Berangkat liburan tiba tiba

Matahari mulai menampakkan sinarnya dan masuk kedalam kamar Nadhira, Nadhira segera bergegas keluar kamarnya dengan pakaian yang sudah begitu rapi dengan membawa tas ditangan kirinya sambil memakai sepatu seperti seseorang yang hendak jalan jalan bukan pergi bekerja.

Nadhira segera bergegas menemui Bi Ira yang kini tengah memasak bersama dengan Bi Sari, dari kejauhan Nadhira dapat melihat bahwa Bi Ira sedang begitu sibuk dengan masakannya, hal itu membuat Nadhira segera berlari kearahnya dan memeluknya dari belakang.

"Ibu".

"Astaghfirullah" Ucap Bi Ira reflek karena tiba tiba ada yang memeluknya dari belakang.

"Ih Ibu, Dhira kan bukan demit" Ucap Nadhira dengan cemberut sambil melepaskan pelukan itu.

"Maafkan Ibu, Dhira sendiri sih kenapa tiba tiba membuat Ibu terkejut seperti ini".

Bi Ira segera menoleh kepada Nadhira dan menyerahkan pekerjaan kepada Bi Sari, Bi Ira begitu terkejut dengan pakaian yang digunakan oleh Nadhira, ia menatapnya dari bawah keatas sementara Nadhira yang ditatap hanya tersenyum.

"Kamu tidak bekerja Nak?".

"Ngak, Dhira mau jalan jalan, Dhira kan sudah rapi".

"Jalan jalan dengan Theo?".

"Ngak juga, coba tebak lagi Bu".

"Dengan Nyonya besar?"

"Ngak, Oma ada urusan tuh mana bisa diajak jalan jalan saat seperti ini".

"Lalu dengan siapa? Apakah Rifki? Dia sudah pulang ke Indonesia kah? Kelihatannya kamu begitu senang hari ini Nak".

"Tidak Bu, entahlah kapan dia akan pulang, aku juga tidak tau, ku harap secepatnya dia pulang, biar bisa ku ajar dia dengan tanganku karena meninggalkan diriku begitu lama, aku mau jalan jalan sama Ibu".

"Hah? Kenapa sama Ibu?".

"Sudahlah, Ibu buruan ganti baju yang paling bagus, aku tunggu didepan sekarang, oh iya tidak ada tapi tapian pokoknya, jangan lupa juga bawa baju ganti kita akan pulang besok".

Nadhira tidak mau mendengar alasan apapun dari Bi Ira sehingga dirinya memutuskan untuk bergegas pergi dari tempat itu menuju kedepan untuk menemui Pak Santo terlebih dahulu.

"Eh Non Dhira pagi pagi begini sudah cantik aja, mau kemana Non" Sapa Pak Mun yang melihat Nadhira memakai pakaian begitu rapi, dirinya sedang menyapu halaman depan.

"Mau liburan Pak" Jawab Nadhira sambil tersenyum tipis kearah Pak Mun.

"Cie yang mau liburan, apa liburan dengan pemuda itu Non?".

"Tidak".

"Kalau begitu biar saya siapkan mobilnya dulu Non".

"Oke Pak, aku tunggu".

Dengan langkah ringan Nadhira segera berjalan kearah pos rumahnya untuk menemui Pak Santo, dengan bersenandung kecil Nadhira melangkah, hal itu membuat Pak Mun merasa heran dengan sikap Nadhira saat ini, dan dari kejauhan Pak Santo yang melihat Nadhira juga merasa bingung dengan penampilan Nadhira kali ini.

"Hai Pak" Sapa Nadhira.

"Eh Non, Non Dhira mau kemana? Kok rapi bener kali ini, biasanya kalau mau berangkat kerja ngak pernah pakai pakaian seperti ini".

"Hari ini ngak berangkat kerja, Pak Santo hari ini dan besok aku perintahkan untuk libur, dan biar Pak Mun yang menggantikan tugas Bapak disini".

"Tapi Non saya kan ngak minta libur, apa Non memecat saya, maafkan saya Non, tolong jangan pecat saya" Rengeknya dengan muka yang sudah memucat mendengar ucapan Nadhira.

"Ha? Siapa yang memecat Bapak? Aku kan hanya bilang kalau aku perintahkan kepada Bapak untuk libur sekarang, bukan memecat Bapak".

"Tapi Non apa salah saya, kenapa Non Dhira memerintahkan saya untuk libur tiba tiba seperti ini Non, bagaimana saya bisa menghidupi Ibu dan Adik saya nantinya kalau saya tidak bekerja".

Pak Satu sudah kelihatan begitu pucat dan tubuhnya bergetar hebat ketika Nadhira mengatakan hal seperti itu, kejadian yang ia bayangkan akhirnya terjadi juga kalau dirinya akan dipecat dari tempat itu karena dianggap ingin melecehkan Bi Ira.

Nadhira merasa bingung dengan apa yang dipikirkan oleh Pak Santo saat ini, Nadhira menggaruk kepalanya yang tidak gatal itu dan berpikir bahwa Pak Santo telah salah memahami maksud dari perkataannya itu.

"Siapa sih yang mau pecat Pak Santo itu? Ngak ada tuh yang bilang seperti itu, kemaren aja Bapak nangis nangis minta diberi solusi tapi sudah dikasih solusi malah kayak begini".

Brokkk

Dengan sekuat tenaga Pak Santo mengeluarkan ingusnya yang hampir mengalir keluar itu, hal itu membuat Nadhira membuang mukanya dan menutup kedua matanya karena sikap Pak Santo itu yang menurut Nadhira sangat menjijikkan.

"Pak Santo jorok ih, Oh Tuhan kenapa kau kirimkan calon Ayah angkat yang seperti ini kepadaku, hukuman apa yang Kau berikan kepadaku Oh Tuhan" Teriak Nadhira.

"Maaf Non saya terbawa suasana, maksud tadi apa? Beneran saya ngak dipecat?".

"Aku mau mengajak Pak Santo untuk liburan hari ini dan besok bersama dengan Ibu, biar tugas yang disini digantikan oleh Pak Mun dua ini".

Mendengar itu membuat wajah Pak Santo seketika berubah menjadi cerah, secerah matahari pagi ini, hingga membuat Nadhira terkejut dengan perubahan ekspresi wajah itu.

"Pak Santo kaya bunglon ya, bisa berubah ubah dengan cepat".

"Non beneran? Non ngak bohong kan?".

"Aku kan ngak pernah berbohong, dan mungkin hanya kemarin saja sih" Ucap Nadhira sambil menyengir bagaikan kuda.

"Tau ngak Non, saya hampir kena serangan jantung Non, Non sih bilangnya begitu, tiba tiba nyuruh saya libur tanpa alasan, saya kan jadi mikirnya yang macam macam Non".

"Mangkanya Pak jangan banyak pikiran, sudah ku bilang kan kemarin malem, Bapak sih bandel".

Nadhira tertawa mendengar keluhan dari Pak Santo, ternyata itu alasannya kenapa wajahnya tiba tiba berubah menjadi pucat pasih, tak beberapa lama kemudian Pak Mun datang setelah memarkir mobilnya didekat tempat pos itu.

"Non mobilnya sudah siap" Lapor Pak Mun.

"Apa mesin mesinnya sudah diperiksa Pak?".

"Sudah Non, aman lah Non".

"Baiklah Pak, oh iya tolong bawa koperku kemobil ya Pak, tadi aku taruh didalam kamar".

"Hah koper? Emang Non mau berlibur kemana? Dan berapa lama?".

"Kemana ya? Kemana mana lah Pak, cuma 2 hari saja kok ngak lama lama, aku bawa koper soalnya banyak barang yang harus aku bawa Pak, buat persiapan liburan lah".

"Aku ngak diajak nih Non?".

"Ngak, Pak Mun jaga Oma dirumah saja sama Bi Sari, oh iya dua hari ini Pak Mun yang aku tugaskan untuk jaga dipos karena Pak Santo ikut denganku".

"Loh Non kok begitu sih, saya ngak diajak kenapa malah ngajak Pak Santo?".

"Ya tujuannya sih emang mau latihan tanding disana Pak, emang Pak Mun mau latihan tanding denganku? Soalnya disana peralatannya jauh lebih lengkap sih, kali saja bisa sekali banting langsung k'o" Ucap Nadhira beralasan.

"Ngak jadi deh Non, mending sama Pak Santo saja Non, saya mah ngak bisa tanding tanding seperti itu, apalagi dengan Non Dhira sendiri".

"Ku pikir Pak Mun juga mau ikut tanding denganku, kalau itu benar aku pasti akan semakin senang".

Ucapan itu seketika membuat Pak Mun merasa merinding dan segera bergegas masuk kedalam rumah tersebut untuk mengambil koper milik Nadhira yang telah ia siapkan didalam kamarnya,

"Pak Santo buruan ganti baju deh, sama siap siap soalnya sebentar lagi Ibu pasti keluar".

"Baik Non".

Nadhira memutuskan untuk duduk disebuah bangku yang terdekat dengan pos satpam tersebut sementara Pak Santo segera masuk kedalam ruangannya untuk bersiap siap sesuai dengan perintah dari Nadhira.

Tak lama kemudian Pak Mun keluar dari rumah tersebut sambil menarik sebuah koper milik Nadhira, setelah itu dia memasukkan koper tersebut kedalam mobil itu, setelah selesai tiba tiba Bi Ira juga keluar dari dalam rumah dan membawa sebuah tas ransel yang cukup besar.

Ketika Bi Ira datang pandangannya begitu tidak enak kepada Pak Santo seperti ada permusuhan diantara keduanya, Nadhira dapat mengetahui itu melalui tatapan yang diberikan oleh Bi Ira kepada Pak Santo ketika keduanya bertemu.

Nadhira segera menyuruh Bi Ira memasukkan kopernya dalam bagasi, ketika dirinya bersiap siap untuk masuk kedalam mobil itu tiba tiba sebuah mobil berhenti didepan gerbang Nadhira dan ia mengetahui bahwa mobil itu milik Theo.

"Hai Dhir" Ucap Theo keluar dari mobilnya sambil melambaikan tangan kepada Nadhira.

"Bukannya aku sudah bilang kalau hari ini ngak masuk kerja kepadamu?" Tanya Nadhira keheranan.

"Aku hanya mau ikut liburan dengan dirimu saja bukan menjemputmu untuk bekerja kok, boleh ngak?"

Nadhira terdiam, semalam dirinya memang tidak mengajak Theo untuk liburan kali ini, akan tetapi dirinya juga berpikir ulang kalau nantinya Bi Ira berduaan bersama Pak Santo maka dirinya hanya akan menjadi obat nyamuk bagi keduanya.

"Baiklah kau boleh ikut, apa kau sudah membawa perlengkapan untuk menginap?".

"Sudah dong, ada dibagasi".

"Baguslah, kalau begitu cepat parkirkan mobilmu didalam garasiku".

Pak Santo segera membuka pintu gerbang itu untuk membiarkan mobil Theo melewati gerbang tersebut, Theo segera memasukkan mobilnya kedalam bagasi rumah Nadhira dan segera mengeluarkan koper miliknya juga.

Theo segera berjalan kearah Nadhira dan yang lainnya, setelah itu dirinya memasukkan kopernya kedalam mobil Nadhira, dan Nadhira menyerahkan sebuah kunci mobil kepada Theo sementara itu Theo kebingungan dengan apa yang dilakukan oleh Nadhira saat ini.

"Kau yang membawa mobilnya" Ucap Nadhira.

"Maksudnya aku yang menyetir?"

"Iya Theo, kau yang menyetir".

"Baiklah kalau begitu ayo berangkat sekarang".

Theo segera masuk kedalam mobil itu dibagian pengemudinya sementara Nadhira masuk kedalam mobil dan duduk disebelah Theo, begitupun dengan Bi Ira yang masuk dan duduk dibelakang Nadhira, ia merasa keheranan kenapa Pak Mun tidak ikut bersama dengannya masuk.

Kebingungan itu segera terjawab ketika Pak Santo tiba tiba masuk dan duduk disebelah Bi Ira dibelakang Theo, melihat itu membuat Bi Ira merasa ngak mood lagi untuk ikut dalam liburan kali ini.

"Ibu ngak jadi ikut Dhira" Ucap Bi Ira.

"Lah kenapa Bu? Sudah duduk saja disitu, kita akan segera berangkat dan tidak boleh ada yang membatalkannya".

Theo segera menjalankan mobil itu sesuai dengan permintaan Nadhira, hal itu membuat wajah Bi Ira serasa tertekuk karena dirinya masih merasa marah dengan Pak Santo akibat kemarin malam itu, Bi Ira berpikir bahwa Pak Santo ingin berbuat mesum kepadanya.

Didalam perjalanan itu rasanya hanya Nadhira dan Theo saya yang banyak bicara akan tetapi Bi Ira dan Pak Mun hanya saling diam saja tanpa ada sepatah kata yang keluar dari mulut keduanya, hingga mobil itu melaju dengan cepatnya.

"Kita mau berlibur kemana Dhira?".

"Cari aja sebuah villa yang dekat dengan pantai, rasanya aku ingin sekali berlibur dipantai".

"Baiklah, aku tau villa yang terbaik didekat pantai".

"Sip, baiklah kita kesana".

Nadhira memperharikan ekspresi wajah Bi Ira melalui kaca sepion, wajah itu terlihat begitu sebal saat ini, dan dirinya mengalihkan pandangannya menuju kearah Pak Santo yang terlihat kebingungan harus berkata apa kepada Bi Ira.

"Kalau ada yang ingin dikatakan, katakan saja Pak" Ucap Nadhira tanpa menoleh kebelakang.

"Apa yang harus saya katakan Non?" Tanya Pak Santo balik.

"Katakan yang sejujurnya saja atas kejadian kemarin malam kepada Ibu, lalu apa lagi kalau bukan itu? Terserah Pak Santo mau mengatakan apapun itu, aku dan Theo anggap saja bukan siapa siapa dan anggap saja hanya bayangan".

"Kau sudah mengetahuinya Nak?" Tanya Bi Ira terkejut dengan perkataan Nadhira.

Nadhira hanya mengangguk saja tidak ingin ikut campur dalam masalah keduanya, dan ia ingin menguji keberanian dari Pak Santo untuk mengatakan hal itu kepada Bi Ira, akan tetapi dapat terlihat bahwa Pak Santo begitu ragu untuk mengatakannya mungkin karena adanya Nadhira dan Theo.

"Bi Ira, maafkan kesalahanku kemarin malam, aku ngak ada niatan untuk mengintipmu kemarin, beneran deh suwer, kemarin itu Non Dhira mengatakan kalau kamu ingin mengatakan sesuatu kepadaku oleh karena itu aku datang kekamarmu" Ucap Pak Santo dengan ragu ragu.

"Loh Pak kenapa jadi saya? Memang sih aku yang mengatakan itu kemarin, tapi aku tidak menyuruh Pak Santo masuk kedalam kamar Ibu Ira" Bela Nadhira.

"Sudahlah Dhira, biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri kali ini, kita kan hanya angin disini" Ucap Theo.

"Baiklah aku akan diam".

Pak Santo merasa sedikit tidak enak dengan hal itu, hingga membuatnya tidak mampu untuk berkata kata lagi setelah itu, dan hanya ada kebisuan antara mereka, tak terasa akhirnya mereka tiba juga disebuah villa yang dimaksud oleh Theo.

Nadhira terdiam ketika melihat Theo ternyata membawa kepantai dimana Rifki pernah mengajaknya dahulu ketempat itu sebelum perpisahan antara dirinya dan Rifki terjadi, seketika itu juga ada rasa kesedihan yang menyelimuti hatinya ketika mengingat semuanya.

Theo sengaja membawa mereka kepanti terlebih dahulu sebelum masuk kedalam villa yang tidak jauh dari tempat itu, Theo berpikir bahwa membiarkan Pak Santo dengan Bi Ira menyelesaikan masalah mereka terlebih dulu sebelum mereka memasuki area villa.

Nadhira segera turun dari mobil itu ketika Theo telah menghentikan mobil tersebut, Nadhira segera berlari ketepi pantai yang indah itu, tempat dimana dirinya dan teman temannya bermain sebelum perpisahan terjadi antara mereka.

Nadhira meneteskan air matanya ketika menatap kearah pantai yang indah itu, ia sangat merindukan kebersamaannya dengan sahabat sahabatnya itu, sudah 5 tahun mereka tidak pernah merasakan indahnya kebersamaan itu lagi.

"Dimana kalian? Kali ini aku datang sendiri tanpa kalian, aku sangat merindukan kalian, Rifki ku harap kau baik baik saja, aku sangat takut dengan mimpi itu Rif, kau harus tetap hidup demi diriku".

Nadhira merasa suasana yang begitu berbeda ditempat itu, yang dulunya sangat ramai dengan Rifki dan juga anggota Gengcobra kini menjadi sepi dan sunyi hanya terasa semilir angin pantai yang sangat menyejukkan.

Theo yang melihat Nadhira berdiri ditepi pantai segera mendatangi Nadhira dan membiarkan kedua orang itu menyelesaikan masalah mereka sendiri, Theo tidak ingin menjadi obat nyamuk didalam mobil tersebut sehingga ia memutuskan untuk mendatangi Nadhira ditepi pantai.

"Kenapa kau menangis Dhira?" Tanya Theo ketika melihat buliran air mata menetes dipipi Nadhira.

"Aku ngak apa apa kok" Ucap Nadhira yang segera menghapus air mata itu, "Hanya saja teringat dengan teman temanku, aku hanya merindukan kebersamaan itu tapi mereka tengah sibuk dengan dunianya masing masing".

"Teman temanmu juga pasti merasakan hal yang sama Dhira, tapi mereka masih belum memiliki waktu untuk dapat berkumpul kembali, kalau ada waktu mereka pasti akan mengajakmu untuk berkumpul".

"Kau benar, mungkin sekarang memang kita tidak ditakdirkan untuk berkumpul, tapi aku yakin bahwa suatu saat nanti pasti akan berkumpul kembali".

"Iya Dhira, sudah jangan bersedih lagi, kau juga tidak sendiri, aku akan selalu menemanimu Dhira, sebaiknya kita jalan jalan dulu disekitar pantai, biarkan Pak Santo menyelesaikan masalahnya dulu dengan Bi Ira dimobil".

"Iya".

Nadhira pun berjalan jalan disekitar pantai tersebut bersama dengan Theo, Nadhira menceritakan tentang kebersamaannya dahulu dengan teman temannya itu, Theo lebih banyak mendengarkan dan menyahuti seperlunya saja tanpa banyak bicara.

Sebenarnya Theo merasa iri dengan Rifki, meskipun Rifki telah pergi jauh meninggalkan Nadhira akan tetapi perasaan Nadhira seakan akan begitu kuat kepada Rifki dan selalu mengingatnya tanpa melupakan sedikitpun tentang dirinya.

...Jangan lupa like, coment dan dukungannya 🥰 Terima kasih ...

Terpopuler

Comments

Sriyanti Sriyanti

Sriyanti Sriyanti

pantai kenangan bersama rifki

2022-11-08

1

Sriyanti Sriyanti

Sriyanti Sriyanti

gagal faham dia

2022-11-08

1

circle

circle

Rifki harus balik thor 😘😘

2022-06-27

0

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan
2 Nadhira
3 Merindukanmu
4 Dibalik lelah pekerjaan
5 Para pekerja bangunan
6 Kabar gembira
7 Gelangku!
8 Pemilik kios
9 Apa yang terjadi
10 Hanya mimpi
11 Berangkat liburan tiba tiba
12 Liburan dipantai
13 Acara malam di villa
14 Dibangunkan oleh pekerjaan
15 Kedatangan anggota Gengcobra
16 Surya Jayantara
17 Rifki tiba dibandara
18 Dimana Nadhira?
19 Sambutan dari Nadhira
20 Melepas kerinduan
21 Rifki atau Theo?
22 Jauhi Nadhira sekarang
23 Menculik Nadhira
24 Berurusan dengan polisi
25 Cidera lama
26 Kemarahan Nadhira
27 Sang pawang telah tiba
28 Sebuah pesta dicabang baru
29 Puncak pesta perayaan
30 Minuman pembawa masalah
31 Gerhana bulan merah darah
32 Pemilik keris pusaka xingsi
33 Pengorbanan seorang Nenek
34 Pelarian dalam kegelapan
35 Mengincar nyawa Nadhira
36 Rifki terluka cukup parah
37 Rifki terluka cukup parah 2
38 Datanglah seorang penolong
39 Mencari jalan keluar dari hutan
40 Rifki tidak sadarkan diri
41 Penyelamatan untuk keduanya
42 Membawa mereka ke rumah sakit
43 Mendapat perhatian
44 Kalian tidak boleh bersama
45 Kenapa dia tidak datang untukku?
46 Mencari keberadaan Nadhira
47 Kemarahan Rifki
48 Perjodohan tanpa pemberitahuan
49 Pertengkaran antara ayah dan anak
50 Kencan yang begitu dingin
51 Ditengah derasnya hujan malam ini
52 Izinkan aku untuk bertemu denganmu
53 Tidur dirumah Nadhira
54 Aku mohon lupakanlah aku
55 Segalanya telah berubah
56 Gengcobra vs Gengters
57 Asalkan dia bahagia bersamanya
58 Semua ini adalah salahku
59 Mabuk dan lupakan segalanya
60 Mabuknya Nadhira malam ini
61 Berada dimarkas Gengcobra
62 Jangan tinggalkan aku lagi
63 Bertemu dengan Syaqila
64 Tanpa sengaja bertemu
65 Undangan tunangan Rifki dan Syaqila
66 Acara tunangan Rifki dan Syaqila
67 Aksi yang mengejutkan
68 Fakta yang sebenarnya
69 Syaqila berniat jahat kepada Nadhira
70 Menculik dan menyandera Nadhira
71 Pernikahan Rifki dan Syaqila
72 Nadhira datang dan menghentikannya
73 Aku akan selalu melindungimu
74 Berujung tidak sadarkan diri
75 Kesedihan bagi Rifki
76 Nadhira siuman
77 Nadhira dirawat dirumah sakit
78 Nadhira dirawat dirumah sakit 2
79 Nadhira dirawat dirumah sakit 3
80 Meminta restu kepada orang tua
81 Waktu begitu cepat berlalu
82 Jangan melawan kedua orang tuamu
83 Papa akan merestui hubungan kalian
84 Meminta restu kepada Sarah
85 Kebahagiaan yang dinantikan
86 Mempersiapkan pernikahan
87 Acara pernikahan Rifki dan Nadhira
88 Gengters pembuat rusuh
89 Menculik Rifki dari pernikahannya
90 Nekatnya seorang wanita
91 Visual Tokoh
92 Penundaan acara pernikahan
93 Kenapa dengan satu ginjal?
94 Tekadku tidak mudah dikalahkan
95 Pernikahan penuh kesedihan
96 Antara kain kafan dan baju pengantin
97 Berita duka untuk semuanya
98 Pemakaman dimalam pertama
99 Penggombal yang handal
100 Dua mahluk pengganggu
101 Pertengkaran kecil tiba tiba
102 Perhatian seorang Rifki
103 Perlombaan masak tiba tiba
104 Masakan spesial ala chef Rifki
105 Gabungnya dua perusahaan besar
106 Makan bersama anak panti
107 Makan bersama anak panti 2
108 Pikiran sesama lelaki
109 Bahayanya wanita yang lagi PMS
110 Berbelanja untuk Nadhira
111 Berbelanja untuk Nadhira 2
112 Cerita masa kanak kanak Rifki
113 Cerita masa kanak kanak Rifki 2
114 Pelukan hangat seorang Rifki
115 Masalah yang ada dimarkas
116 Kedatangan Nadhira kemarkas
117 Nandhita sangat menjengkelkan
118 Perpisahan yang tak diinginkan
119 Kabar yang membahagiakan
120 Ingin bersepeda motor berdua
121 Pemalak salah sasaran
122 Anggota Gengcobra kena sasaran
123 Kesialan salah membeli pisang
124 Mangga muda
125 Keliling kota
126 Martabak manis
127 Dijadikan kontrakan
128 Berkunjung
129 Tentang Nadhira
130 Nadhira diculik
131 Penyiksaan
132 Penyiksaan 2
133 Aksi Dokter Lila
134 Pembantaian
135 Rifki terluka
136 Dibawa keluar negeri
137 Dihadang oleh seseorang
138 kedatangan Rifki
139 Kebenaran
140 Pengorbanan Theo
141 Pertarungan selesai
142 Nadhira atau bayinya
143 Aku tidak mau kembali
144 Jangan pergi Dhira
145 Nadhira kembali
146 Merias wajah Nadhira
147 Tidak mau bertemu
148 Merasa canggung
149 Ada apa dengan Rifki?
150 Apa yang disembunyikan?
151 Diizinkan untuk pulang
152 Sebungkus roti
153 Mencari Rifki
154 Ini tidak mungkin!
155 Maafkan aku Dhira
156 Baikan kembali
157 Kembali bersama
158 Kejutan dirumah
159 Foto prewedding
160 Resepsi
161 Menyiapkan kejutan
162 Jebakkan
163 Serahkan keris itu!
164 Perjuangan Nadhira
165 Menghancurkan keris pusaka xingsi
166 Kemunculan mereka
167 Pengorbanan Aryabima
168 Akhir dari semuanya
169 Berduka
170 Sadarkan diri
171 Sepucuk surat
172 Bersama Melda
173 Nadhira masih hidup
174 Hidup masing masing
175 Lahirnya Kinara
176 Diusir dari desa
177 Nadhira kenapa?
178 Wanita bercadar
179 Kejadian didesa
180 Merindukan Rifki
181 Pertemuan
182 Kinara berulah
183 Kinara marah
184 Om baik
185 Siapa Om baik itu?
186 Pesta bunga api
187 Pesta bunga api 2
188 Bahaya mengintai
189 Kekacauan
190 Sosok misterius
191 Menyelamatkan Rifki
192 Kinara terjaga
193 Kalang kabut
194 Melepas kerinduan
195 Rifki sadarkan diri
196 Rifki lemah
197 Masih peduli
198 Kekecewaan
199 Melamar pekerjaan
200 Pembantu baru
201 Keysa jatuh
202 Siapa itu Ana?
203 Kenakalan Kinara
204 Menitipkan Keysa
205 Dikegelapan
206 Kau datang disaat diriku hampir mati
207 Jangan bius aku
208 Sapta
209 Kebenaran
210 Dibuat bingung dengan sikap Nadhira
211 Rifki mabuk?
212 Sudah 4 tahun
213 Hasutan Sena
214 Tongkat bertuliskan Kinara
215 Curiga
216 Sudah tau!
217 Kemunculan Lia
218 Nadhira masih hidup?
219 Kekacauan
220 Kekacauan 2
221 Membawa Nadhira kabur
222 Kabur
223 Pengungkapan
224 Rifki diserang
225 Pertolongan dari pencipta
226 Terjebak
227 Pengorbanan Amanda
228 Perjuangan Sapta
229 Rifki siuman
230 Terlambat
231 Pengungkapan
232 Pemakaman Nadhira
233 Terpuruk
234 Perjuangan
235 Kenapa?
236 Pelukan menyakitkan
237 Merasa bersalah
238 Jangan pergi jauh
239 Sakit Ma
240 Jangan sampai kau menyesal nantinya
241 Panggilan Papa untuk Rifki
242 Rifki telah pergi
243 End
244 End 2
245 Bonus chapter
Episodes

Updated 245 Episodes

1
Pengenalan
2
Nadhira
3
Merindukanmu
4
Dibalik lelah pekerjaan
5
Para pekerja bangunan
6
Kabar gembira
7
Gelangku!
8
Pemilik kios
9
Apa yang terjadi
10
Hanya mimpi
11
Berangkat liburan tiba tiba
12
Liburan dipantai
13
Acara malam di villa
14
Dibangunkan oleh pekerjaan
15
Kedatangan anggota Gengcobra
16
Surya Jayantara
17
Rifki tiba dibandara
18
Dimana Nadhira?
19
Sambutan dari Nadhira
20
Melepas kerinduan
21
Rifki atau Theo?
22
Jauhi Nadhira sekarang
23
Menculik Nadhira
24
Berurusan dengan polisi
25
Cidera lama
26
Kemarahan Nadhira
27
Sang pawang telah tiba
28
Sebuah pesta dicabang baru
29
Puncak pesta perayaan
30
Minuman pembawa masalah
31
Gerhana bulan merah darah
32
Pemilik keris pusaka xingsi
33
Pengorbanan seorang Nenek
34
Pelarian dalam kegelapan
35
Mengincar nyawa Nadhira
36
Rifki terluka cukup parah
37
Rifki terluka cukup parah 2
38
Datanglah seorang penolong
39
Mencari jalan keluar dari hutan
40
Rifki tidak sadarkan diri
41
Penyelamatan untuk keduanya
42
Membawa mereka ke rumah sakit
43
Mendapat perhatian
44
Kalian tidak boleh bersama
45
Kenapa dia tidak datang untukku?
46
Mencari keberadaan Nadhira
47
Kemarahan Rifki
48
Perjodohan tanpa pemberitahuan
49
Pertengkaran antara ayah dan anak
50
Kencan yang begitu dingin
51
Ditengah derasnya hujan malam ini
52
Izinkan aku untuk bertemu denganmu
53
Tidur dirumah Nadhira
54
Aku mohon lupakanlah aku
55
Segalanya telah berubah
56
Gengcobra vs Gengters
57
Asalkan dia bahagia bersamanya
58
Semua ini adalah salahku
59
Mabuk dan lupakan segalanya
60
Mabuknya Nadhira malam ini
61
Berada dimarkas Gengcobra
62
Jangan tinggalkan aku lagi
63
Bertemu dengan Syaqila
64
Tanpa sengaja bertemu
65
Undangan tunangan Rifki dan Syaqila
66
Acara tunangan Rifki dan Syaqila
67
Aksi yang mengejutkan
68
Fakta yang sebenarnya
69
Syaqila berniat jahat kepada Nadhira
70
Menculik dan menyandera Nadhira
71
Pernikahan Rifki dan Syaqila
72
Nadhira datang dan menghentikannya
73
Aku akan selalu melindungimu
74
Berujung tidak sadarkan diri
75
Kesedihan bagi Rifki
76
Nadhira siuman
77
Nadhira dirawat dirumah sakit
78
Nadhira dirawat dirumah sakit 2
79
Nadhira dirawat dirumah sakit 3
80
Meminta restu kepada orang tua
81
Waktu begitu cepat berlalu
82
Jangan melawan kedua orang tuamu
83
Papa akan merestui hubungan kalian
84
Meminta restu kepada Sarah
85
Kebahagiaan yang dinantikan
86
Mempersiapkan pernikahan
87
Acara pernikahan Rifki dan Nadhira
88
Gengters pembuat rusuh
89
Menculik Rifki dari pernikahannya
90
Nekatnya seorang wanita
91
Visual Tokoh
92
Penundaan acara pernikahan
93
Kenapa dengan satu ginjal?
94
Tekadku tidak mudah dikalahkan
95
Pernikahan penuh kesedihan
96
Antara kain kafan dan baju pengantin
97
Berita duka untuk semuanya
98
Pemakaman dimalam pertama
99
Penggombal yang handal
100
Dua mahluk pengganggu
101
Pertengkaran kecil tiba tiba
102
Perhatian seorang Rifki
103
Perlombaan masak tiba tiba
104
Masakan spesial ala chef Rifki
105
Gabungnya dua perusahaan besar
106
Makan bersama anak panti
107
Makan bersama anak panti 2
108
Pikiran sesama lelaki
109
Bahayanya wanita yang lagi PMS
110
Berbelanja untuk Nadhira
111
Berbelanja untuk Nadhira 2
112
Cerita masa kanak kanak Rifki
113
Cerita masa kanak kanak Rifki 2
114
Pelukan hangat seorang Rifki
115
Masalah yang ada dimarkas
116
Kedatangan Nadhira kemarkas
117
Nandhita sangat menjengkelkan
118
Perpisahan yang tak diinginkan
119
Kabar yang membahagiakan
120
Ingin bersepeda motor berdua
121
Pemalak salah sasaran
122
Anggota Gengcobra kena sasaran
123
Kesialan salah membeli pisang
124
Mangga muda
125
Keliling kota
126
Martabak manis
127
Dijadikan kontrakan
128
Berkunjung
129
Tentang Nadhira
130
Nadhira diculik
131
Penyiksaan
132
Penyiksaan 2
133
Aksi Dokter Lila
134
Pembantaian
135
Rifki terluka
136
Dibawa keluar negeri
137
Dihadang oleh seseorang
138
kedatangan Rifki
139
Kebenaran
140
Pengorbanan Theo
141
Pertarungan selesai
142
Nadhira atau bayinya
143
Aku tidak mau kembali
144
Jangan pergi Dhira
145
Nadhira kembali
146
Merias wajah Nadhira
147
Tidak mau bertemu
148
Merasa canggung
149
Ada apa dengan Rifki?
150
Apa yang disembunyikan?
151
Diizinkan untuk pulang
152
Sebungkus roti
153
Mencari Rifki
154
Ini tidak mungkin!
155
Maafkan aku Dhira
156
Baikan kembali
157
Kembali bersama
158
Kejutan dirumah
159
Foto prewedding
160
Resepsi
161
Menyiapkan kejutan
162
Jebakkan
163
Serahkan keris itu!
164
Perjuangan Nadhira
165
Menghancurkan keris pusaka xingsi
166
Kemunculan mereka
167
Pengorbanan Aryabima
168
Akhir dari semuanya
169
Berduka
170
Sadarkan diri
171
Sepucuk surat
172
Bersama Melda
173
Nadhira masih hidup
174
Hidup masing masing
175
Lahirnya Kinara
176
Diusir dari desa
177
Nadhira kenapa?
178
Wanita bercadar
179
Kejadian didesa
180
Merindukan Rifki
181
Pertemuan
182
Kinara berulah
183
Kinara marah
184
Om baik
185
Siapa Om baik itu?
186
Pesta bunga api
187
Pesta bunga api 2
188
Bahaya mengintai
189
Kekacauan
190
Sosok misterius
191
Menyelamatkan Rifki
192
Kinara terjaga
193
Kalang kabut
194
Melepas kerinduan
195
Rifki sadarkan diri
196
Rifki lemah
197
Masih peduli
198
Kekecewaan
199
Melamar pekerjaan
200
Pembantu baru
201
Keysa jatuh
202
Siapa itu Ana?
203
Kenakalan Kinara
204
Menitipkan Keysa
205
Dikegelapan
206
Kau datang disaat diriku hampir mati
207
Jangan bius aku
208
Sapta
209
Kebenaran
210
Dibuat bingung dengan sikap Nadhira
211
Rifki mabuk?
212
Sudah 4 tahun
213
Hasutan Sena
214
Tongkat bertuliskan Kinara
215
Curiga
216
Sudah tau!
217
Kemunculan Lia
218
Nadhira masih hidup?
219
Kekacauan
220
Kekacauan 2
221
Membawa Nadhira kabur
222
Kabur
223
Pengungkapan
224
Rifki diserang
225
Pertolongan dari pencipta
226
Terjebak
227
Pengorbanan Amanda
228
Perjuangan Sapta
229
Rifki siuman
230
Terlambat
231
Pengungkapan
232
Pemakaman Nadhira
233
Terpuruk
234
Perjuangan
235
Kenapa?
236
Pelukan menyakitkan
237
Merasa bersalah
238
Jangan pergi jauh
239
Sakit Ma
240
Jangan sampai kau menyesal nantinya
241
Panggilan Papa untuk Rifki
242
Rifki telah pergi
243
End
244
End 2
245
Bonus chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!