Apa yang terjadi

Sebenarnya pemilik kios itu begitu ramah dan cukup menyenangkan untuk diajak berbicara bagi Nadhira, akan tetapi pertanyaan pertanyaan yang ia lontarkan kepadanya membuat Nadhira kebingungan dan sangat pusing untuk dapat menjawab pertanyaan darinya mengenai Surya Jayantara maupun Gengcobra itu.

Anggota Gengcobra ataupun Surya Jayantara begitu memegang teguh pada pendiriannya, karena ancaman bagi seorang penghianat tidaklah main main ditempat itu dan banyak terjadi juga ancaman tersebut dilakukan oleh anggota Gengcobra bagi seorang penghianat, sehingga mereka tidak ingin bernasib sama seperti si penghianat.

Sebelum Nadhira melangkah pergi dari tempat itu, pemilik kios itu membisikkan sebuah kata kepadanya, "Tolong jangan katakan tentang pertanyaan pertanyaanku tadi kepada anggota Gengcobra, saya mohon, saya tidak ingin mereka nantinya akan menghancurkan keluargaku"

"Anda tenang saja Pak, asal tidak melakukan hal ini untuk yang kedua kalinya, anda akan baik baik saja" Ucap Nadhira yang juga sambil berbisik.

"Terima kasih Tuan Puteri" Ucapnya yang kembali berbisik, "Jangan sungkan sungkan untuk datang kekios kami".

"Iya Pak" Jawab Nadhira dan Theo bersamaan.

Nadhira merasa terkejut ketika pemilik kios itu memanggilnya sedemikian rupa, hanya anggota inti dari Gengcobra saja yang memanggilnya seperti itu, dan itu artinya orang yang ada didepannya itu pernah menjabat sebagai anggota inti.

Nadhira berpikir apakah wajahnya itu memang sangat mudah untuk dikenali sehingga pemilik kios itu dengan beraninya memanggil namanya dengan seperti itu, karena tidak ada yang pernah memanggilnya sedemikian rupa dan hanya anggota Gengcobra saja yang memanggilnya seperti itu.

"Semoga saja gadis itu tidak mengatakannya kepada pasangannya itu, kalau tidak mungkin anggota Gengcobra akan datang kemari untuk mencariku, aku bertanya kepada orang yang salah, Oh Tuhan, bantulah hambamu ini" Batin pemilik kios.

Nyatanya pemilik kios itu telah mengetahui tentang Nadhira sejak awal setelah mengingat ingat dimana dirinya pernah bertemu dengan sosok Nadhira akan tetapi dirinya berpura pura untuk menanyakan hal hal yang membuat Nadhira kebingungan untuk menjawab setiap pertanyaan yang ia lontarkan.

Pria itu bukanlah anggota inti dari Gengcobra sebenarnya, akan tetapi dirinya pernah masuk kedalam Gengcobra dengan menduduki posisi penjaga gerbang, dan ia diperintahkan untuk memanggil Nadhira sebagai Tuan Puteri jikalau Nadhira datang ketempat itu.

Pria itu menduga bahwa Nadhira adalah sosok yang begitu penting bagi Tuan Mudanya sehingga harus diperlakukan dengan seperti itu didalam Gengcobra, Bayu menunjukkan foto Nadhira kepada pria itu dan pria itu mengingat bahwa keduanya pernah bertemu didalam Surya Jayantara.

Sejak dia memasuki Gengcobra, Rifki sudah pergi keluar negeri sehingga dirinya belum sempat mengetahui bahwa Nadhira sering datang ketempat itu sebelumnya, akan tetapi dirinya tidak pernah melihatnya datang.

Nadhira segera bergegas pergi dari tempat itu, ia merasa bahwa anggota Gengcobra sudah menyebar dimana mana, Theo segera mengikutinya dari belakang dengan merasa keheranan.

Setelah berjalan tidak terlalu lama akhirnya keduanya sampai juga ditempat dimana Theo memarkirkan mobil sebelumnya, dan Nadhira segera masuk kedalam mobil tersebut diikuti oleh Theo.

"Apa yang dikatakan oleh pemilik kios itu? Kenapa dia berbisik kepadamu Dhira?" Tanya Theo yang tidak mampu untuk menahan rasa penasarannya.

"Bukan apa apa Theo, sebaiknya kita lanjutkan saja perjalanannya, aku sudah mulai ngantuk karena udara dingin malam ini"

"Apakah dirimu masih kedinginan? Apa sebaiknya kita membeli jaket yang tebal terlebih dulu?".

"Tidak usah Theo, aku tidak terlalu kedinginan juga".

"Baiklah, aku akan segera mengantarmu pulang".

Nadhira mengangguk kepada Theo sehingga Theo tidak lagi banyak bertanya kepadanya dan segera melajukan mobilnya meninggalkan tempat tersebut, ketika sedang berada diperjalanan Nadhira lebih memutuskan untuk melihat jalanan melalui kaca mobil tersebut.

Entah apa yang tengah ia pikirkan saat ini, Nadhira terus serius dalam lamunannya tanpa ada sepatah katapun keluar dari mulutnya walau hanya sekedar mengajak Theo untuk berbicara.

*****

Mobil yang dikendarai oleh Nadhira melaju memasuki halaman rumahnya dan hal itu membuat Pak Santo segera membukakan pintu gerbang utama agar mobil tersebut bisa masuk ke halaman.

"Ngak mampir dulu Theo? Aku lihat kamu masih kedinginan seperti itu".

"Ngak deh Dhir, lain kali saja, lagian kamu tadi bilang kalau sudah mengantuk, ini juga sudah malam".

"Baiklah kalau itu maumu, hati hati dijalan, aku tau kamu kedinginan oleh karena itu jangan ngebut ngebut dijalan hanya demi ingin segera sampai dirumah, itu bahaya".

"Tenang saja, aku akan selalu mengingat ucapan Nona Muda dengan baik".

Nadhira tersenyum sambil mengangguk mendengar ucapan itu, dan Nadhira segera turun dari mobil tersebut dan membiarkan Theo segera bergegas pergi dari tempat itu.

Setelah menurunkan Nadhira dari mobilnya, Theo segera berpamitan untuk pulang kepada Nadhira karena situasi hampir mencapai larut malam, tidak baik bagi seorang lelaki bermain dirumah seorang wanita malam malam seperti ini, itulah yang sering dikatakan oleh Nadhira.

Melihat mobil yang dinaiki oleh Theo pergi meninggalkan halaman rumah Nadhira hal itu membuat Pak Santo segera bergegas untuk mendatangi Nadhira dengan wajah sedihnya, melihat itu membuat Nadhira sangat kebingungan dengan apa yang telah terjadi kepada satpamnya itu.

"Non" Rengek Pak Santo.

"Ada apa Pak? Kenapa mukanya ditekuk seperti itu, malah makin jelek seperti itu sih?" Tanya Nadhira sambil menyengir keheranan.

Nadhira merasa keheranan dengan sikap Pak Santo saat ini, tidak biasanya dia akan bersikap seperti kucing yang jinak ini kepada Nadhira, entah apa yang terjadi kepadanya Nadhira juga tidak mengetahuinya.

"Non Dhira berbohong kepada saya".

"Aku tidak mengerti apa yang Pak Santo katakan, berbohong soal apa sih Pak? Jangan bilang kalau Ibu mengatakan bahwa dia juga cinta dengan Bapak".

"Eleh Non Dhira, itu malah sebaliknya, bukannya malah seperti itu dia malah membenci saya Non".

Nadhira berpikir bahwa memang telah ada sosok laki laki lain yang mampu menarik perhatian dari Ibu angkatnya itu, sehingga membuat Pak Santo patah hati seperti ini.

"Jadi Ibu sudah memiliki laki laki lain begitu? Hem, lelaki seperti apa yang membuatnya jatuh cinta itu, aku jadi penasaran dengan wajahnya, mungkin dia lebih tampan dari Pak Santo atau justru sebalinya".

"Ini bukan saatnya bercanda Non".

"Habis wajah Pak Santo sepertinya mengajak untuk bercanda sih Pak, aku sampai tidak mengenali Pak Santo sebelumnya dengan wajah ditekuk seperti itu".

"Non, apa yang harus saya lakukan?".

"Hem... Sebaiknya tidur saja Pak, ini juga sudah malam".

"Tapi Non.... Tolong kasihani diriku ini Non".

"Ada apa sih Pak? Katakan dengan jelas, apa yang sebenarnya terjadi kepada Pak Santo, biar aku tau apa yang harus aku lakukan nantinya".

"Ini sangat rumit Non".

Pak Santo segera menceritakan apa yang sebenarnya terjadi kepada Nadhira, setelah kepergian dari Nadhira dari tempat itu bahwa dirinya segera bergegas menemui Bi Ira sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Nadhira.

Pak Santo segera masuk kedalam rumah besar itu untuk menemui Bi Ira, akan tetapi dia tidak menemukan Bi Ira dimana mana akhirnya dia berinisiatif untuk mendatangi Bi Ira dikamarnya.

"Lalu apa yang terjadi Pak?" Tanya Nadhira sambil menahan tawanya.

"Ya saya bukalah pintu kamarnya itu Non karena penasaran dengan apa yang Non bilang sebelumnya tapi ....".

Nadhira semakin penasaran dengan apa yang terjadi kepada keduanya sebelumnya, Pak Santo menceritakan hal itu dengan terpotong potong seperti dia begitu malu untuk mengatakan hal itu kepada Nadhira saat ini.

"Pak, Pak Santo niat bercerita atau hanya sekedar bengong sih sebenarnya ini?".

"Non Dhira jangan marah ya".

"Ada apa sih Pak? Katakan dengan jujur sekarang dong, atau Pak Santo mau fighter dulu denganku sebelum bisa mengatakan sejujurnya?"

"Non mah ancamannya selalu begitu".

"Kalau ngak mau begitu, bicara yang jelas dong Pak, biar aku tidak salah paham juga nantinya, lah Pak Santo malah diam saja".

"Sebenarnya....".

Setelah sampai didepan kamar Bi Ira, Pak Santo melihat bahwa kamar itu tidak ditutup dengan eratnya, hal itu membuat Pak Santo segera membuka pintu kamar itu dan tiba tiba Bi Ira menjerit ketika melihat kedatangan Pak Santo dengan tiba tiba kekamarnya padahal dirinya sedang mengganti pakaiannya untuk tidur.

"Hahaha...."

Mendengar cerita tersebut membuat Nadhira tertawa dengan kerasnya, entah apa yang lucu dari ceritanya itu, dan tawa itu seketika membuat Pak Santo merasa sangat malu, hingga wajahnya memerah bagaikan tomat rebus.

"Hahaha.... Pak Santo tidak sabaran banget sih, Huahaha.... Mangkanya buruan dinikahi dong Pak, biar bisa berdua duaan jadi tidak akan terjadi seperti ini lagi Pak".

Nadhira tidak menyangka akan terjadi hal seperti itu kepada kedua orang itu, awalnya Nadhira tidak berniat untuk melakukan itu karena rasa malunya ketika dipuji oleh Pak Santo membuat Nadhira asal asalan berbicara kalau Bi Ira sedang mencari Pak Santo untuk mengatakan sesuatu yang penting.

Biar bagaimanapun ini juga salah Pak Santo kenapa dirinya main masuk saja kedalam kamar seorang janda seperti itu, lagian siapa sangka juga kalau Bi Ira tengah mengganti pakaian sebelum tidur untuk bersiap siap ingin tidur agar lebih nyenyak.

"Non Dhira kok gitu sih"

"Pasti wajah Ibu, memerah karena malu seperti yang Pak Santo alami sekarang hehe... Aku jadi penasaran seperti apa wajah Ibu sebelumnya, dan bagaimana reaksinya ketika mengetahui kedatangan Pak Santo yang tiba tiba seperti itu".

"Non, dia pasti sangat marah kepadaku, terus gimana caraku untuk meminta maaf kepadanya, ini semua karena Non Dhira".

"Iya ya Pak aku minta maaf soal itu, tapi lucu juga sih, Pak Santo juga kenapa main masuk aja kekamar, udah tau pintunya ditutup masih nyelonong saja, tau sendiri kan akibatnya, apalagi tidak ada hubungan antara Pak Santo dengan Ibu Ira, ya jelaslah Ibu Ira akan berteriak seperti itu".

"Terus gimana dong sekarang Non?".

Pak Santo terlihat begitu kebingungan harus bersikap apa nantinya jika bertemu dengan Bi Ira, apalagi setelah kejadian seperti ini terjadi, akan ditaruh dimana mukanya nanti.

Nadhira terdiam cukup lama sambil memikirkan apa yang harus ia lakukan agar Bi Ira mau memaafkan sosok seorang perjaka tua yang ada didepannya ini, untuk mendapatkan maaf dari wanita itu sangat sulit apalagi dengan meminta maaf atas kejadian yang terjadi seperti malam ini.

"Bagaimana kalau kalian menikah saja? Mungkin itu akan jauh lebih baik daripada seperti ini, Pak Santo juga bisa berdua duaan nantinya dan memberikan aku adek baru".

"Non mah, emang nikah itu gampang apa?".

"Pak Santo kan belum pernah nikah ya, bagaimana kalau aku tanya Oma saja, tutorial menikah kali aja akan bermanfaat bagi Pak Santo nantinya dan mungkin saja akan berguna bagi diriku".

"Non mah enak atuh, sudah ada Theo yang saling mencintai, lah sedangkan saya mah boro boro perasaan saya akan dibalas, dibenci saja itu hal yang sangat minim".

"Jangan katakan hal ini kepada Nyonya besar Non, bagaimana kalau saya dipecat karena perbuatan saya dimalam ini?".

Pak Santo semakin gelisah ketika Nadhira akan menanyakan sesuatu kepada Sarah mengenai hal itu, ia tidak ingin kalau sampai Bi Ira mengatakan bahwa Pak Santo ingin melecehkan dirinya dimalam hari ini, jika Bi Ira sampai mengatakan hal itu bisa bisa masalah besar akan segera menimpa dirinya.

Pak Santo sama sekali tidak ada niatan untuk melecehkan Bi Ira akan tetapi karena tindakan bodohnya itu yang tiba tiba masuk kedalam kamar Bi Ira membuatnya terlihat seperti seakan akan ingin melecehkan wanita itu.

"Sepertinya ini akan menjadi sangat rumit Pak, aku merasa kalau Ibu pasti akan melaporkan kejadian ini kepada Oma, disatu sisi kan dia merasa bahwa Pak Santo ingin melecehkannya, tapi disisi lain Pak Santo tidak sengaja bertindak seperti itu".

"Non, jangan nakut nakuti saya seperti itu dong Non, beneran nih saya sangat takut".

"Ya tidak ada pilihan lain Pak selain dinikahkan, lagian tidak akan ada yang rugikan diantara kalian".

"Iya sih Non, tapi bagaimana kalau Bi Ira tidak memiliki perasaan apapun kepada saya, apa itu juga tidak bisa disebut sebagai pemaksaan?".

Ada benarnya juga apa yang dikatakan oleh Pak Santo, jika asal asal menikahkan juga harus ada persetujuan antara keduanya, jika tidak ada maka itu bisa saja disebut sebagai pemaksaan dan Nadhira tidak ingin Bi Ira tertekan dengan hal ini.

Nadhira mencoba untuk memikirkan bagaimana caranya agar dapat mengatasi hal seperti ini, akan tetapi pikirannya itu sudah begitu mentok dan tidak bisa berpikir apa apa lagi agar masalah yang dihadapi oleh Pak Santo ini bisa diselesaikan.

"Lalu bagaimana ini Non, apa yang harus saya lakukan sekarang?".

"Sudah malam, aku ingin istirahat Pak, besok saja ya aku carikan solusinya untuk Pak Santo, aku sangat ngantuk Pak" Nadhira mencoba untuk mengalihkan pembicaraannya dengan Pak Santo.

"Lalu bagaimana dengan saya sekarang Non? Dia pasti sangat marah dengan saya".

"Ya itu karena Pak Santo sendiri sih, Pak Santo juga harus ikut berpikir dong bagaimana caranya agar Ibu tidak marah lagi, terserah Pak Santo mau bertindak seperti apa sekarang".

"Non tolong saya".

"Aku sangat bingung harus menolong Pak Santo dengan cara apa".

"Bagaimana kalau Non Dhira membujuk Ibu angkat anda saja Non, biar bisa memaafkan saya".

"Sangat sulit sekali, selamat malam Pak Santo, aku sudah sangat sangat mengantuk, selamat berbingung bingung dengan pikiran Pak, jangan lupa istirahat juga".

"Non".

Nadhira segera meninggalkan tempat itu dan masuk kedalam rumahnya, melihat itu membuat Pak Santo menjatuhkan tubuhnya untuk berlutut ditempat yang sama berharap akan ada sebuah keajaiban yang datang kepadanya, entah apa yang harus ia lakukan sekarang untuk dapat meminta maaf kepada Bi Ira.

Nadhira segera merebahkan tubuhnya diatas kasur tempat tidurnya itu, dirinya begitu lelah untuk saat ini, bukan hanya tubuhnya saja yang merasa lelah, akan tetapi juga pikirannya yang terus terusan memikirkan bagaimana caranya untuk lolos dari pertanyaan pertanyaan sebelumnya.

Apalagi dengan masalah yang dihadapi oleh Pak Santo saat ini, rasanya kepalanya ingin pecah sekarang juga, akan tetapi setelah merebahkan tubuhnya diatas kasur itu membuat Nadhira merasa begitu damai dan tenang sekarang ini.

"Bagaimana bisa kau setenang ini Dhira, sedangkan masalah yang menimpa satpammu itu belum tuntas" Gerutu Nimas.

"Terus apa yang harus aku lakukan? Pak Santo sendiri sih yang ngitip Ibu dikamar, masak aku yang harus bertanggung jawab soal ini'.

"Kalau kau ngak mengatakan itu pada Pak Santo kejadian ini tidak akan terjadi Dhira".

"Terus aku harus bagaimana? Ini sudah malam juga, bantuin mikir juga napa".

"Mungkin dengan mengajak keduanya jalan jalan, mungkin saja dengan cara itu mereka bisa baikan dan juga hubungan mereka lebih dekat".

Nadhira terdiam beberapa saat memikirkan apa yang telah dikatakan oleh Nimas, "Kau benar Nimas, besok aku akan memutuskan untuk cuti dan mengajak kedua jalan jalan, tumben kau sangat pintar sekali hari ini Nimas".

"Memang aku pintar, kau saja yang tidak menyadari kebenaran itu".

Nadhira hanya menjulurkan lidahnya saja kepada Nimas dan segera membenamkan wajahnya dalam mimpi indahnya itu.

...Jangan lupa like, coment dan dukungannya 🥰 Terima kasih ...

Terpopuler

Comments

Sui Ika

Sui Ika

masih bingung dengan gengcobra, ini sejenis mafia, atau sejenis dengan pemuda pancasila, atau sejenis geng preman yang kayak sinetron premen pensiun? anak buahnya ngutip uang keamanan.

2022-08-20

0

circle

circle

pak Santo bakal bintitan 🤣🤣

2022-06-22

0

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan
2 Nadhira
3 Merindukanmu
4 Dibalik lelah pekerjaan
5 Para pekerja bangunan
6 Kabar gembira
7 Gelangku!
8 Pemilik kios
9 Apa yang terjadi
10 Hanya mimpi
11 Berangkat liburan tiba tiba
12 Liburan dipantai
13 Acara malam di villa
14 Dibangunkan oleh pekerjaan
15 Kedatangan anggota Gengcobra
16 Surya Jayantara
17 Rifki tiba dibandara
18 Dimana Nadhira?
19 Sambutan dari Nadhira
20 Melepas kerinduan
21 Rifki atau Theo?
22 Jauhi Nadhira sekarang
23 Menculik Nadhira
24 Berurusan dengan polisi
25 Cidera lama
26 Kemarahan Nadhira
27 Sang pawang telah tiba
28 Sebuah pesta dicabang baru
29 Puncak pesta perayaan
30 Minuman pembawa masalah
31 Gerhana bulan merah darah
32 Pemilik keris pusaka xingsi
33 Pengorbanan seorang Nenek
34 Pelarian dalam kegelapan
35 Mengincar nyawa Nadhira
36 Rifki terluka cukup parah
37 Rifki terluka cukup parah 2
38 Datanglah seorang penolong
39 Mencari jalan keluar dari hutan
40 Rifki tidak sadarkan diri
41 Penyelamatan untuk keduanya
42 Membawa mereka ke rumah sakit
43 Mendapat perhatian
44 Kalian tidak boleh bersama
45 Kenapa dia tidak datang untukku?
46 Mencari keberadaan Nadhira
47 Kemarahan Rifki
48 Perjodohan tanpa pemberitahuan
49 Pertengkaran antara ayah dan anak
50 Kencan yang begitu dingin
51 Ditengah derasnya hujan malam ini
52 Izinkan aku untuk bertemu denganmu
53 Tidur dirumah Nadhira
54 Aku mohon lupakanlah aku
55 Segalanya telah berubah
56 Gengcobra vs Gengters
57 Asalkan dia bahagia bersamanya
58 Semua ini adalah salahku
59 Mabuk dan lupakan segalanya
60 Mabuknya Nadhira malam ini
61 Berada dimarkas Gengcobra
62 Jangan tinggalkan aku lagi
63 Bertemu dengan Syaqila
64 Tanpa sengaja bertemu
65 Undangan tunangan Rifki dan Syaqila
66 Acara tunangan Rifki dan Syaqila
67 Aksi yang mengejutkan
68 Fakta yang sebenarnya
69 Syaqila berniat jahat kepada Nadhira
70 Menculik dan menyandera Nadhira
71 Pernikahan Rifki dan Syaqila
72 Nadhira datang dan menghentikannya
73 Aku akan selalu melindungimu
74 Berujung tidak sadarkan diri
75 Kesedihan bagi Rifki
76 Nadhira siuman
77 Nadhira dirawat dirumah sakit
78 Nadhira dirawat dirumah sakit 2
79 Nadhira dirawat dirumah sakit 3
80 Meminta restu kepada orang tua
81 Waktu begitu cepat berlalu
82 Jangan melawan kedua orang tuamu
83 Papa akan merestui hubungan kalian
84 Meminta restu kepada Sarah
85 Kebahagiaan yang dinantikan
86 Mempersiapkan pernikahan
87 Acara pernikahan Rifki dan Nadhira
88 Gengters pembuat rusuh
89 Menculik Rifki dari pernikahannya
90 Nekatnya seorang wanita
91 Visual Tokoh
92 Penundaan acara pernikahan
93 Kenapa dengan satu ginjal?
94 Tekadku tidak mudah dikalahkan
95 Pernikahan penuh kesedihan
96 Antara kain kafan dan baju pengantin
97 Berita duka untuk semuanya
98 Pemakaman dimalam pertama
99 Penggombal yang handal
100 Dua mahluk pengganggu
101 Pertengkaran kecil tiba tiba
102 Perhatian seorang Rifki
103 Perlombaan masak tiba tiba
104 Masakan spesial ala chef Rifki
105 Gabungnya dua perusahaan besar
106 Makan bersama anak panti
107 Makan bersama anak panti 2
108 Pikiran sesama lelaki
109 Bahayanya wanita yang lagi PMS
110 Berbelanja untuk Nadhira
111 Berbelanja untuk Nadhira 2
112 Cerita masa kanak kanak Rifki
113 Cerita masa kanak kanak Rifki 2
114 Pelukan hangat seorang Rifki
115 Masalah yang ada dimarkas
116 Kedatangan Nadhira kemarkas
117 Nandhita sangat menjengkelkan
118 Perpisahan yang tak diinginkan
119 Kabar yang membahagiakan
120 Ingin bersepeda motor berdua
121 Pemalak salah sasaran
122 Anggota Gengcobra kena sasaran
123 Kesialan salah membeli pisang
124 Mangga muda
125 Keliling kota
126 Martabak manis
127 Dijadikan kontrakan
128 Berkunjung
129 Tentang Nadhira
130 Nadhira diculik
131 Penyiksaan
132 Penyiksaan 2
133 Aksi Dokter Lila
134 Pembantaian
135 Rifki terluka
136 Dibawa keluar negeri
137 Dihadang oleh seseorang
138 kedatangan Rifki
139 Kebenaran
140 Pengorbanan Theo
141 Pertarungan selesai
142 Nadhira atau bayinya
143 Aku tidak mau kembali
144 Jangan pergi Dhira
145 Nadhira kembali
146 Merias wajah Nadhira
147 Tidak mau bertemu
148 Merasa canggung
149 Ada apa dengan Rifki?
150 Apa yang disembunyikan?
151 Diizinkan untuk pulang
152 Sebungkus roti
153 Mencari Rifki
154 Ini tidak mungkin!
155 Maafkan aku Dhira
156 Baikan kembali
157 Kembali bersama
158 Kejutan dirumah
159 Foto prewedding
160 Resepsi
161 Menyiapkan kejutan
162 Jebakkan
163 Serahkan keris itu!
164 Perjuangan Nadhira
165 Menghancurkan keris pusaka xingsi
166 Kemunculan mereka
167 Pengorbanan Aryabima
168 Akhir dari semuanya
169 Berduka
170 Sadarkan diri
171 Sepucuk surat
172 Bersama Melda
173 Nadhira masih hidup
174 Hidup masing masing
175 Lahirnya Kinara
176 Diusir dari desa
177 Nadhira kenapa?
178 Wanita bercadar
179 Kejadian didesa
180 Merindukan Rifki
181 Pertemuan
182 Kinara berulah
183 Kinara marah
184 Om baik
185 Siapa Om baik itu?
186 Pesta bunga api
187 Pesta bunga api 2
188 Bahaya mengintai
189 Kekacauan
190 Sosok misterius
191 Menyelamatkan Rifki
192 Kinara terjaga
193 Kalang kabut
194 Melepas kerinduan
195 Rifki sadarkan diri
196 Rifki lemah
197 Masih peduli
198 Kekecewaan
199 Melamar pekerjaan
200 Pembantu baru
201 Keysa jatuh
202 Siapa itu Ana?
203 Kenakalan Kinara
204 Menitipkan Keysa
205 Dikegelapan
206 Kau datang disaat diriku hampir mati
207 Jangan bius aku
208 Sapta
209 Kebenaran
210 Dibuat bingung dengan sikap Nadhira
211 Rifki mabuk?
212 Sudah 4 tahun
213 Hasutan Sena
214 Tongkat bertuliskan Kinara
215 Curiga
216 Sudah tau!
217 Kemunculan Lia
218 Nadhira masih hidup?
219 Kekacauan
220 Kekacauan 2
221 Membawa Nadhira kabur
222 Kabur
223 Pengungkapan
224 Rifki diserang
225 Pertolongan dari pencipta
226 Terjebak
227 Pengorbanan Amanda
228 Perjuangan Sapta
229 Rifki siuman
230 Terlambat
231 Pengungkapan
232 Pemakaman Nadhira
233 Terpuruk
234 Perjuangan
235 Kenapa?
236 Pelukan menyakitkan
237 Merasa bersalah
238 Jangan pergi jauh
239 Sakit Ma
240 Jangan sampai kau menyesal nantinya
241 Panggilan Papa untuk Rifki
242 Rifki telah pergi
243 End
244 End 2
245 Bonus chapter
Episodes

Updated 245 Episodes

1
Pengenalan
2
Nadhira
3
Merindukanmu
4
Dibalik lelah pekerjaan
5
Para pekerja bangunan
6
Kabar gembira
7
Gelangku!
8
Pemilik kios
9
Apa yang terjadi
10
Hanya mimpi
11
Berangkat liburan tiba tiba
12
Liburan dipantai
13
Acara malam di villa
14
Dibangunkan oleh pekerjaan
15
Kedatangan anggota Gengcobra
16
Surya Jayantara
17
Rifki tiba dibandara
18
Dimana Nadhira?
19
Sambutan dari Nadhira
20
Melepas kerinduan
21
Rifki atau Theo?
22
Jauhi Nadhira sekarang
23
Menculik Nadhira
24
Berurusan dengan polisi
25
Cidera lama
26
Kemarahan Nadhira
27
Sang pawang telah tiba
28
Sebuah pesta dicabang baru
29
Puncak pesta perayaan
30
Minuman pembawa masalah
31
Gerhana bulan merah darah
32
Pemilik keris pusaka xingsi
33
Pengorbanan seorang Nenek
34
Pelarian dalam kegelapan
35
Mengincar nyawa Nadhira
36
Rifki terluka cukup parah
37
Rifki terluka cukup parah 2
38
Datanglah seorang penolong
39
Mencari jalan keluar dari hutan
40
Rifki tidak sadarkan diri
41
Penyelamatan untuk keduanya
42
Membawa mereka ke rumah sakit
43
Mendapat perhatian
44
Kalian tidak boleh bersama
45
Kenapa dia tidak datang untukku?
46
Mencari keberadaan Nadhira
47
Kemarahan Rifki
48
Perjodohan tanpa pemberitahuan
49
Pertengkaran antara ayah dan anak
50
Kencan yang begitu dingin
51
Ditengah derasnya hujan malam ini
52
Izinkan aku untuk bertemu denganmu
53
Tidur dirumah Nadhira
54
Aku mohon lupakanlah aku
55
Segalanya telah berubah
56
Gengcobra vs Gengters
57
Asalkan dia bahagia bersamanya
58
Semua ini adalah salahku
59
Mabuk dan lupakan segalanya
60
Mabuknya Nadhira malam ini
61
Berada dimarkas Gengcobra
62
Jangan tinggalkan aku lagi
63
Bertemu dengan Syaqila
64
Tanpa sengaja bertemu
65
Undangan tunangan Rifki dan Syaqila
66
Acara tunangan Rifki dan Syaqila
67
Aksi yang mengejutkan
68
Fakta yang sebenarnya
69
Syaqila berniat jahat kepada Nadhira
70
Menculik dan menyandera Nadhira
71
Pernikahan Rifki dan Syaqila
72
Nadhira datang dan menghentikannya
73
Aku akan selalu melindungimu
74
Berujung tidak sadarkan diri
75
Kesedihan bagi Rifki
76
Nadhira siuman
77
Nadhira dirawat dirumah sakit
78
Nadhira dirawat dirumah sakit 2
79
Nadhira dirawat dirumah sakit 3
80
Meminta restu kepada orang tua
81
Waktu begitu cepat berlalu
82
Jangan melawan kedua orang tuamu
83
Papa akan merestui hubungan kalian
84
Meminta restu kepada Sarah
85
Kebahagiaan yang dinantikan
86
Mempersiapkan pernikahan
87
Acara pernikahan Rifki dan Nadhira
88
Gengters pembuat rusuh
89
Menculik Rifki dari pernikahannya
90
Nekatnya seorang wanita
91
Visual Tokoh
92
Penundaan acara pernikahan
93
Kenapa dengan satu ginjal?
94
Tekadku tidak mudah dikalahkan
95
Pernikahan penuh kesedihan
96
Antara kain kafan dan baju pengantin
97
Berita duka untuk semuanya
98
Pemakaman dimalam pertama
99
Penggombal yang handal
100
Dua mahluk pengganggu
101
Pertengkaran kecil tiba tiba
102
Perhatian seorang Rifki
103
Perlombaan masak tiba tiba
104
Masakan spesial ala chef Rifki
105
Gabungnya dua perusahaan besar
106
Makan bersama anak panti
107
Makan bersama anak panti 2
108
Pikiran sesama lelaki
109
Bahayanya wanita yang lagi PMS
110
Berbelanja untuk Nadhira
111
Berbelanja untuk Nadhira 2
112
Cerita masa kanak kanak Rifki
113
Cerita masa kanak kanak Rifki 2
114
Pelukan hangat seorang Rifki
115
Masalah yang ada dimarkas
116
Kedatangan Nadhira kemarkas
117
Nandhita sangat menjengkelkan
118
Perpisahan yang tak diinginkan
119
Kabar yang membahagiakan
120
Ingin bersepeda motor berdua
121
Pemalak salah sasaran
122
Anggota Gengcobra kena sasaran
123
Kesialan salah membeli pisang
124
Mangga muda
125
Keliling kota
126
Martabak manis
127
Dijadikan kontrakan
128
Berkunjung
129
Tentang Nadhira
130
Nadhira diculik
131
Penyiksaan
132
Penyiksaan 2
133
Aksi Dokter Lila
134
Pembantaian
135
Rifki terluka
136
Dibawa keluar negeri
137
Dihadang oleh seseorang
138
kedatangan Rifki
139
Kebenaran
140
Pengorbanan Theo
141
Pertarungan selesai
142
Nadhira atau bayinya
143
Aku tidak mau kembali
144
Jangan pergi Dhira
145
Nadhira kembali
146
Merias wajah Nadhira
147
Tidak mau bertemu
148
Merasa canggung
149
Ada apa dengan Rifki?
150
Apa yang disembunyikan?
151
Diizinkan untuk pulang
152
Sebungkus roti
153
Mencari Rifki
154
Ini tidak mungkin!
155
Maafkan aku Dhira
156
Baikan kembali
157
Kembali bersama
158
Kejutan dirumah
159
Foto prewedding
160
Resepsi
161
Menyiapkan kejutan
162
Jebakkan
163
Serahkan keris itu!
164
Perjuangan Nadhira
165
Menghancurkan keris pusaka xingsi
166
Kemunculan mereka
167
Pengorbanan Aryabima
168
Akhir dari semuanya
169
Berduka
170
Sadarkan diri
171
Sepucuk surat
172
Bersama Melda
173
Nadhira masih hidup
174
Hidup masing masing
175
Lahirnya Kinara
176
Diusir dari desa
177
Nadhira kenapa?
178
Wanita bercadar
179
Kejadian didesa
180
Merindukan Rifki
181
Pertemuan
182
Kinara berulah
183
Kinara marah
184
Om baik
185
Siapa Om baik itu?
186
Pesta bunga api
187
Pesta bunga api 2
188
Bahaya mengintai
189
Kekacauan
190
Sosok misterius
191
Menyelamatkan Rifki
192
Kinara terjaga
193
Kalang kabut
194
Melepas kerinduan
195
Rifki sadarkan diri
196
Rifki lemah
197
Masih peduli
198
Kekecewaan
199
Melamar pekerjaan
200
Pembantu baru
201
Keysa jatuh
202
Siapa itu Ana?
203
Kenakalan Kinara
204
Menitipkan Keysa
205
Dikegelapan
206
Kau datang disaat diriku hampir mati
207
Jangan bius aku
208
Sapta
209
Kebenaran
210
Dibuat bingung dengan sikap Nadhira
211
Rifki mabuk?
212
Sudah 4 tahun
213
Hasutan Sena
214
Tongkat bertuliskan Kinara
215
Curiga
216
Sudah tau!
217
Kemunculan Lia
218
Nadhira masih hidup?
219
Kekacauan
220
Kekacauan 2
221
Membawa Nadhira kabur
222
Kabur
223
Pengungkapan
224
Rifki diserang
225
Pertolongan dari pencipta
226
Terjebak
227
Pengorbanan Amanda
228
Perjuangan Sapta
229
Rifki siuman
230
Terlambat
231
Pengungkapan
232
Pemakaman Nadhira
233
Terpuruk
234
Perjuangan
235
Kenapa?
236
Pelukan menyakitkan
237
Merasa bersalah
238
Jangan pergi jauh
239
Sakit Ma
240
Jangan sampai kau menyesal nantinya
241
Panggilan Papa untuk Rifki
242
Rifki telah pergi
243
End
244
End 2
245
Bonus chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!