Setelah sekian lama perjalanan akhinya mereka sampai juga dimarkas Gengcobra, tepat pada pukul setengah lima pagi, keduanya segera turun dari mobil itu dan berniat untuk membantu mengangkat belanja itu akan tetapi Bayu segera menghentikannya.
"Kalian berdua sholat subuh dulu saja, biar ini semua menjadi tugas anak Gengcobra yang akan mengangkat bahan bahan ini kedapur, setelah selesai sholat segera datang ke dapur" Ucap Bayu.
"Baik Tuan" Jawab keduanya bersamaan.
Laksmi dan Lina segera bergegas menuju kekamar mereka untuk melakukan sholat subuh, mereka begitu senang ketika mengetahui bahwa Bayu sama sekali tidak marah dengan mereka tidak seperti biasanya ketika keduanya bercanda, mungkin karena Tuan Muda sebentar lagi akan pulang sehingga Bayu sedikit bersabar batin mereka berdua.
*****
Nadhira mulai membuka matanya disaat dirinya mendengar suara kicauan burung yang begitu merdu, ia melihat sekitarnya dan menemukan Bi Ira sedang menyisir rambutnya, ia menoleh kepada jam yang ada dikamar itu yang masih menunjukkan pukul setengah lima pagi.
Nadhira segera bangkit dari tidurnya dan langsung menuju kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, setelah itu ia segera melaksanakan sholat subuh dan setelahnya ia segera bersiap siap untuk keluar dari kamar villa itu diikuti oleh Bi Ira.
"Bagaimana tidur Ibu malam ini? Apakah nyenyak?" Tanya Nadhira sambil melangkah keluar.
"Sangat nyenyak, Ibu belum pernah menginap ditempat seperti ini sebelumnya".
"Kalau begitu lain kali, kita akan sering datang kemari untuk berlibur".
"Iya Nak".
Nadhira segera bergegas menuju kesebuah gazebo yang disediakan dipenginapan itu, setelahnya keduanya duduk disana untuk menikmati suasana matahari dipagi hari, satu jam kemudian Pak Santo dan Theo segera datang untuk berkumpul dengan Nadhira dan juga Bi Ira.
"Pagi" Ucap Theo.
"Pagi juga" Jawab Nadhira dan Bi Ira bersamaan.
"Kalian sudah lama disini?". Tanya Pak Santo.
"Sudah, sudah satu jam yang lalu kami kemari" Jawab Nadhira dengan santainya.
Mereka pun mengobrol dengan santainya setelah itu salah satu pekerja di villa itu memberitahu mereka bahwa makanan telah matang, dan siap untuk mereka nikmati, Nadhira segera mengajak mereka untuk makan pagi karena perutnya sendiri sudah terlihat meronta ronta untuk diisi kembali.
Begitu banyak hidangan yang mereka sajikan untuk keempatnya, setelah selesai memilih menu akhirnya mereka segera menyantap makanan tersebut dengan lahapnya, meskipun masakan itu tidak seenak buatan Bi Ira akan tetapi mereka terlihat begitu memakannya dengan sangat lahap.
Setelah selesai makan mereka melanjutkan dengan mengobrol bersama, entah apa yang mereka ucapkan akan tetapi hal itu terlihat begitu seru, tanpa mereka sadari bahwa waktu berlalu begitu cepatnya sehingga Nadhira mengajak mereka untuk pulang kerumah.
"Kalian segera beres beres, kita akan pulang" Ucap Nadhira sambil melangkah pergi.
"Baiklah Nona Muda" Ucap Theo dan Pak Santo bersamaan dan ikut bergegas.
Sementara Bi Ira telah mendahului mereka sebelum Nadhira mengatakan itu, Bi Ira sudah terlebih dahulu kembali kekamarnya untuk mengemas kembali peralatan yang mereka bawa sebelumnya.
Ketika Nadhira masuk kedalam kamar villa itu ia begitu terkejut ketika melihat barang barangnya sudah selesai dibereskan, Nadhira segera masuk untuk menemui Bi Ira.
"Maaf Bu karena tidak membantu Ibu sebelumnya" Ucap Nadhira sambil menyengir.
"Ngak masalah, semuanya sudah selesai"
"Baiklah biar Dhira yang bawa, Ibu menuju mobil dulu saja, Nadhira yang akan menarik koper ini"
Nadhira segera merebut koper tersebut dari tangan Bi Ira dan menyuruh Bi Ira untuk berjalan didepannya sementara dirinya yang akan membawa koper koper itu, awalnya Bi Ira menolak akan tetapi watak Nadhira begitu sangat keras kepala sehingga membuat Bi Ira hanya bisa pasrah saja.
Nadhira segera memasukkan koper miliknya dan tas ransel milik Bi Ira kedalam mobil itu, bagi Nadhira itu bukanlah hal yang masalah dengan berat dari kedua benda tersebut, sehingga ia dengan mudah mengangkatnya dan menatanya dibagasi mobilnya.
Setelah selesai beres beres Theo dan Pak Santo juga segera datang, dan menata barang barang mereka dan memeriksanya apakah masih ada yang tertinggal atau tidak, setelah itu mereka segera melajukan mobil mereka meninggalkan villa tersebut.
Hubungan antara Bi Ira dan Pak Santo terlihat sedikit mulai membaik daripada sebelumnya, hal itu membuat Nadhira tersenyum melihat keduanya, tidak sia sia ia mengajak keduanya untuk berlibur divilla hingga dirinya merasa begitu senang.
Tak beberapa lama setelah melakukan perjalanan, akhirnya Nadhira berserta rombongannya telah sampai juga didepan rumah Nadhira, melihat kedatangan mobil tersebut membuat Pak Mun segera membukakan pintu gerbang untuk mereka agar mobil yang mereka naiki bisa masuk kedalam halaman rumah itu.
Setelah gerbang itu dibuka, Theo segera melanjutkan mobil yang ia kendarai untuk masuk kedalam halaman itu, setelahnya mereka segera bergegas keluar dari mobil tersebut, ketika melihat Nadhira keluar, Pak Mun segera bergegas untuk mendatanginya.
"Non Dhira, Bi Ira, Pak Santo, bagaimana liburan kalian? Apa menyenangkan?" Tanya Pak Mun dengan wajah masam.
"Sangat menyenangkan Pak, aku sudah mengalahkan Pak Santo sebanyak 50 kali" Ucap Nadhira bohong.
Nadhira tidak ingin menceritakan yang sebenarnya kepada pak Mun karena ia takut kalau Pak Mun merasa iri dengan Pak Santo ataupun Bi Ira yang sengaja ia ajak untuk pergi berlibur sehingga Nadhira mengatakan hal tersebut.
"Eh busyet banyak bener Non" Ucap Pak Mun.
"Oh iya, aku juga berhasil membanting Pak Santo sebanyak seratus kali loh Pak, hebatkan diriku".
"Bener bener hebat Non".
Mendengar ucapan Nadhira tersebut membuat ketiga orang itu hanya bisa menggelengkan kepala mereka, karena apa yang dikatakan oleh Nadhira sama sekali tidak ada yang benar, semua itu adalah kebohongan Nadhira demi kebaikan Pak Mun.
Jika Nadhira mengatakan yang sebenarnya, Pak Mun akan merasa sakit hati karena tidak diajak oleh Nadhira padahal disitu tugasnya adalah sebagai sopir pribadi Nadhira, akan tetapi disitu dia ditugaskan untuk berjaga di pos sementara yang berjaga dipos sebelumnya diajak liburan.
Mungkin hal itu akan terlihat begitu sangat sangat mengecewakan bagi Pak Mun sehingga Nadhira tidak ingin adanya kesalah pahaman diantara mereka hingga menyebabkan mereka tidak kompak lagi seperti sebelumnya.
"Ya sudah Dhira, aku mau pulang dulu" Ucap Theo tiba tiba kepada Nadhira.
"Eh kenapa buru buru? Apa ngak mampir dulu kedalam?" Tanya Nadhira.
"Ngak deh Dhir, kapan kapan aja, soalnya ada sedikit masalah di Gengters, dan aku harus datang".
"Baiklah kalau begitu, biar Pak Santo membukakan pintu garasinya dulu" Pasrah Nadhira.
Pak Santo segera bergegas menuju kedalam rumah itu untuk membukakan pintu garasi agar Theo dapat mengeluarkan mobilnya yang ada didalam garasi Nadhira, sementara Pak Mun dan juga Bi Ira segera membawa koper koper itu masuk kedalam rumah.
Tak beberapa lama kemudian Pak Santo selesai mengeluarkan mobil itu dari bagasi, setelahnya Theo segera berpamitan untuk pergi meninggalkan tempat tersebut, dan Nadhira sendiri memutuskan untuk masuk kedalam rumahnya untuk menemui Omanya.
Nadhira melihat Omanya sedang fokus dengan televisi yang ada didepannya, sepertinya Omanya itu begitu sangat menikmati acara televisi kali ini sehingga ia tidak menyadari kedatangan Nadhira.
"Oma" Sapa Nadhira
"Sejak kapan kamu datang Nak?" Tanya Sarah.
Nadhira segera menjatuhkan tubuhnya kedalam pelukan Sarah, Sarah begitu terkejut ketika melihat kedatangan Nadhira tiba tiba, dan segera membalas pelukan Nadhira dengan lembutnya.
"Barusan, apa Oma tidam menyadari itu? Oma terlalu fokus dengan acara televisi, jadi tidak menyadari kedatangan Dhira".
"Bagaimana liburannya sayang? Apa Dhira sangat menikmatinya?" Tanya Sarah sambil mengusap kepala Nadhira pelan.
"Liburannya sangat menyenangkan Oma, Dhira juga main paralayang bersama Theo, tapi Dhira sangat merindukan Oma, rasanya seperti sudah bertahun tahun tidak bertemu dengan Oma" Manja Nadhira.
"Hem... Cucu Oma yang satu ini memanglah sangat manja sekali, Oma senang kalau Dhira bisa menikmati liburan itu dengan bahagia dan kembali dengan selamat tanpa lecet sedikitpun".
"Bagaimana mungkin Nadhira tidak kembali untuk Oma? Nadhira pasti akan kembali, karena Nadhira sangat sangat menyayangi Oma".
Nadhira melepaskan pelukan tersebut dan segera membaringkan tubuhnya dipangkuan Sarah sambil menatap kearah televisi, sesekali Sarah mengusap kepala Nadhira begitu lembut dan ikut menikmati acara televisi itu.
Keduanya sesekali tertawa bersamaan ketika pembawa acara televisi itu membawakan sebuah acara komedi yang begitu lucu bagi keduanya, seperti seakan akan keduanya sangat menikmati acara televisi kali ini.
Tiba tiba Pak Santo dengan tergesa gesa segera memasuki rumah itu untuk melaporkan sesuatu kepada Nadhira, melihat kedatangan Pak Santo seperti itu membuat Nadhira bangkit dari tidurnya dan segera berdiri.
"Ada apa Pak?" Tanya Nadhira dengan bingung.
"Didepan ada seseorang yang mencari Non Dhira" Ucap Pak Santo sambil berusaha menormalkan kembali pernafasannya.
"Siapa yang datang? Kenapa Pak Santo terlihat begitu tergesa gesa seperti itu? Ada apa?" Tanya Nadhira semakin dibuat bingung oleh Pak Santo.
"Saya tidak mengerti Non, mereka begitu banyak, kalau ngak salah ada lima mobil sekaligus"
Pak Santo mengatakan bahwa orang orang itu terlihat seperti anggota sebuah geng karena pakaian mereka yang sama dan juga sebuah jas yang sangat rapi, dan terlihat seperti orang yang begitu penting hingga membuat Pak Santo harus berlari larian untuk memberikan hal ini kepada Nadhira.
Mendengar itu membuat Sarah ikut bangkit dari duduknya, selama ini tidak ada anggota sebuah geng yang mendatangi rumahnya seperti itu, entah kesalahan apa yang telah membuat mereka datang kerumahnya dengan ramai ramai seperti itu.
"Ada apa ini?" Tanya Sarah.
"Itu Nyonya, diluar begitu ramai orang yang datang, dan mereka sedang mencari Non Dhira".
"Sebaiknya kamu ngak usah keluar Dhira, apa mungkin mereka ingin berniat jahat kepadamu Nak?" Tanya Sarah kepada Nadhira.
"Aku juga ngak tau Oma, selama ini aku tidak pernah berurusan ataupun berselisih dengan anggota geng manapun, apa mungkin itu geng Theo?" Ucap Nadhira yang juga kebingungan.
"Apakah saya harus mengatakan kalau Non Dhira tidak ada dirumah?" Tanya Pak Santo yang juga kebingungan dengan apa yang harus ia lakukan.
"Tidak usah Pak, aku akan menemui mereka, siapa tau aku kenal dengan mereka"
"Jangan Nak, itu berbahaya".
"Ngak apa apa kok Oma, kalau Dhira tidak keluar sekarang, bagaimana Dhira bisa tau apa tujuan mereka datang kerumah Dhira?"
Nadhira memutuskan untuk keluar dari rumahnya dan melihat siapa yang datang kerumahnya itu, meskipun Sarah berulang ulang kali melarang Nadhira akan tetapi Nadhira tetap ingin melihat seberapa banyak orang yang datang itu.
Nadhira segera bergegas keluar rumahnya, dan mendapati ada beberapa anak Gengcobra sudah berada dihalaman rumahnya, sebelumnya Pak Santo masuk kedalam rumah itu, ia membukakan pintu gerbang untuk mereka agar mereka bisa masuk.
Nadhira begitu terkejut entah kenapa begitu banyak anggota Gengcobra yang datang kerumahnya, tidak biasanya mereka akan melakukan itu, melihat Nadhira keluar dari rumah membuat Bayu segera mendekat kearah Nadhira.
"Ada apa ini? Kenapa kalian datang kerumahku beramai ramai seperti ini? Apakah telah terjadi sesuatu?" Tanya Nadhira penasaran.
"Ikutlah bersama kami Dhira, sebentar lagi Tuan Muda Rifki akan mendarat dibandara".
Seketika muncullah sebuah senyuman dibibir Nadhira, ini bagaikan sebuah mimpi baginya, ia tidak menyangka bahwa sebentar lagi ia dapat bertemu dengan Rifki, orang yang paling ia rindukan itu, Nadhira begitu bahagia mendengar ucapan yang keluar dari mulut Bayu.
"Benarkah? Dia pulang? Ini serius kan? Jangan bercanda Bay, dia benar benar pulang kan?" Tanya Nadhira secara beruntun sambil meneteskan air mata, sebuah air mata bahagia.
"Aku tidak bercanda denganmu Dhira, aku datang kemari untuk mengajakmu menyambut kedatangan dibandara, mungkin dirinya akan begitu senang ketika melihat kedatanganmu".
"Setelah sekian lama aku menunggu kedatangannya akhirnya dia pulang juga, dan bahkan ini belum genap lima tahun, ini adalah sebuah kabar yang begitu membahagiakan" Ucap Nadhira dengan sebuah isak tangis.
"Bersiap siaplah Dhira, sebentar lagi kita akan berangkat kesana dan orang tua Rifki juga telah bersiap siap kesana".
Nadhira begitu bahagia mendengar kabar mengenai Rifki yang sebentar lagi akan pulang, tapi seketika itu juga dia menghapus air matanya dan menghirup nafas dalam dalam agar air matanya tidak jatuh.
"Tidak, aku tidak bisa bertemu dengannya" Ucap Nadhira sambil membalikkan badannya.
Senyum yang ada diwajah anak Gengcobra terutama Bayu lahan lahan menghilang dari wajah mereka ketika mendengar bahwa Nadhira menolak untuk datang menyambut kedatangan Rifki dibandara bersama dengan keluarga Rifki.
Diluar dari dugaan mereka, Nadhira menolak untuk datang menemui Rifki, entah apa yang terjadi kepada Nadhira hingga dirinya tidak mau untuk menyambut kedatangan Rifki dibandara, dan hal itu membuat mereka kebingungan dengan jawaban Nadhira.
"Apa yang kau katakan Dhira? Bukankah ini adalah hal yang paling kau tunggu?".
"Iya, tapi itu dulu, aku terlalu banyak mengecewakan Rifki, aku tidak akan pernah mampu untuk bertemu dengannya Bay, Rifki pasti sangat kecewa dengan diriku jika mengetahui apa yang telah aku lakukan selama ini" Ucap Nadhira dan dapat terdengar suara isak tangis dari bibirnya.
"Aku tau itu Dhira, tapi jika kau tidak datang kali ini, maka Rifki akan benar benar kecewa dengan dirimu, apa kau tidak merindukannya? Setelah sekian lama ia pergi, dan tiba tiba dirimu tidak mau bertemu dengannya seperti ini".
"Maafkan aku, jika bertemu dengan Rifki tolong sampaikan maafku kepadanya, aku telah membuatnya kecewa Bay, dan itu tidak akan bisa untuk dimaafkan dengan mudah".
Nadhira teringat kembali dengan masalalunya yang kelam, ia telah mengecewakan harapan Rifki kepadanya, dan ia tidak akan mampu untuk bertemu dengan Rifki, apalagi dia telah mempertaruhkan nyawanya untuk orang lain dan hal itu paling tidak disukai oleh Rifki.
Disatu sisi Pak Mun, dan yang lainnya hanya mampu melihat Nadhira dari kejauhan, entah apa yang sedang mereka katakan saat ini, dan mereka dapat melihat bahwa Nadhira kini tengah bersedih, mereka sama sekali tidak tau dengan apa yang terjadi.
"Apa yang sebenarnya mereka inginkan? Kenapa Non Dhira terlihat sedih?" Tanya Pak Mun.
"Aku juga ngak tau, siapa orang orang itu" Ucap Pak Santo yang juga kebingungan.
"Bukankah mereka adalah orang orang yang pernah datang kemari dulu, mungkin sekitar tiga tahunan yang lalu?" Tanya Pak Mun.
Pak Mun masih menginginkan wajah Bayu dengan jelas, Bayu pernah sekali kerumah Nadhira dan memberikan sebuah hadiah kepada Nadhira sehingga ia menduga bahwa itu adalah orang yang dicintai oleh Nona Muda nya itu.
...Jangan lupa like, coment dan dukungannya 🥰 Terima kasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Popi Yulianti
d tinggallin lagi nyesel loh dira
2022-06-16
0