"Kenapa kau hanya diam saja melihat mereka bertarung seperti ini, cepat hentikan pertarungan mereka, aku takut terjadi sesuatu kepada keduanya nanti kalau terus terusan seperti ini pertarungannya" Tegur Bi Ira kepada Bayu.
Bayu hanya mampu menghela nafasnya seraya berkata, "Apalah dayaku Bibi, aku tidak bisa berbuat apa apa sekarang, Bibi tau sendiri kan bagaimana sikap keras kepalanya kedua orang itu, kalau aku ikut campur, maka akan semakin rumit nanti masalahnya, bukannya malah selesai malah makin menjadi, Bibi tau sendiri kan, kalau aku juga tidak bisa mengalahkan ilmu beladiri keduanya".
"Lalu apa yang harus dilakukan sekarang untuk bisa menghentikan keduanya berkelahi seperti ini".
"Sebaiknya kita nikmati saja pertarungan itu Bibi" Ucap Bayu dan langsung menarik tangan Bi Ira untuk duduk disebelahnya, "Karena percuma saja kita menghentikan mereka berdua".
Melihat apa yang dilakukan oleh Bayu membuat Pak Santo melotot kearahnya, Pak Santo merasa sangat cemburu ketika ada laki laki lain yang memperlakukan Bi Ira seperti itu padahal yang sesungguhnya Bayu tidak ada niatan untuk merebut Bi Ira dari Pak Santo.
"Mungkin mereka hanya merindukan masalalu mereka saja Bibi, Bibi tau sendiri kan berapa lamanya keduanya itu tidak bertemu dan tidak pernah melakukan perkelahian seperti ini? Nah, biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri".
"Tapi bagaimana kalau Dhira terluka karena perkelahian itu?" Bi Ira teringat kembali bahwa Nadhira kini hanya memiliki satu ginjal, jika keduanya bertarung cukup lama Bi Ira khawatir akan terjadi sesuatu kepada Nadhira karena Nadhira tidak boleh begitu sangat kelelahan.
"Itu tidak mungkin terjadi Bibi, lihat saja apa yang dilakukan oleh Rifki, dia hanya menghindari serangan Nadhira saja kok".
Benar juga apa yang dikatakan oleh Bayu bahwa Rifki tidak akan menyakiti Nadhira meskipun dirinya juga mengangkat senjata kepada Nadhira, seketika hal itu membuat Bi Ira hanya berdiam diri sambil melihat pertarungan antara Rifki dan Nadhira.
Nadhira terus saja menyerang Rifki seolah olah memperlakukan Rifki sebagai musuh besarnya hingga hal itu membuat Rifki merasa bingung kenapa Nadhira terus menyerangnya seperti itu dan ingin sekali membuat Rifki terluka, akan tetapi Rifki terus menghindari serangannya itu dengan gesitnya, Nadhira terus mendesak Rifki hingga membuat Rifki berada didalam posisi bertahan.
Nadhira kembali melakukan sebuah sapuan bawah kali ini ia tidak menggunakan tongkatnya melainkan ia memainkan kakinya melakukan sapuan bawah untuk dapat membuat Rifki terjatuh, akan tetapi dengan lincahnya Rifki melakukan salto belakang untuk menghindari sapuan tersebut.
"Sepertinya kau benar benar ingin membuatku celaka Dhira" Ucap Rifki setelah melakukan salto.
"Sudah ku bilang, aku tidak pernah main main dengan ucapanku sebelumnya"
"Tidak masalah jika ini mampu membuat kemarahan yang ada dalam dirimu kepadaku menghilang, tidak masalah jika aku yang harus terluka nantinya, entah sampai kapan aku harus melawan dirimu".
"Jangan banyak bicara Rifki! Sudah ku katakan, aku tidak menerima tamu seperti dirimu ditempat ini, sebaiknya kau pergi dari sini".
"Jika aku tidak ingin pergi juga dari sini, apa yang akan kau lakukan? Bagiku bertarung denganmu seperti ini itu jauh lebih bagus daripada harus pergi dari tempat ini".
"Maka aku akan memaksamu untuk pergi".
"Coba saja kalau bisa, sudah ku katakan aku tidak pernah bermain main dengan tekatku sebelumnya".
Nadhira mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat ketika mendengarkan ucapan Rifki, dan kembali menyerang kearah Rifki dengan lincahnya, kali ini ia menggunakan serangan kaki kepada Rifki sehingga membuat Rifki tidak mampu menangkisnya justru ia hanya mampu untuk menghindari serangan tersebut dengan cara melompat, roll depan, ataupun dengan cara salto.
"Sampai kapan kau akan terus menyerangku seperti ini Dhira? Niat membunuhmu itu begitu besar kepadaku, apa kau memang berniat untuk membunuhku?" Tanya Rifki yang sudah kelelahan untuk menghindari serangan Nadhira.
"Maka menyerahlah Rif dan segera pergi dari sini".
Pertarungan itu berlangsung cukup lama hingga akhirnya Rifki memutuskan untuk menyerah saja kepada Nadhira dan memilih untuk membuang tongkat yang ada ditangannya itu, ketika melihat pernafasan Nadhira sedikit mulai tidak stabil karena melakukan pertarungan cukup lama dengan dirinya dan juga keringatnya yang mulai bercucuran.
Rifki lebih memilih untuk menghindari serangan serangan itu daripada harus menyerang kembali kearah Nadhira, melihat hal itu membuat Nadhira terus menyerang kearah Rifki tanpa berhenti, entah apa yang sedang dipikirkan olehnya saat ini.
Ketika Nadhira mengayun pisau kecil berbentuk pena itu kepada Rifki, Nadhira begitu dibuat terkejut oleh apa yang dilakukan Rifki, ketika melihat bawah Rifki sendiri sama sekali tidak ingin menghindari serangannya itu kali ini, sehingga dengan cepatnya Nadhira segera menghentikan gerakannya itu ketika ujung pisau itu hampir menyentuh kulit leher Rifki, melihat itu Rifki hanya memejamkan kedua matanya.
"Tidak! Kenapa kau diam saja!" Ucap Nadhira dengan keterkejutannya itu, hampir saja pisau kecil itu menembus leher Rifki dan hal itu membuat Nadhira menelan ludahnya dengan susah payah.
Rifki sudah bersiap siap untuk merasakan sakit tusukan dari pisau kecil yang ada ditangan Nadhira akan tetapi setelah sekian lama ia memejamkan matanya ia sama sekali tidak merasakan sesuatu hingga membuat segera membuka matanya kembali.
Rifki dapat melihat tangan Nadhira masih menyentuh pisau itu dan kini tengah diarahkan kepadanya, pisau itu hampir saja menyentuh lehernya dan hanya berjarak kurang lebih satu senti meter, ia juga melihat bahwa kini Nadhira tengah meneteskan air matanya dihadapan Rifki.
"Kenapa kau menangis Dhira? Bukankah ini yang kau inginkan?" Tanya Rifki yang tidak tega melihat Nadhira meneteskan air mata.
"Kenapa kau tidak menghalangi seranganku! Apa kau ingin mati ha!" Teriak Nadhira kepada Rifki.
"Kenapa aku harus menghalangi tujuanmu untuk dapat melukai diriku? Aku hanya membantumu untuk mencapai tujuanmu itu saja kok Dhira, lagian meneteskan sedikit darah juga bukan masalah yang besar bagiku, paling tidak hanya terasa sakit sedikit bagiku karena setelah itu sudah tidak sakit lagi daripada harus melihat kemarahan yang kau berikan kepadaku".
"Dasar bodoh!"
Nadhira segera melepaskan pisau pena itu dan pisau itu jatuh dengan bebasnya, air mata Nadhira seakan akan semakin derasnya dihadapan Rifki, Nadhira juga membuang tongkat yang ada ditangan satunya dan ia segera menabrak diri kedalam tubuh Rifki dan memeluknya begitu erat.
Rifki begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh Nadhira kali ini, bukankah tadi dirinya sangat ingin melukainya kenapa kini justru Nadhira memeluknya dengan sangat eratnya seolah olah takut untuk kehilangan dirinya lagi.
Melihat itu membuat Rifki menggerakkan tangannya untuk membalas pelukan tersebut, dapat terdengar suara isak tangis dari Nadhira dan air matanya jatuh bercucuran membasahi baju Rifki, seluruh penonton dibuat terpana melihat keduanya dan mereka tidak bisa berkata apa apa lagi.
Seluruh penonton yang ada ditempat itu hanya bisa menatap mereka dalam diamnya, Bi Ira yang melihat keduanya menghentikan pertarungan membuat begitu bahagia apalagi disaat Nadhira memeluk Rifki dengan sangat eratnya dan dibalas oleh Rifki.
"Sudah ku katakan bukan, kalau keduanya tidak akan bisa untuk saling melukai, lihat saja mereka yang melepaskan kerinduan hanya dengan sebuah pertarungan" Ucap Bayu tanpa mengalihkan pandangannya dari kedua sahabatnya.
"Sepertinya hubungan mereka begitu sangat dekatnya ya sehingga tidak mampu untuk melukai satu sama lain, sama sama hebat dalam beladiri dan saling menjaga perasaan satu sama lain meskipun jarak memisahkan mereka" Ucap Pak Santo.
"Bapak memang benar, Tuan Muda kami dan Nona Muda kalian itu memang saling mencintai satu sama lain, seberapapun kuatnya Nona Muda kalian menyerang, Tuan Muda kami pasti mampu untuk mengendalikannya".
"Pasti perpisahan itu sangat menyakitkan bagi mereka berdua, semoga saja tidak ada perpisahan lagi diantara keduanya, dan semoga Non Dhira mampu hidup dengan bahagia setelah ini, kami hanya berharap bahwa ini adalah awal yang sangat baik bagi keduanya".
"Semoga saja Pak, kami juga berharap seperti itu"
"Melihat mereka seperti itu rasanya aku ingin menangis karena merindukan istri tercintaku" Ucap Pak Mun sambil menggerakkan tangannya untuk menghapus air matanya.
Ucapan itu seketika membuat seluruh penonton segera menoleh kearah Pak Mun dengan keheranan, entah apa yang membuat mereka melakukan itu hingga membuat Pak Mun merasa malu dengan apa yang ia ucapkan sebelumnya.
"Kenapa kalian menatapku seperti itu? Mangkanya buruan nikah biar ngak ngejomblo terus terusan" Ucap Pak Mun dengan santainya.
"Bi, emang orang ini selalu begini?" Tanya Bayu kepada Bi Ira karena merasa ada yang aneh dengan Pak Mun yang sedang ia tunjuk.
"Sudah abaikan saja dia, pusing lama lama kalau memikirkan dirinya itu" Jawab Bi Ira sambil melambaikan tangannya.
"Semisal aku tinggal disini juga pasti ngak bakalan betah, kenap Bibi bisa sebetah itu?"
"Bibi kan kerjanya dibelakangnya, jadi tidak terlalu bertemu dengan ni orang".
"Syukurlah".
Mendengar perkataan itu seketika membuat Pak Mun menekuk wajahnya, wajah yang sudah mulai keriput itu semakin terlihat begitu mengerikan ketika melihat Pak Mun cemberut, dan hal itu seketika membua seluruh anak Gengcobra tertawa.
Sementara disatu sisi Nadhira dan Rifki masih saling berpelukan untuk melepaskan kerinduan keduanya, Nadhira memejamkan kedua matanya merasakan kehangatan pelukan Rifki meskipun masih terdengar suara isak tangis dari mulutnya.
"Kenapa kau meninggalkanku begitu lama Rifki hiks.. hiks.. hiks.. kenapa kau tidak pernah memberi kabar kepadaku selama ini, aku pikir kau telah melupakan diriku hiks.. hiks.. " Tangisan Nadhira pecah begitu saja didalam pelukan Rifki.
"Maafkan aku Dhira, karena aku telah meninggalkan dirimu begitu lama sebelumnya, sudah jangan menangis lagi, aku tidak akan pernah meninggalkan dirimu lagi Dhira" Ucap Rifki sambil mengusap kepala Nadhira pelan.
"Aku sangat khawatir dengan dirimu Rif, aku melihatmu tertembak didalam mimpiku, aku sangat takut untuk kehilangan dirimu, mimpi itu rasanya terlihat begitu nyata".
"Bukankah kau sudah melihat sendiri bahwa aku baik baik saja sekarang? Itu hanyalah sebuah mimpi saja Dhira, kau tidak perlu terlalu cemas memikirkan itu, aku bangga kepada dirimu Dhira, kau semakin hebat dalam beladiri sekarang".
Masih dapat terdengar suara isak tangis dari mulut Nadhira, Rifki berusaha untuk memenangkan kembali hati Nadhira, ia mengusap pelan kepala dan punggung Nadhira dengan kedua tangannya itu, ia tidak tau apa yang selama ini telah dialami oleh Nadhira akan tetapi melalui tangisannya itu Rifki dapat mengetahui bahwa hal itu sangat berat bagi Nadhira untuk dapat melewatinya.
"Tenanglah Dhira, mulai sekarang aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi, kau tau seberapa cemasnya diriku ketika mengetahui bahwa kau meminum racun? Aku tidak tau lagi untuk apa aku hidup tanpa ada dirimu Dhira".
"Bagaimana kau tau hal itu Rif?".
"Bagaimana bisa aku tidak mengetahuinya Dhira, jangan lakukan hal itu lagi, aku tidak ingin melihatmu terluka hanya demi menyelamatkan orang lain".
Perlahan lahan Nadhira mulai merasa tenang, dan dia segera melepaskan pelukannya dari tubuh Rifki, ia menatap kearah Rifki dengan penuh kerinduan, air mata yang menetes seakan akan tidak bisa dihentikan oleh Nadhira, melihat Nadhira menangis membuat Rifki segera menghapus air mata Nadhira yang akan menetes.
"Jangan menangis Dhira, seorang putri cantik tidak boleh meneteskan air matanya".
"Kau jahat Rif".
Nadhira memukulkan tangannya beberapa kali pada dada Rifki, Rifki hanya menyengir kesakitan ketika menerima pukulan pukulan itu, ini memanglah kesalahannya karena telah meninggalkan Nadhira begitu lama.
"Akh..." Tanpa sengaja pukulan itu mengenai dada kirinya hingga membuat Rifki mendesis kesakitan.
"Kamu kenapa Rif? Kenapa kau terlihat begitu kesakitan seperti itu?" Tanya Nadhira panik, dia bahkan tidak memukul Rifki terlalu keras.
"Ngak apa apa kok Dhira, pukulanmu sekarang begitu kuat ya, rasanya seperti dihantam oleh batu batu yang sangat keras" Ucap Rifki berbohong
"Jangan bohong kepada diriku Rif, apakah itu bekas tembakan sama persis dengan apa yang aku lihat dalam mimpiku?"
"Mana mungkin ada orang yang menembakku Dhira, sepertinya kau terlalu banyak menonton film selama ini sehingga kau bisa berpikir seperti itu, mimpi hanyalah bunga tidur dan itu juga belum tentu terjadi didunia nyata"
Ucapan itu seketika membuat Nadhira merasa sebal dengan Rifki, Rifki segera mengajak Nadhira untuk duduk disebuah gazebo yang ada dihalaman itu, dengan senang hati Nadhira mengikuti kemauan Rifki untuk duduk digazebo tersebut.
"Aku takut mimpiku itu terjadi kepada dirimu Rif".
Nadhira segera duduk dihadapan Rifki dan menghapus air matanya itu, kerinduannya kini telah terobati disaat dirinya mampu bertemu kembali dengan Rifki orang yang paling ia rindukan selama ini.
"Apa yang bisa terjadi kepada diriku Dhira, apa karena kau begitu merindukan diriku sehingga kau berulang ulang kali memimpikan diriku?".
"Didalam mimpi itu, aku melihat kau melawan begitu banyak orang Rif, sedangkan aku sama sekali tidak bisa menolongmu atau bahkan menyentuh dirimu, aku melihat adanya seseorang yang bersembunyi dan mengarahkan sebuah senjata api kepada dirimu, aku mencoba untuk menolongmu tapi aku tidak bisa dan akhirnya kau tertembak oleh mereka".
"Apa yang dikatakan oleh Nadhira sama persis dengan apa yang terjadi kepadaku waktu itu disaat penyerangan para penghianat perusahaan, kenapa Nadhira bisa memimpikan hal itu ataukah itu adalah pengelihatan yang tercipta dari Permata iblis? Papa bilang kalau Keris pusaka xingsi memiliki hubungan dengan Permata iblis" Batin Rifki.
...Jangan lupa like, coment dan dukungannya 🥰 Terima kasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Mir_rim22
huwaaaaaaa air mataku menari nari dipipiku kak othor.... bab ini bikin baper puoll
2022-12-15
0