Liburan dipantai

Sambil menunggu keduanya dapat menyelesaikan masalah mereka, Theo membelikan sebuah kelapa muda untuk Nadhira, ciri khas sebuah pantai adalah dengan adanya minuman kelapa muda yang terkenal karena pohon itu selalu ada didekat pantai, Nadhira menikmati itu sambil duduk disebuah bangku yang ada didepan mobilnya itu.

Sambil menikmati sejuknya angin dipantai yang indah itu paling enak dinikmati sambil meminum air kelapa muda, tidak hanya itu saja akan tetapi Nadhira dan Theo juga membeli beberapa cemilan dan juga jajanan yang ada dipantai yang indah itu.

Disatu sisi Pak Santo mencoba untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi kepada Bi Ira, walaupun Bi Ira seperti menolak untuk dapat mempercayai ucapannya itu akan tetapi Pak Santo tidak menyerah begitu saja karena memang dirinya tidak sengaja melakukan itu.

"Dengarkan aku Ra, beneran aku ngak sengaja melakukan itu, Non Dhira sendiri juga mengatakan kalau kau ingin berbicara sesuatu kepadaku, aku pikir kau ingin bicara serius denganku dikamarmu supaya tidak ada yang mendengarnya".

Bi Ira sama sekali tidak mempedulikan penjelasannya itu, dirinya sangat malu ketika seorang lelaki yang tidak ada hubungannya dengan dirinya tiba tiba membuka pintu kamarnya bahkan disaat dirinya sedang mengganti pakaian.

"Lalu apa yang kau inginkan Ra? Kalau kau ingin aku keluar dari pekerjaan ini aku akan lakukan, aku memang telah melakukan kesalahan yang tidak bisa dimaafkan olehmu, jika itu kemauanmu maka aku akan bilang kepada Non Dhira kalau aku mengundurkan diri dari pekerjaanku".

"Tidak usah, biarkan saja seperti ini, lagian juga pekerjaanku didalam dan kita juga tidak akan setia hari bertemu".

"Jangan seperti ini dong Ra, sebenarnya aku .....".

"Sebenarnya apa? Memang kau sengaja kan masuk kemarin malam, bagaimana mungkin seorang laki laki masuk kedalam kamar seorang wanita malam malam seperti itu".

"Ya Allah, butuh berapa kali harus aku jelaskan kepadamu Ra? Aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu, beneran deh, serius".

"Terus apa?".

"Sebenarnya aku suka sama kamu".

Perkataan Pak Santo seketika membuat Bi Ira begitu terkejut hingga dirinya tidak bisa berkata apa apa, akan tetapi Bi Ira tidak dapat menerima itu karena dirinya sadar akan siapa dirinya, dirinya hanyalah seorang janda yang tidak memiliki keluarga karena suami dan anaknya mengalami kecelakaan hingga menewaskan keduanya ditempat.

Mengingat itu membuat rasa sakit dihati Bi Ira kembali muncul, begitu sakit rasanya ditinggalkan oleh orang orang yang begitu sangat ia cintai, sejak kejadian itu membuat Bi Ira tidak pernah ingin berurusan dengan lelaki dan ia ingin tetap setia dengan almarhum suaminya.

Tanpa menjawab ucapan apapun dari Pak Santo, Bi Ira segera bergegas keluar dari mobil tersebut untuk mendatangi Nadhira dan Theo yang tengah menikmati indahnya pantai itu.

"Eh Ibu, sudah selesai kah masalahnya?" Nadhira terkejut ketika melihat Ibu angkatnya keluar.

"Ngak usah dibahas lagi".

"Ada apa? Apa Pak Santo telah menyakiti perasaan Ibu? Akan ku beri pelajaran kepada dia nanti, awas saja karena dia telah menyakitimu Ibu, aku tidak akan membiarkan dia lolos dariku" Ucap Nadhira sambil berpura pura mengepalkan tangannya dengan begitu sangat eratnya.

"Tidak Nak biarkan saja dia, sudah lupakan saja itu juga tidak penting".

"Itu adalah sangat penting bagi Dhira Bu, karena dia sudah berani menyakiti Ibu kesayanganku".

"Tidak usah Dhira, Ibu juga ngak kenapa kenapa kok".

"Kenapa Ibu seperti tidak ingin aku membuat Pak Santo jadi babak belur? Apakah itu artinya Ibu juga memiliki perasaan yang sama?".

"Sudahlah lupakan saja, itu juga tidak terlalu penting kok, Ibu ngak apa apa".

"Kalau ada apa apa cerita kepada Dhira dong Bu, apa Ibu sudah menganggap bahwa Dhira adalah orang lain bagi ibu? Apa yang telah dikatakan oleh Pak Santo kepada Ibu? Kenapa Ibu terlihat gugup seperti ini? Apa Pak Santo telah mengungkapkan perasaannya? Gimana? Apa yang dia katakan? Apakah itu romantis? Lalu apa Ibu juga telah menerima cintanya?".

Melihat kegugupan Ibu angkatnya itu membuat Nadhira terlihat begitu bersemangat, Nadhira dapat mengartikannya bahwa Pak Santo telah mengungkapkan rasa cintanya kepada Bi Ira dan itulah yang membuat Nadhira semakin bersemangat.

Mendengar perkataan Nadhira membuat wajah Bi Ira semakin memerah dengan malunya, entah apa yang sedang ia rasakan saat ini, Bi Ira sama sekali tidak menjawab pertanyaan dari Nadhira justru dia lebih memilih untuk berdiam diri.

"Maafkan anak angkatmu yang cerewet ini ya Bi, dia sedikit bermasalah dengan pikirannya itu, udah abaikan pertanyaan pertanyaannya yang sangat tidak jelas itu, jangan jadikan itu beban pikiran buat Bibi" Ucap Theo sambil menutup mulut Nadhira dengan tangannya.

"Emmmmm" Nadhira mencoba untuk berbicara akan tetapi Theo tidak memperbolehkannya.

"Diamlah Dhira, jangan membuat Ibu angkatmu merasa malu, nanti malah ngak diterima cinta Pak Santo, Biarkan saja" Bisik Theo.

"Emmmm"

"Eh iya iya maaf" Theo yang menyadari segera melepaskan pegangan tangannya dari mulut Nadhira.

Nadhira mendengus kesal kepada Theo, Theo hanya mampu tersenyum masam kearah Nadhira sementara Bi Ira merasa semakin malu melihat keduanya, dan Theo segera mengajak mereka untuk pergi ke villa terdekat dari tempat itu.

Nadhira segera memesan dua kamar divilla tersebut, Nadhira sekamar dengan Bi Ira sementara Theo sekamar dengan Pak Santo, dan mereka segera masuk kedalam kamar mereka masing masing untuk mengistirahatkan tubuh mereka.

"Sebenarnya apa yang dikatakan oleh Pak Santo kepada Ibu? Kenapa sejak tadi Ibu hanya diam saja".

"Dia bilang kalau dia suka sama Ibu, tapi..."

"Tapi apa Bu?".

"Kenapa kau tidak terkejut ketika Ibu bilang kalau Pak Santo suka sama Ibu?".

"Sebenarnya Dhira sudah tau Bu, Dhira hanya ingin tau apa jawaban Ibu kenapa Pak Santo saja".

"Sejak kapan Dhira tau?".

"Sejak Pak Santo mengatakannya kepada Dhira, aku melihat sebuah ketulusan dari ucapannya itu Bu, tidak ada salahnya kalau Ibu menerima cintanya".

"Apa kamu setuju dengan hubungan Ibu dan Pak Santo?".

"Kenapa tidak? Pak Santo adalah orang yang baik Bu, sepertinya dia juga begitu tulus kepada Ibu, Ibu juga butuh sosok seorang pendamping hidup, dan Ibu juga berhak untuk bahagia, jadi tidak ada salahnya untuk Ibu menerima cinta Pak Santo".

Bi Ira terdiam cukup lama hingga membuat Nadhira ikut terdiam sambil menatap kearah wajahnya, memang hal ini sangat sulit untuk diputuskan oleh Bi Ira akan tetapi kata kata Nadhira membuatnya harus berpikir ulang sebelum dirinya menyesali semuanya.

"Dhira juga tidak bisa memaksa apapun keputusan Ibu nantinya, Dhira hanya minta kepada Ibu, tolong pikirkan hal ini dengan baik baik, Dhira tidak ingin ada penyesalan atas pernikahan itu nantinya, jika Dhira berada diposisi Ibu juga pasti akan sulit untuk memutuskan hal ini, apalagi Ibu masih mencintai almarhum suami Ibu".

"Kau benar Nak, Ibu akan memikirkan hal ini dengan baik baik".

"Iya Bu, dan sekarang kita nikmati saja liburan ini, mumpung kita masih disini".

Setelah mengistirahatkan tubuh mereka cukup lama akhirnya Nadhira mengajak Bi Ira untuk berjalan jalan disekitar pantai untuk menikmati liburan mereka, tak beberapa lama kemudian disusulah Theo bersama dengan Pak Santo.

"Sepertinya Bi Ira masih canggung dengan Pak Santo deh" Bisik Theo kepada Pak Santo.

"Apakah dia akan membenciku mulai sekarang, sebaiknya aku mengundurkan diri saja dalam pekerjaanku" Guman Pak Santo pelan akan tetapi masih dapat didengar oleh Theo.

"Jangan menyerah begitu saja dong Pak, lagian Dhira juga ada disisi Bapak untuk mendukung Bapak".

"Tapi, apakah mungkin dia akan menerima diriku?".

"Tentu, hanya tinggal menunggu masalah waktu saja, dan aku dengar kalau Bi Ira tidak bisa mencari pengganti suaminya yang sudah meninggal itu".

Pak Santo hanya mampu berdiam diri setelah mendengar penjelasan dari Theo, dari kejauhan dirinya dapat melihat bahwa terlihat senyum Bi Ira begitu tipis ketika Nadhira mengajak Bi Ira untuk naik keatas banana boat.

Nadhira dan Bi Ira kini tengah bersiap siap untuk memakai pelampung pada tubuh mereka, Nadhira begitu bersemangat kali ini karena dia belum pernah merasakan enaknya naik banana boat itu, Bi Ira yang melihat wajah ceria Nadhira seketika terciptanya sebuah senyuman diwajahnya.

"Bu pegangan yang erat ya".

"Iya Nak".

Seketika itu juga banana boat yang mereka naiki segera melaju melintasi pantai tersebut dengan begitu cepatnya karena ditarik oleh sebuah jet ski, Nadhira berpegang dengan erat pada banana boat tersebut sementara Bi Ira berpegang pada Nadhira.

"Ini sangat menyenangkan Bu" Ucap Nadhira dengan gembiranya.

"Iya Dhira, Ibu juga tidak pernah naik beginian".

Mereka terlihat begitu bahagianya membuat Pak Santo dan Theo hanya bisa memandangi keduanya dari tepi pantai dengan sebuah senyuman tanpa keduanya sadari itu.

Setelah cukup lama berputar putar diatas air, banana boat itu segera menepi diujung pantai, dan Nadhira segera turun dari banana boat itu diikuti oleh Bi Ira setelahnya, melihat itu Theo dan Pak Santo segera bergegas menuju keduanya.

"Dhira, ayo kita naik paralayang"

"Hah? Tapi aku takut ketinggian Theo".

"Ngak papa, kita naik berdua saja, pasti nantinya kau akan menyukainya, ini pasti menenangkan".

"Baiklah, ayo Bu" Ajak Nadhira kepada Bi Ira.

Tanpa menunggu jawaban dari Nadhira, Nadhira segera menarik tangan Bi Ira untuk menuju ke loket paralayang itu, sementara Theo dengan segera mengikuti keduanya dan juga sambil menarik tangan Pak Santo.

Nadhira segera memesan tiket untuk empat orang dengan memakai dua paralayang, tanpa membantah Nadhira sedikitpun, Bi Ira hanya pasrah ketika ia menaiki paralayang dengan Pak Santo, hal itu membuat Nadhira merasa sangat senang sekali.

Pihak pengaman segera memasangkan pengamatan kepada keempatnya, setelah itu mereka bersiap siap untuk terbang kelangit menggunakan paralayang, Nadhira tidak berani untuk membuka matanya setelah keduanya terbang.

"Ngak apa apa Dhira, jangan takut, lihatlah kebawah itu sangat indah" Ucap Theo.

"Apa kau yakin?"

"Sangat yakin, ini sangat menyenangkan".

Perlahan lahan Nadhira mulai membuka matanya untuk melihat seperti apa yang tengah dikatakan oleh Theo, ia begitu takjub melihat luasnya lautan itu, sungguh ciptaan Allah yang begitu indah.

"Maa sya Allah indah sekali, aku belum pernah naik paralayang sebelumnya, tidak ku sangka ini akan menjadi begitu indah" Ucap Nadhira kagum.

Nadhira tidak menyangka bahwa pantai tersebut akan seindah seperti ini ketika melihatnya dari atas, Nadhira juga dapat melihat luasnya pantai tersebut meskipun jarak pandangnya tidak dapat melihat dari jauh, tak henti hentinya Nadhira terus berkata bahwa dia sangat mengagumi luasnya lautan itu.

Sementara disatu sisi, Pak Santo dengan Bi Ira juga merasa sangat merinding ketika diketinggian seperti itu, keduanya tidak pernah berada diketinggian apalagi dengan ketinggian saat ini, Bi Ira tak henti hentinya untuk berdoa berharap bahwa tidak akan terjadi sesuatu kepadanya diketinggian seperti ini.

Pak Santo pun demikian, ketika kedua berada diketinggian seketika itu juga kepalanya terasa berputar putar, pandangannya mulai tidak jelas, ingin sekali dirinya memuntahkan seluruh isi perutnya karena selama ini ia belum pernah merasakan ketinggian seperti itu.

"Ya Tuhan tolong lindungi diriku" Ucap Bi Ira sambil mengigit bibirnya.

"Aaaa...." Teriak Pak Santo.

"Ih Pak Santo jangan teriak teriak ditelingaku napa sih!".

"Aku hanya takut Ra".

"Tapi jangan begini juga kali".

Tak beberapa lama kemudian sudah tidak terdengar lagi suara teriakan dari Pak Santo hal itu membuat Bi Ira merasa curiga, ia berusaha untuk menoleh kepada Pak Santo yang ada dibelakangnya, dan Pak Santo sudah tidak sadarkan diri sangking takutnya dengan ketinggian.

"Hedeh, malah pingsan saja nih orang"

Nadhira membentangkan kedua tangannya dengan lebar merasakan sejuknya angin yang berhembus kencang mengarah kepada keduanya, Nadhira seperti begitu menikmati ketika terbang menggunakan paralayang itu.

Melihat Nadhira yang tertawa bahagia bersamanya membuat tekat Theo untuk memiliki Nadhira begitu besar, ia tidak akan melepaskan Nadhira hanya untuk orang lain selain dirinya.

Tak beberapa lama kemudian akhirnya paralayang yang Nadhira dan Theo naiki mendarat terlebih dahulu ditepi pantai, setelah Nadhira dan Theo melepaskan pengaman yang ada ditubuh mereka Paralayang yang dinaiki oleh Bi Ira dan Pak Santo menyusul untuk turun.

Akan tetapi karena tidak kuat menahan beban tubuh Pak Santo yang tidak sadarkan diri membuat Bi Ira terjatuh keatas pasir, hal itu membuat Nadhira begitu terkejut dan segera berlari kearah keduanya untuk memeriksa keadaan keduanya.

"Ibu! Apa yang terjadi?"

Bi Ira mencoba untuk bangkit setelah para petugas keamanan wahana itu melepaskan pengaman pada tubuhnya, Nadhira segera bergegas untuk membantu Bi Ira untuk bangkit, ia menoleh kearah Pak Santo yang sudah tidak sadarkan diri dan wajah kecewa Bi Ira secara bergantian.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa Ibu ngak apa apa? Atau ada yang sakit Bu? Dibagian sebelah mana yang sakit?" Tanya Nadhira dengan cemasnya.

"Ni orang pingsan begitu saja, katanya takut ketinggian, Ibu ngak kenapa Napa kok Dhira, untung saja bisa mendarat dengan aman" Ucap Bi Ira dengan kesalnya.

"Astaga Pak Santo, kenapa tidak bilang dulu sih kalau takut ketinggian, kalau tau begini aku juga tidak akan memaksanya tadi" Omel Nadhira yang sia sia karena Pak Santo pun tidak dapat mendengarnya.

Pihak keamanan segera membawa Pak Santo menuju ke villa tempat mereka menginap nantinya, diikuti oleh ketiganya dari belakang, mereka segera membawa Pak Santo masuk kedalam kamar yang telah mereka pesan sebelumnya.

Dapat dilihat bahwa wajah kesal Bi Ira masih terlihat begitu jelas diwajahnya, Theo segera memberikan minyak kayu putih untuk Pak Santo agar dirinya segera sadarkan diri, tak beberapa lama kemudian akhirnya dengan perlahan Pak Santo mulai membuka matanya dan ia begitu terkejut ketika mengetahui bahwa dirinya sudah berada dikamar penginapan.

"Akhirnya Pak Santo sadar juga" Ucap Theo.

"Kenapa saya bisa berada disini? Bukannya tadi masih ada diatasnya paralayang?" Tanya Pak Santo keheranan dengan apa yang ia lihat.

"Membuat orang susah saja!" Ucap Bi Ira yang langsung berjalan pergi dari tempat itu.

"Bu tungguin Dhira"

Nadhira segera mengejarnya, hal itu membuat Theo hanya mampu menghela nafasnya saja, sementara hal itu membuat Pak Santo kebingungan dengan apa yang sebenarnya terjadi kepada dirinya saat ini, dirinya hanya menatap kearah Theo dan berharap mendapatkan jawaban dari Theo.

"Yang sabar saja Pak, nanti juga akan luluh dengan sendirinya, hari ini anda begitu mengecewakan, aku berharap anda akan aman dari Nadhira" Theo hanya mengucapkan itu dan segera bergegas menuju kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.

"Hei bocah.. apa yang kau katakan itu! Jelaskan dulu kepadaku, apa yang sebenarnya terjadi?" Teriak Pak Santo kepada Theo yang hanya diabaikan olehnya.

Hal itu membuat Pak Santo semakin bingung dengan apa yang sebenarnya terjadi kali ini, Theo tidak menjelaskan apa apa kepada Pak Santo sementara Nadhira ia malah meninggalkannya untuk menyusun Bi Ira pergi dari tempat itu.

...Jangan lupa like, coment dan dukungannya 🥰 Terima kasih ...

Terpopuler

Comments

circle

circle

😁 pak Santo, semangat 💪 katakan i love you dong pak 🤭

2022-06-27

0

lihat semua
Episodes
1 Pengenalan
2 Nadhira
3 Merindukanmu
4 Dibalik lelah pekerjaan
5 Para pekerja bangunan
6 Kabar gembira
7 Gelangku!
8 Pemilik kios
9 Apa yang terjadi
10 Hanya mimpi
11 Berangkat liburan tiba tiba
12 Liburan dipantai
13 Acara malam di villa
14 Dibangunkan oleh pekerjaan
15 Kedatangan anggota Gengcobra
16 Surya Jayantara
17 Rifki tiba dibandara
18 Dimana Nadhira?
19 Sambutan dari Nadhira
20 Melepas kerinduan
21 Rifki atau Theo?
22 Jauhi Nadhira sekarang
23 Menculik Nadhira
24 Berurusan dengan polisi
25 Cidera lama
26 Kemarahan Nadhira
27 Sang pawang telah tiba
28 Sebuah pesta dicabang baru
29 Puncak pesta perayaan
30 Minuman pembawa masalah
31 Gerhana bulan merah darah
32 Pemilik keris pusaka xingsi
33 Pengorbanan seorang Nenek
34 Pelarian dalam kegelapan
35 Mengincar nyawa Nadhira
36 Rifki terluka cukup parah
37 Rifki terluka cukup parah 2
38 Datanglah seorang penolong
39 Mencari jalan keluar dari hutan
40 Rifki tidak sadarkan diri
41 Penyelamatan untuk keduanya
42 Membawa mereka ke rumah sakit
43 Mendapat perhatian
44 Kalian tidak boleh bersama
45 Kenapa dia tidak datang untukku?
46 Mencari keberadaan Nadhira
47 Kemarahan Rifki
48 Perjodohan tanpa pemberitahuan
49 Pertengkaran antara ayah dan anak
50 Kencan yang begitu dingin
51 Ditengah derasnya hujan malam ini
52 Izinkan aku untuk bertemu denganmu
53 Tidur dirumah Nadhira
54 Aku mohon lupakanlah aku
55 Segalanya telah berubah
56 Gengcobra vs Gengters
57 Asalkan dia bahagia bersamanya
58 Semua ini adalah salahku
59 Mabuk dan lupakan segalanya
60 Mabuknya Nadhira malam ini
61 Berada dimarkas Gengcobra
62 Jangan tinggalkan aku lagi
63 Bertemu dengan Syaqila
64 Tanpa sengaja bertemu
65 Undangan tunangan Rifki dan Syaqila
66 Acara tunangan Rifki dan Syaqila
67 Aksi yang mengejutkan
68 Fakta yang sebenarnya
69 Syaqila berniat jahat kepada Nadhira
70 Menculik dan menyandera Nadhira
71 Pernikahan Rifki dan Syaqila
72 Nadhira datang dan menghentikannya
73 Aku akan selalu melindungimu
74 Berujung tidak sadarkan diri
75 Kesedihan bagi Rifki
76 Nadhira siuman
77 Nadhira dirawat dirumah sakit
78 Nadhira dirawat dirumah sakit 2
79 Nadhira dirawat dirumah sakit 3
80 Meminta restu kepada orang tua
81 Waktu begitu cepat berlalu
82 Jangan melawan kedua orang tuamu
83 Papa akan merestui hubungan kalian
84 Meminta restu kepada Sarah
85 Kebahagiaan yang dinantikan
86 Mempersiapkan pernikahan
87 Acara pernikahan Rifki dan Nadhira
88 Gengters pembuat rusuh
89 Menculik Rifki dari pernikahannya
90 Nekatnya seorang wanita
91 Visual Tokoh
92 Penundaan acara pernikahan
93 Kenapa dengan satu ginjal?
94 Tekadku tidak mudah dikalahkan
95 Pernikahan penuh kesedihan
96 Antara kain kafan dan baju pengantin
97 Berita duka untuk semuanya
98 Pemakaman dimalam pertama
99 Penggombal yang handal
100 Dua mahluk pengganggu
101 Pertengkaran kecil tiba tiba
102 Perhatian seorang Rifki
103 Perlombaan masak tiba tiba
104 Masakan spesial ala chef Rifki
105 Gabungnya dua perusahaan besar
106 Makan bersama anak panti
107 Makan bersama anak panti 2
108 Pikiran sesama lelaki
109 Bahayanya wanita yang lagi PMS
110 Berbelanja untuk Nadhira
111 Berbelanja untuk Nadhira 2
112 Cerita masa kanak kanak Rifki
113 Cerita masa kanak kanak Rifki 2
114 Pelukan hangat seorang Rifki
115 Masalah yang ada dimarkas
116 Kedatangan Nadhira kemarkas
117 Nandhita sangat menjengkelkan
118 Perpisahan yang tak diinginkan
119 Kabar yang membahagiakan
120 Ingin bersepeda motor berdua
121 Pemalak salah sasaran
122 Anggota Gengcobra kena sasaran
123 Kesialan salah membeli pisang
124 Mangga muda
125 Keliling kota
126 Martabak manis
127 Dijadikan kontrakan
128 Berkunjung
129 Tentang Nadhira
130 Nadhira diculik
131 Penyiksaan
132 Penyiksaan 2
133 Aksi Dokter Lila
134 Pembantaian
135 Rifki terluka
136 Dibawa keluar negeri
137 Dihadang oleh seseorang
138 kedatangan Rifki
139 Kebenaran
140 Pengorbanan Theo
141 Pertarungan selesai
142 Nadhira atau bayinya
143 Aku tidak mau kembali
144 Jangan pergi Dhira
145 Nadhira kembali
146 Merias wajah Nadhira
147 Tidak mau bertemu
148 Merasa canggung
149 Ada apa dengan Rifki?
150 Apa yang disembunyikan?
151 Diizinkan untuk pulang
152 Sebungkus roti
153 Mencari Rifki
154 Ini tidak mungkin!
155 Maafkan aku Dhira
156 Baikan kembali
157 Kembali bersama
158 Kejutan dirumah
159 Foto prewedding
160 Resepsi
161 Menyiapkan kejutan
162 Jebakkan
163 Serahkan keris itu!
164 Perjuangan Nadhira
165 Menghancurkan keris pusaka xingsi
166 Kemunculan mereka
167 Pengorbanan Aryabima
168 Akhir dari semuanya
169 Berduka
170 Sadarkan diri
171 Sepucuk surat
172 Bersama Melda
173 Nadhira masih hidup
174 Hidup masing masing
175 Lahirnya Kinara
176 Diusir dari desa
177 Nadhira kenapa?
178 Wanita bercadar
179 Kejadian didesa
180 Merindukan Rifki
181 Pertemuan
182 Kinara berulah
183 Kinara marah
184 Om baik
185 Siapa Om baik itu?
186 Pesta bunga api
187 Pesta bunga api 2
188 Bahaya mengintai
189 Kekacauan
190 Sosok misterius
191 Menyelamatkan Rifki
192 Kinara terjaga
193 Kalang kabut
194 Melepas kerinduan
195 Rifki sadarkan diri
196 Rifki lemah
197 Masih peduli
198 Kekecewaan
199 Melamar pekerjaan
200 Pembantu baru
201 Keysa jatuh
202 Siapa itu Ana?
203 Kenakalan Kinara
204 Menitipkan Keysa
205 Dikegelapan
206 Kau datang disaat diriku hampir mati
207 Jangan bius aku
208 Sapta
209 Kebenaran
210 Dibuat bingung dengan sikap Nadhira
211 Rifki mabuk?
212 Sudah 4 tahun
213 Hasutan Sena
214 Tongkat bertuliskan Kinara
215 Curiga
216 Sudah tau!
217 Kemunculan Lia
218 Nadhira masih hidup?
219 Kekacauan
220 Kekacauan 2
221 Membawa Nadhira kabur
222 Kabur
223 Pengungkapan
224 Rifki diserang
225 Pertolongan dari pencipta
226 Terjebak
227 Pengorbanan Amanda
228 Perjuangan Sapta
229 Rifki siuman
230 Terlambat
231 Pengungkapan
232 Pemakaman Nadhira
233 Terpuruk
234 Perjuangan
235 Kenapa?
236 Pelukan menyakitkan
237 Merasa bersalah
238 Jangan pergi jauh
239 Sakit Ma
240 Jangan sampai kau menyesal nantinya
241 Panggilan Papa untuk Rifki
242 Rifki telah pergi
243 End
244 End 2
245 Bonus chapter
Episodes

Updated 245 Episodes

1
Pengenalan
2
Nadhira
3
Merindukanmu
4
Dibalik lelah pekerjaan
5
Para pekerja bangunan
6
Kabar gembira
7
Gelangku!
8
Pemilik kios
9
Apa yang terjadi
10
Hanya mimpi
11
Berangkat liburan tiba tiba
12
Liburan dipantai
13
Acara malam di villa
14
Dibangunkan oleh pekerjaan
15
Kedatangan anggota Gengcobra
16
Surya Jayantara
17
Rifki tiba dibandara
18
Dimana Nadhira?
19
Sambutan dari Nadhira
20
Melepas kerinduan
21
Rifki atau Theo?
22
Jauhi Nadhira sekarang
23
Menculik Nadhira
24
Berurusan dengan polisi
25
Cidera lama
26
Kemarahan Nadhira
27
Sang pawang telah tiba
28
Sebuah pesta dicabang baru
29
Puncak pesta perayaan
30
Minuman pembawa masalah
31
Gerhana bulan merah darah
32
Pemilik keris pusaka xingsi
33
Pengorbanan seorang Nenek
34
Pelarian dalam kegelapan
35
Mengincar nyawa Nadhira
36
Rifki terluka cukup parah
37
Rifki terluka cukup parah 2
38
Datanglah seorang penolong
39
Mencari jalan keluar dari hutan
40
Rifki tidak sadarkan diri
41
Penyelamatan untuk keduanya
42
Membawa mereka ke rumah sakit
43
Mendapat perhatian
44
Kalian tidak boleh bersama
45
Kenapa dia tidak datang untukku?
46
Mencari keberadaan Nadhira
47
Kemarahan Rifki
48
Perjodohan tanpa pemberitahuan
49
Pertengkaran antara ayah dan anak
50
Kencan yang begitu dingin
51
Ditengah derasnya hujan malam ini
52
Izinkan aku untuk bertemu denganmu
53
Tidur dirumah Nadhira
54
Aku mohon lupakanlah aku
55
Segalanya telah berubah
56
Gengcobra vs Gengters
57
Asalkan dia bahagia bersamanya
58
Semua ini adalah salahku
59
Mabuk dan lupakan segalanya
60
Mabuknya Nadhira malam ini
61
Berada dimarkas Gengcobra
62
Jangan tinggalkan aku lagi
63
Bertemu dengan Syaqila
64
Tanpa sengaja bertemu
65
Undangan tunangan Rifki dan Syaqila
66
Acara tunangan Rifki dan Syaqila
67
Aksi yang mengejutkan
68
Fakta yang sebenarnya
69
Syaqila berniat jahat kepada Nadhira
70
Menculik dan menyandera Nadhira
71
Pernikahan Rifki dan Syaqila
72
Nadhira datang dan menghentikannya
73
Aku akan selalu melindungimu
74
Berujung tidak sadarkan diri
75
Kesedihan bagi Rifki
76
Nadhira siuman
77
Nadhira dirawat dirumah sakit
78
Nadhira dirawat dirumah sakit 2
79
Nadhira dirawat dirumah sakit 3
80
Meminta restu kepada orang tua
81
Waktu begitu cepat berlalu
82
Jangan melawan kedua orang tuamu
83
Papa akan merestui hubungan kalian
84
Meminta restu kepada Sarah
85
Kebahagiaan yang dinantikan
86
Mempersiapkan pernikahan
87
Acara pernikahan Rifki dan Nadhira
88
Gengters pembuat rusuh
89
Menculik Rifki dari pernikahannya
90
Nekatnya seorang wanita
91
Visual Tokoh
92
Penundaan acara pernikahan
93
Kenapa dengan satu ginjal?
94
Tekadku tidak mudah dikalahkan
95
Pernikahan penuh kesedihan
96
Antara kain kafan dan baju pengantin
97
Berita duka untuk semuanya
98
Pemakaman dimalam pertama
99
Penggombal yang handal
100
Dua mahluk pengganggu
101
Pertengkaran kecil tiba tiba
102
Perhatian seorang Rifki
103
Perlombaan masak tiba tiba
104
Masakan spesial ala chef Rifki
105
Gabungnya dua perusahaan besar
106
Makan bersama anak panti
107
Makan bersama anak panti 2
108
Pikiran sesama lelaki
109
Bahayanya wanita yang lagi PMS
110
Berbelanja untuk Nadhira
111
Berbelanja untuk Nadhira 2
112
Cerita masa kanak kanak Rifki
113
Cerita masa kanak kanak Rifki 2
114
Pelukan hangat seorang Rifki
115
Masalah yang ada dimarkas
116
Kedatangan Nadhira kemarkas
117
Nandhita sangat menjengkelkan
118
Perpisahan yang tak diinginkan
119
Kabar yang membahagiakan
120
Ingin bersepeda motor berdua
121
Pemalak salah sasaran
122
Anggota Gengcobra kena sasaran
123
Kesialan salah membeli pisang
124
Mangga muda
125
Keliling kota
126
Martabak manis
127
Dijadikan kontrakan
128
Berkunjung
129
Tentang Nadhira
130
Nadhira diculik
131
Penyiksaan
132
Penyiksaan 2
133
Aksi Dokter Lila
134
Pembantaian
135
Rifki terluka
136
Dibawa keluar negeri
137
Dihadang oleh seseorang
138
kedatangan Rifki
139
Kebenaran
140
Pengorbanan Theo
141
Pertarungan selesai
142
Nadhira atau bayinya
143
Aku tidak mau kembali
144
Jangan pergi Dhira
145
Nadhira kembali
146
Merias wajah Nadhira
147
Tidak mau bertemu
148
Merasa canggung
149
Ada apa dengan Rifki?
150
Apa yang disembunyikan?
151
Diizinkan untuk pulang
152
Sebungkus roti
153
Mencari Rifki
154
Ini tidak mungkin!
155
Maafkan aku Dhira
156
Baikan kembali
157
Kembali bersama
158
Kejutan dirumah
159
Foto prewedding
160
Resepsi
161
Menyiapkan kejutan
162
Jebakkan
163
Serahkan keris itu!
164
Perjuangan Nadhira
165
Menghancurkan keris pusaka xingsi
166
Kemunculan mereka
167
Pengorbanan Aryabima
168
Akhir dari semuanya
169
Berduka
170
Sadarkan diri
171
Sepucuk surat
172
Bersama Melda
173
Nadhira masih hidup
174
Hidup masing masing
175
Lahirnya Kinara
176
Diusir dari desa
177
Nadhira kenapa?
178
Wanita bercadar
179
Kejadian didesa
180
Merindukan Rifki
181
Pertemuan
182
Kinara berulah
183
Kinara marah
184
Om baik
185
Siapa Om baik itu?
186
Pesta bunga api
187
Pesta bunga api 2
188
Bahaya mengintai
189
Kekacauan
190
Sosok misterius
191
Menyelamatkan Rifki
192
Kinara terjaga
193
Kalang kabut
194
Melepas kerinduan
195
Rifki sadarkan diri
196
Rifki lemah
197
Masih peduli
198
Kekecewaan
199
Melamar pekerjaan
200
Pembantu baru
201
Keysa jatuh
202
Siapa itu Ana?
203
Kenakalan Kinara
204
Menitipkan Keysa
205
Dikegelapan
206
Kau datang disaat diriku hampir mati
207
Jangan bius aku
208
Sapta
209
Kebenaran
210
Dibuat bingung dengan sikap Nadhira
211
Rifki mabuk?
212
Sudah 4 tahun
213
Hasutan Sena
214
Tongkat bertuliskan Kinara
215
Curiga
216
Sudah tau!
217
Kemunculan Lia
218
Nadhira masih hidup?
219
Kekacauan
220
Kekacauan 2
221
Membawa Nadhira kabur
222
Kabur
223
Pengungkapan
224
Rifki diserang
225
Pertolongan dari pencipta
226
Terjebak
227
Pengorbanan Amanda
228
Perjuangan Sapta
229
Rifki siuman
230
Terlambat
231
Pengungkapan
232
Pemakaman Nadhira
233
Terpuruk
234
Perjuangan
235
Kenapa?
236
Pelukan menyakitkan
237
Merasa bersalah
238
Jangan pergi jauh
239
Sakit Ma
240
Jangan sampai kau menyesal nantinya
241
Panggilan Papa untuk Rifki
242
Rifki telah pergi
243
End
244
End 2
245
Bonus chapter

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!