Sambil menunggu keduanya dapat menyelesaikan masalah mereka, Theo membelikan sebuah kelapa muda untuk Nadhira, ciri khas sebuah pantai adalah dengan adanya minuman kelapa muda yang terkenal karena pohon itu selalu ada didekat pantai, Nadhira menikmati itu sambil duduk disebuah bangku yang ada didepan mobilnya itu.
Sambil menikmati sejuknya angin dipantai yang indah itu paling enak dinikmati sambil meminum air kelapa muda, tidak hanya itu saja akan tetapi Nadhira dan Theo juga membeli beberapa cemilan dan juga jajanan yang ada dipantai yang indah itu.
Disatu sisi Pak Santo mencoba untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Bi Ira, walaupun Bi Ira seperti menolak untuk dapat mempercayai ucapannya itu akan tetapi Pak Santo tidak menyerah begitu saja karena memang dirinya tidak sengaja melakukan itu.
"Dengarkan aku Ra, beneran aku ngak sengaja melakukan itu, Non Dhira sendiri juga mengatakan kalau kau ingin berbicara sesuatu kepadaku, aku pikir kau ingin bicara serius denganku dikamarmu supaya tidak ada yang mendengarnya".
Bi Ira sama sekali tidak mempedulikan penjelasannya itu, dirinya sangat malu ketika seorang lelaki yang tidak ada hubungannya dengan dirinya tiba tiba membuka pintu kamarnya bahkan disaat dirinya sedang mengganti pakaian.
"Lalu apa yang kau inginkan Ra? Kalau kau ingin aku keluar dari pekerjaan ini aku akan lakukan, aku memang telah melakukan kesalahan yang tidak bisa dimaafkan olehmu, jika itu kemauanmu maka aku akan bilang kepada Non Dhira kalau aku mengundurkan diri dari pekerjaanku".
"Tidak usah, biarkan saja seperti ini, lagian juga pekerjaanku didalam dan kita juga tidak akan setia hari bertemu".
"Jangan seperti ini dong Ra, sebenarnya aku .....".
"Sebenarnya apa? Memang kau sengaja kan masuk kemarin malam, bagaimana mungkin seorang laki laki masuk kedalam kamar seorang wanita malam malam seperti itu".
"Ya Allah, butuh berapa kali harus aku jelaskan kepadamu Ra? Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu, beneran deh, serius".
"Terus apa?".
"Sebenarnya aku suka sama kamu".
Perkataan Pak Santo seketika membuat Bi Ira begitu terkejut hingga dirinya tidak bisa berkata apa apa, akan tetapi Bi Ira tidak dapat menerima itu karena dirinya sadar akan siapa dirinya, dirinya hanyalah seorang janda yang tidak memiliki keluarga karena suami dan anaknya mengalami kecelakaan hingga menewaskan keduanya ditempat.
Mengingat itu membuat rasa sakit dihati Bi Ira kembali muncul, begitu sakit rasanya ditinggalkan oleh orang orang yang begitu sangat ia cintai, sejak kejadian itu membuat Bi Ira tidak pernah ingin berurusan dengan lelaki dan ia ingin tetap setia dengan almarhum suaminya.
Tanpa menjawab ucapan apapun dari Pak Santo, Bi Ira segera bergegas keluar dari mobil tersebut untuk mendatangi Nadhira dan Theo yang tengah menikmati indahnya pantai itu.
"Eh Ibu, sudah selesai kah masalahnya?" Nadhira terkejut ketika melihat Ibu angkatnya keluar.
"Ngak usah dibahas lagi".
"Ada apa? Apa Pak Santo telah menyakiti perasaan Ibu? Akan ku beri pelajaran kepada dia nanti, awas saja karena dia telah menyakitimu Ibu, aku tidak akan membiarkan dia lolos dariku" Ucap Nadhira sambil berpura pura mengepalkan tangannya dengan begitu sangat eratnya.
"Tidak Nak biarkan saja dia, sudah lupakan saja itu juga tidak penting".
"Itu adalah sangat penting bagi Dhira Bu, karena dia sudah berani menyakiti Ibu kesayanganku".
"Tidak usah Dhira, Ibu juga ngak kenapa kenapa kok".
"Kenapa Ibu seperti tidak ingin aku membuat Pak Santo jadi babak belur? Apakah itu artinya Ibu juga memiliki perasaan yang sama?".
"Sudahlah lupakan saja, itu juga tidak terlalu penting kok, Ibu ngak apa apa".
"Kalau ada apa apa cerita kepada Dhira dong Bu, apa Ibu sudah menganggap bahwa Dhira adalah orang lain bagi ibu? Apa yang telah dikatakan oleh Pak Santo kepada Ibu? Kenapa Ibu terlihat gugup seperti ini? Apa Pak Santo telah mengungkapkan perasaannya? Gimana? Apa yang dia katakan? Apakah itu romantis? Lalu apa Ibu juga telah menerima cintanya?".
Melihat kegugupan Ibu angkatnya itu membuat Nadhira terlihat begitu bersemangat, Nadhira dapat mengartikannya bahwa Pak Santo telah mengungkapkan rasa cintanya kepada Bi Ira dan itulah yang membuat Nadhira semakin bersemangat.
Mendengar perkataan Nadhira membuat wajah Bi Ira semakin memerah dengan malunya, entah apa yang sedang ia rasakan saat ini, Bi Ira sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Nadhira justru dia lebih memilih untuk berdiam diri.
"Maafkan anak angkatmu yang cerewet ini ya Bi, dia sedikit bermasalah dengan pikirannya itu, udah abaikan pertanyaan pertanyaannya yang sangat tidak jelas itu, jangan jadikan itu beban pikiran buat Bibi" Ucap Theo sambil menutup mulut Nadhira dengan tangannya.
"Emmmmm" Nadhira mencoba untuk berbicara akan tetapi Theo tidak memperbolehkannya.
"Diamlah Dhira, jangan membuat Ibu angkatmu merasa malu, nanti malah ngak diterima cinta Pak Santo, Biarkan saja" Bisik Theo.
"Emmmm"
"Eh iya iya maaf" Theo yang menyadari segera melepaskan pegangan tangannya dari mulut Nadhira.
Nadhira mendengus kesal kepada Theo, Theo hanya mampu tersenyum masam kearah Nadhira sementara Bi Ira merasa semakin malu melihat keduanya, dan Theo segera mengajak mereka untuk pergi ke villa terdekat dari tempat itu.
Nadhira segera memesan dua kamar divilla tersebut, Nadhira sekamar dengan Bi Ira sementara Theo sekamar dengan Pak Santo, dan mereka segera masuk kedalam kamar mereka masing masing untuk mengistirahatkan tubuh mereka.
"Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Pak Santo kepada Ibu? Kenapa sejak tadi Ibu hanya diam saja".
"Dia bilang kalau dia suka sama Ibu, tapi..."
"Tapi apa Bu?".
"Kenapa kau tidak terkejut ketika Ibu bilang kalau Pak Santo suka sama Ibu?".
"Sebenarnya Dhira sudah tau Bu, Dhira hanya ingin tau apa jawaban Ibu kenapa Pak Santo saja".
"Sejak kapan Dhira tau?".
"Sejak Pak Santo mengatakannya kepada Dhira, aku melihat sebuah ketulusan dari ucapannya itu Bu, tidak ada salahnya kalau Ibu menerima cintanya".
"Apa kamu setuju dengan hubungan Ibu dan Pak Santo?".
"Kenapa tidak? Pak Santo adalah orang yang baik Bu, sepertinya dia juga begitu tulus kepada Ibu, Ibu juga butuh sosok seorang pendamping hidup, dan Ibu juga berhak untuk bahagia, jadi tidak ada salahnya untuk Ibu menerima cinta Pak Santo".
Bi Ira terdiam cukup lama hingga membuat Nadhira ikut terdiam sambil menatap kearah wajahnya, memang hal ini sangat sulit untuk diputuskan oleh Bi Ira akan tetapi kata kata Nadhira membuatnya harus berpikir ulang sebelum dirinya menyesali semuanya.
"Dhira juga tidak bisa memaksa apapun keputusan Ibu nantinya, Dhira hanya minta kepada Ibu, tolong pikirkan hal ini dengan baik baik, Dhira tidak ingin ada penyesalan atas pernikahan itu nantinya, jika Dhira berada diposisi Ibu juga pasti akan sulit untuk memutuskan hal ini, apalagi Ibu masih mencintai almarhum suami Ibu".
"Kau benar Nak, Ibu akan memikirkan hal ini dengan baik baik".
"Iya Bu, dan sekarang kita nikmati saja liburan ini, mumpung kita masih disini".
Setelah mengistirahatkan tubuh mereka cukup lama akhirnya Nadhira mengajak Bi Ira untuk berjalan jalan disekitar pantai untuk menikmati liburan mereka, tak beberapa lama kemudian disusulah Theo bersama dengan Pak Santo.
"Sepertinya Bi Ira masih canggung dengan Pak Santo deh" Bisik Theo kepada Pak Santo.
"Apakah dia akan membenciku mulai sekarang, sebaiknya aku mengundurkan diri saja dalam pekerjaanku" Guman Pak Santo pelan akan tetapi masih dapat didengar oleh Theo.
"Jangan menyerah begitu saja dong Pak, lagian Dhira juga ada disisi Bapak untuk mendukung Bapak".
"Tapi, apakah mungkin dia akan menerima diriku?".
"Tentu, hanya tinggal menunggu masalah waktu saja, dan aku dengar kalau Bi Ira tidak bisa mencari pengganti suaminya yang sudah meninggal itu".
Pak Santo hanya mampu berdiam diri setelah mendengar penjelasan dari Theo, dari kejauhan dirinya dapat melihat bahwa terlihat senyum Bi Ira begitu tipis ketika Nadhira mengajak Bi Ira untuk naik keatas banana boat.
Nadhira dan Bi Ira kini tengah bersiap siap untuk memakai pelampung pada tubuh mereka, Nadhira begitu bersemangat kali ini karena dia belum pernah merasakan enaknya naik banana boat itu, Bi Ira yang melihat wajah ceria Nadhira seketika terciptanya sebuah senyuman diwajahnya.
"Bu pegangan yang erat ya".
"Iya Nak".
Seketika itu juga banana boat yang mereka naiki segera melaju melintasi pantai tersebut dengan begitu cepatnya karena ditarik oleh sebuah jet ski, Nadhira berpegang dengan erat pada banana boat tersebut sementara Bi Ira berpegang pada Nadhira.
"Ini sangat menyenangkan Bu" Ucap Nadhira dengan gembiranya.
"Iya Dhira, Ibu juga tidak pernah naik beginian".
Mereka terlihat begitu bahagianya membuat Pak Santo dan Theo hanya bisa memandangi keduanya dari tepi pantai dengan sebuah senyuman tanpa keduanya sadari itu.
Setelah cukup lama berputar putar diatas air, banana boat itu segera menepi diujung pantai, dan Nadhira segera turun dari banana boat itu diikuti oleh Bi Ira setelahnya, melihat itu Theo dan Pak Santo segera bergegas menuju keduanya.
"Dhira, ayo kita naik paralayang"
"Hah? Tapi aku takut ketinggian Theo".
"Ngak papa, kita naik berdua saja, pasti nantinya kau akan menyukainya, ini pasti menenangkan".
"Baiklah, ayo Bu" Ajak Nadhira kepada Bi Ira.
Tanpa menunggu jawaban dari Nadhira, Nadhira segera menarik tangan Bi Ira untuk menuju ke loket paralayang itu, sementara Theo dengan segera mengikuti keduanya dan juga sambil menarik tangan Pak Santo.
Nadhira segera memesan tiket untuk empat orang dengan memakai dua paralayang, tanpa membantah Nadhira sedikitpun, Bi Ira hanya pasrah ketika ia menaiki paralayang dengan Pak Santo, hal itu membuat Nadhira merasa sangat senang sekali.
Pihak pengaman segera memasangkan pengamatan kepada keempatnya, setelah itu mereka bersiap siap untuk terbang kelangit menggunakan paralayang, Nadhira tidak berani untuk membuka matanya setelah keduanya terbang.
"Ngak apa apa Dhira, jangan takut, lihatlah kebawah itu sangat indah" Ucap Theo.
"Apa kau yakin?"
"Sangat yakin, ini sangat menyenangkan".
Perlahan lahan Nadhira mulai membuka matanya untuk melihat seperti apa yang tengah dikatakan oleh Theo, ia begitu takjub melihat luasnya lautan itu, sungguh ciptaan Allah yang begitu indah.
"Maa sya Allah indah sekali, aku belum pernah naik paralayang sebelumnya, tidak ku sangka ini akan menjadi begitu indah" Ucap Nadhira kagum.
Nadhira tidak menyangka bahwa pantai tersebut akan seindah seperti ini ketika melihatnya dari atas, Nadhira juga dapat melihat luasnya pantai tersebut meskipun jarak pandangnya tidak dapat melihat dari jauh, tak henti hentinya Nadhira terus berkata bahwa dia sangat mengagumi luasnya lautan itu.
Sementara disatu sisi, Pak Santo dengan Bi Ira juga merasa sangat merinding ketika diketinggian seperti itu, keduanya tidak pernah berada diketinggian apalagi dengan ketinggian saat ini, Bi Ira tak henti hentinya untuk berdoa berharap bahwa tidak akan terjadi sesuatu kepadanya diketinggian seperti ini.
Pak Santo pun demikian, ketika kedua berada diketinggian seketika itu juga kepalanya terasa berputar putar, pandangannya mulai tidak jelas, ingin sekali dirinya memuntahkan seluruh isi perutnya karena selama ini ia belum pernah merasakan ketinggian seperti itu.
"Ya Tuhan tolong lindungi diriku" Ucap Bi Ira sambil mengigit bibirnya.
"Aaaa...." Teriak Pak Santo.
"Ih Pak Santo jangan teriak teriak ditelingaku napa sih!".
"Aku hanya takut Ra".
"Tapi jangan begini juga kali".
Tak beberapa lama kemudian sudah tidak terdengar lagi suara teriakan dari Pak Santo hal itu membuat Bi Ira merasa curiga, ia berusaha untuk menoleh kepada Pak Santo yang ada dibelakangnya, dan Pak Santo sudah tidak sadarkan diri sangking takutnya dengan ketinggian.
"Hedeh, malah pingsan saja nih orang"
Nadhira membentangkan kedua tangannya dengan lebar merasakan sejuknya angin yang berhembus kencang mengarah kepada keduanya, Nadhira seperti begitu menikmati ketika terbang menggunakan paralayang itu.
Melihat Nadhira yang tertawa bahagia bersamanya membuat tekat Theo untuk memiliki Nadhira begitu besar, ia tidak akan melepaskan Nadhira hanya untuk orang lain selain dirinya.
Tak beberapa lama kemudian akhirnya paralayang yang Nadhira dan Theo naiki mendarat terlebih dahulu ditepi pantai, setelah Nadhira dan Theo melepaskan pengaman yang ada ditubuh mereka Paralayang yang dinaiki oleh Bi Ira dan Pak Santo menyusul untuk turun.
Akan tetapi karena tidak kuat menahan beban tubuh Pak Santo yang tidak sadarkan diri membuat Bi Ira terjatuh keatas pasir, hal itu membuat Nadhira begitu terkejut dan segera berlari kearah keduanya untuk memeriksa keadaan keduanya.
"Ibu! Apa yang terjadi?"
Bi Ira mencoba untuk bangkit setelah para petugas keamanan wahana itu melepaskan pengaman pada tubuhnya, Nadhira segera bergegas untuk membantu Bi Ira untuk bangkit, ia menoleh kearah Pak Santo yang sudah tidak sadarkan diri dan wajah kecewa Bi Ira secara bergantian.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Ibu ngak apa apa? Atau ada yang sakit Bu? Dibagian sebelah mana yang sakit?" Tanya Nadhira dengan cemasnya.
"Ni orang pingsan begitu saja, katanya takut ketinggian, Ibu ngak kenapa Napa kok Dhira, untung saja bisa mendarat dengan aman" Ucap Bi Ira dengan kesalnya.
"Astaga Pak Santo, kenapa tidak bilang dulu sih kalau takut ketinggian, kalau tau begini aku juga tidak akan memaksanya tadi" Omel Nadhira yang sia sia karena Pak Santo pun tidak dapat mendengarnya.
Pihak keamanan segera membawa Pak Santo menuju ke villa tempat mereka menginap nantinya, diikuti oleh ketiganya dari belakang, mereka segera membawa Pak Santo masuk kedalam kamar yang telah mereka pesan sebelumnya.
Dapat dilihat bahwa wajah kesal Bi Ira masih terlihat begitu jelas diwajahnya, Theo segera memberikan minyak kayu putih untuk Pak Santo agar dirinya segera sadarkan diri, tak beberapa lama kemudian akhirnya dengan perlahan Pak Santo mulai membuka matanya dan ia begitu terkejut ketika mengetahui bahwa dirinya sudah berada dikamar penginapan.
"Akhirnya Pak Santo sadar juga" Ucap Theo.
"Kenapa saya bisa berada disini? Bukannya tadi masih ada diatasnya paralayang?" Tanya Pak Santo keheranan dengan apa yang ia lihat.
"Membuat orang susah saja!" Ucap Bi Ira yang langsung berjalan pergi dari tempat itu.
"Bu tungguin Dhira"
Nadhira segera mengejarnya, hal itu membuat Theo hanya mampu menghela nafasnya saja, sementara hal itu membuat Pak Santo kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya saat ini, dirinya hanya menatap kearah Theo dan berharap mendapatkan jawaban dari Theo.
"Yang sabar saja Pak, nanti juga akan luluh dengan sendirinya, hari ini anda begitu mengecewakan, aku berharap anda akan aman dari Nadhira" Theo hanya mengucapkan itu dan segera bergegas menuju kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
"Hei bocah.. apa yang kau katakan itu! Jelaskan dulu kepadaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Teriak Pak Santo kepada Theo yang hanya diabaikan olehnya.
Hal itu membuat Pak Santo semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi kali ini, Theo tidak menjelaskan apa apa kepada Pak Santo sementara Nadhira ia malah meninggalkannya untuk menyusun Bi Ira pergi dari tempat itu.
...Jangan lupa like, coment dan dukungannya 🥰 Terima kasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
circle
😁 pak Santo, semangat 💪 katakan i love you dong pak 🤭
2022-06-27
0