Dean memastikan, dan di jawab anggukan kepala oleh Zivana. "Kenapa yakin sekali? apa kau sudah memberikan mantra agar makanan nya enak?"
"Mantra apa? Ziva masak dengan sepenuh hati, udah pasti enaklah. TANPA MANTRA." Sahut gadis itu yang menekankan kata 'tanpa mantra'
Baru saja Dean hendak mencobanya, Zivana menahan tangan Dean. "Baca doa dulu om," katanya.
Astaga, gadis ini berlaga seperti sedang bersama anak kecil saja. Apakah Dean harus membaca doa menggunakan toa meski, agar dia mendengar nya?
"Aku sudah membaca doa." Jawab Dean lalu siap memasukan suapan pertama nya.
Namun, sekali lagi Zivana menahan tangan nya. Dean menghembuskan nafasnya dalam. "Apa lagi?!"
"Tiup dulu om, makanan nya masih panas." Titah Zivana yang lagi-lagi membuat Dean terlihat seperti anak kecil.
Dean tidak bodoh, dia juga tahu makanan itu masih panas. "Aku tahu." Ketus nya.
Zivana mengangguk mengerti, dia pun menarik kursi untuk duduk di samping Dean. Di rasa tak ada hal lain lagi, Dean kembali mengangkat sendok nya. Ini kali ketiga, jika gagal lagi Dean tak mau makan.
Ting nong!!
Hais! Dean benar-benar murka sekarang, dia menggebrak meja makan itu. Zivana bahkan sampai terlonjak kaget, dia melihat Dean yang bangun untuk membuka pintu.
Dengan menahan kesal, Dean membuka pintu apartemen. Tahu siapa yang datang? Manusia setengah waras yang datang kali ini, salah satu tempat gesrek nya Bian.
"Morning, brother! Apa kabar bro?" Bian merangkul bahu Dean, terlihat bocah laki-laki yang ikut serta bersama Bian.
"Hayow, uncle." Bocah laki-laki itu menyapa Dean. Dia Elvan putra pertama Bian.
"Hai, El. Apa kabar?" Dean berjongkok untuk mengangkat Elvan, bocah berusia 5 tahun.
"Kabal El baik uncle." Dean mengacak rambut Elvan, bocah itu tertawa senang di pangkuan Dean.
Bian masuk tanpa permisi, sial! Dean lupa ada Zivana di dalam. Buru-buru Dean menyusul Bian, pria itu melihat senyum jahil di wajah sahabat nya. Bian menatap bergantian pada Dean, juga Zivana yang kini sedang berada di meja makan. Gadis itu sedang menatap heran pada mereka.
"Siapa bro?" tanya Bian dengan senyum jahilnya.
Dean enggang menjawab nya, dia membawa Elvan ke meja makan. Elvan di dudukan pada salah satu kursi di sana, mata Elvan berbinar saat melihat ada banyak makanan di sana.
"El cuka makan." Ujar bocah itu, Zivana di buat gemas sendiri mendengar nya.
"Semua orang juga suka makan, uuuhh gemess banget!" Zivana menghampiri Elvan.
"Ayow, kak. Kenayin Elvan ganteng, anaknya papa Bian jeyek." Ujar Elvan sambil menyodorkan tangannya.
"Hai, Elvan. Kenalin nama kakak Zivana, El lucu banget sih!" Zivana menjabat tangan Elvan. Terlihat bocah itu yang girang ketika Zivana mencubit pipi nya pelan, apa lagi saat di puji tingkat kepedean bocah itu meningkat.
Bian dan Dean menjadi penonton di sana, begitulah ketika bocah bertemu bocah lainnya. Lupa dengan keadaan sekitar, malah hanya asik berdua. Dean duduk di kursinya sambil mengaduk-aduk makanan di piring, sementara Bian menatap cengo putra nya yang genit pada Zivana.
"Kau menculik bocah itu darimana? Kembalikan bro, kasihan orang tua nya." Kelakar Bian, yang mendapat tatapan tajam Dean.
"Dia yang datang sendiri," sahut Dean dengan wajah datarnya.
"Benarkah? Apa dia calon istri barumu? Kalau iya, aku ikut senang." Tutur Bian dengan senyum lebar, dia membayangkan bagaimana Dean dan Zivana jika sampai bersanding di pelaminan.
"Jangan macam-macam, tipe ku bukan bocah SMA seperti nya."
Terkejut bukan main, Bian pikir Zivana itu sudah kuliah. Karena postur tubuh nya yang berisi, tapi ternyata masih SMA. Pantas saja sikapnya seperti anak-anak, Bian semakin tak habis pikir bagaimana Dean bisa menemukan bocah SMA?
...***...
Next>>
...Papa Bian kaget dong ya😂 ...
Jangan lupa tinggalkan jejak nya✨🤗
... ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 94 Episodes
Comments
bhunshin
justru yg masih SMA itu masih seger² nya😅
2025-02-23
0
Semet Tipis
Eitsss jangan gitu dong dean ntar kebalik kamunya 😁😁
Lanjut dan semangat💪💪 terus buat updatenya thor😊😊
2022-06-13
1
reisha
iya seru cerita nya thor...semangaattt ya
2022-05-29
1