Theo tidak mampu untuk marah kepada Nadhira seperti ini sehingga dirinya tidak mampu untuk melanjutkan kata katanya, baginya nyawa Nadhira begitu penting daripada gelang tersebut akan tetapi Nadhira menganggap bahwa gelang itulah yang paling penting baginya daripada nyawanya sendiri.
Theo tidak mengerti apa sebenarnya keistimewaan dari gelang itu, bagi Theo gelang tersebut sama sekali tidak ada istimewanya, akan tetapi bagi Nadhira gelang itu adalah segalanya, gelang pemberian dari Rifki dan sosok sebuah mahluk gaib yang tinggal didalam gelang itu.
"Aku janji aku tidak akan melakukan hal ini lagi, maafkan aku karena telah membuatmu khawatir seperti ini kepadaku".
"Sudahlah jangan dibahas lagi, lain kali jangan lakukan hal seperti itu Dhira, sebaiknya kita segera membeli pakaian yang baru agar tidak masuk angin, apalagi kalau basah kuyup seperti ini malam hati, penyakit akan mudah menyerang"
"Baiklah" Ucap Nadhira sambil mengangguk pelan.
Theo segera membantu Nadhira untuk bangkit dari duduknya, dan mengajak Nadhira untuk masuk kedalam sebuah kios yang menjual pakaian, pemilik kios tersebut segera mencarikan pakaian yang cocok untuk keduanya ketika melihat keduanya yang basah kuyup atas perintah dari Theo.
Tak beberapa lama, akhirnya pemilik kios itu menemukan pakaian yang cocok untuk keduanya, dan ia mempersilakan keduanya untuk menumpang mengganti pakaian mereka dikamar mandi yang ada didalam kios itu, Nadhira segera masuk kedalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya.
Setelah Nadhira selesai, Theo segera masuk kedalam kamar mandi, Nadhira segera duduk disofa yang ada di kios itu untuk menunggu Theo yang sedang berganti pakaian, pemilik kios itu begitu baik hati sehingga membuatkan Nadhira dan Theo segelas minuman hangat untuk menghangatkan tubuh keduanya yang telah basah kuyup itu.
Nadhira segera menyeruput minuman yang telah disediakan oleh pemilik kios itu sambil mengobrol dengan pemilik kios, obrolan mereka begitu santai mengenai pekerjaan masing masing.
Nadhira merasakan sensasi hangat dari minuman itu yang mengalir dengan perlahan lahan dari tenggorokannya menuju ke perutnya, rasa hangat itu terasa begitu nyaman untuk Nadhira yang sedang kedinginan itu karena dirinya yang sebelumnya telah basah kuyup itu.
Dari obrolan keduanya Nadhira dapat mengetahui bahwa pemilik kios ini dulunya berasal dari Surya Jayantara tempat dimana penampungan anak yatim piatu yang berada dibawah kepemimpinan Gengcobra, karena ia adalah anak yang ditelantarkan oleh kedua orang tuanya ketika waktu kecil.
"Jadi anda berasal dari Surya Jayantara?"
"Iya begitulah nasibku, tapi berkat dari organisasi itu, Alhamdulillah aku bisa membangun kios ini walaupun kecil kecilan dan dapat menikah dengan orang yang paling aku cintai".
"Apakah anda juga mengenal anggota Gengcobra?".
Tanpa ia sadari bahwa pertanyaan itu meluncur begitu saja keluar dari mulut Nadhira, Nadhira yang menyadarinya seketika menutup mulutnya rapat rapat karena Gengcobra adalah anggota rahasia dan tidak banyak ada yang mengetahui tentang anggota Gengcobra selama ini.
"Haduh Dhira, kenapa aku harus menanyakan hal seperti itu, dasar bodoh! Bagaimana kalau pria ini mencurigaiku? Apa yang harus aku katakan nantinya, dasar bodoh! Bodoh! Bodoh!" Batin Nadhira.
Nadhira mengutuki kebodohannya sendiri mengenai pertanyaan yang ia ajukan itu, dan berharap semoga pria yang ada didepan itu tidak membahas lebih mengenai pertanyaan yang baru saja ia lontarkan itu.
Nadhira yakin bahwa pria itu akan mencurigainya karena dirinya mengetahui tentang anggota Gengcobra itu, karena setiap anggota yang dimiliki oleh Gengcobra memiliki peraturan bahwa mereka harus menjaga rapat rapat persoalan apapun itu yang berhubungan dengan Gengcobra.
Pria itu menatap Nadhira dengan telitinya, bagaimana bisa seorang gadis mengetahui mengenai soal Gengcobra apalagi wajah gadis itu seperti sangat familiar baginya, pria itu sedikit heran dengan sosok gadis yang ada didepannya.
"Gengcobra? Bagaimana anda bisa mengetahui tentang geng itu? Siapa anda sebenarnya?".
Pemilik kios itu begitu terkejut ketika seorang gadis yang ada didepannya itu menanyakan sesuatu mengenai Gengcobra, yang sebenarnya tidak ada yang mengetahui tentang geng tersebut, meskipun begitu sebagai besar anggota Surya Jayantara tidak banyak yang mengetahui tentang Gengcobra.
Hal itulah yang membuat sang pemilik kios begitu terkejut tiba tiba Nadhira menanyakan tentang anggota Gengcobra, dan berpikir bahwa gadis yang ada didepannya bukanlah gadis biasa dan gadis itu memiliki hubungan dengan anggota Gengcobra.
Sosok pria yang ada didepannya adalah anggota penting dari Surya Jayantara sehingga ia dapat mengetahui tentang Gengcobra, dulunya dia juga bagian dari Gengcobra itu sendiri akan tetapi dirinya memutuskan untuk hidup tenang bersama dengan istrinya dengan membangun sebuah kios didekat perairan danau yang ramai pengunjung itu.
Setiap anggota yang keluar ataupun berhenti dari Gengcobra maupun Surya Jayantara karena ingin hidup bebas dan tenang seperti penduduk pada umumnya, mereka disumpah terlebih dahulu agar tidak menceritakan apapun dan kepada siapapun kalau mereka mengenali atau sekedar tau mengenai anggota Gengcobra.
Akan tetapi Nadhira sendiri dengan terang terangan menanyakan sesuatu mengenai anggota Gengcobra, hal itu membuat pria itu merasa curiga kepada Nadhira, padahal tidak ada yang mengetahui tentang geng tersebut, ataupun berani mengucapkan nama dari geng tersebut.
"Saya bukan siapa siapa dari mereka Pak, hanya sekedar kenal saja dengan pemimpinnya, itupun hanya kebetulan saja".
"Apa! Tidak banyak orang yang dapat mengenal pemimpin mereka apalagi dengan anggota mereka selama ini, anda pernah bertemu dengan pemimpin mereka dimana? Bagaimana anda bisa tau kalau anda bertemu dengan pemimpin mereka? Padahal pemimpin mereka sendiri sangat tertutup dengan dunia luar selama ini" Tanya pria itu dengan penuh selidik kepada Nadhira.
Nadhira menggaruk kepalanya sendiri yang tidak gatal, entah alasan apa lagi yang harus ia katakan kepada pria itu, dan sepertinya dirinya benar benar kehabisan alasan yang tepat untuk menjawab pertanyaan beruntun dari pria itu.
"Itu Pak, aku tidak sengaja mendengarnya saja ketika lewat dijalan, dan aku menduga bahwa pria yang pernah aku temui itu adalah pemimpin Gengcobra".
"Apakah anda hanya beralasan saja Mbak? Setau saya sendiri sih tidak ada yang tau kalau Surya Jayantara itu memiliki hubungan khusus dengan Gengcobra, dan masyarakat meyakini bahwa Surya Jayantara adalah sebuah organisasi yang dibangun oleh pemerintah".
"Gawat, apa yang harus aku katakan sekarang, semakin lama sepertinya pria ini semakin menjerumuskan diriku saja" Batin Nadhira menjerit.
"Kenapa kau tidak bilang saja, kalau ada hubungan yang erat antara kau dan pemimpin mereka, bereskan?" Ucap Nimas dengan entengnya.
"Kalau aku mengatakan itu sama saja aku mengungkap identitas Rifki, dan pria ini akan terus bertanya mengenai sosok pemimpin Gengcobra nantinya, dan hal itu akan membuat Rifki kecewa".
"Suruh dia diam saja, kalau dia terus bertanya ancam saja kalau kau akan memanggil anggota Gengcobra ketempat ini".
"Memanggil mereka? Dengan cara apa ha? Nomer aja tidak punya".
"Hanya ancaman saja Dhira bukan sungguhan, lagian itu memang benar adanya, kau dan Rifki kan memiliki hubungan khusus".
"Itu juga akan membongkar identitasku sebagai sahabat Rifki, kau tau sendiri kan, kalau Gengcobra adalah sebuah geng yang besar, bagaimana kalau banyak orang yang menjadi musuh bagi geng itu dan mereka tau kalau aku ada hubungannya dengan mereka? Mungkin aku sendiri yang akan menjadi incaran mereka nantinya".
"Iya juga sih, nantinya aku sendiri yang bakal kerepotan untuk melindungimu, apa kau tidak mengingat sesuatu tentang peraturan yang ada didalam Surya Jayantara yang dapat membuat pria ini berhenti untuk bertanya?".
"Peraturan? Aku tidak terlalu hafal dengan peraturan yang ada didalam Surya Jayantara maupun Gengcobra, sudah lama aku tidak ketempat itu jadi aku lupa dengan peraturan yang ada disana".
"Haduh Dhira, pikirkanlah lagi, terserah peraturan apapun yang kau ingat itu, agar orang ini tidak bertanya terus terusan seperti ini, dan teman mu itu terlalu lama dikamar mandi, emang ngapain aja sih lelaki itu didalam".
"Entahlah, biar aku pikir pikir dulu apa yang aku ingat".
Pria itu nampak melihat bahwa gadis cantik yang ada didepannya sedang melamun seperti memikirkan apa yang harus ia katakan selanjutnya, akan tetapi yang sebenarnya terjadi adalah bahwa gadis yang ada didepannya itu sedang berbicara dengan mahluk gaib yang selalu mengikutinya.
"Mbak, Mbak ngak apa apa kan? Kenapa Mbak diam saja?" Tanya pria itu dan seketika membuat Nadhira membuyarkan lamunannya itu.
"Ngak apa apa kok Pak, bukannya setiap anggota Surya Jayantara tidak boleh menanyakan tentang Gengcobra kepada orang lain ya Pak? Dan peraturan itu tertulis begitu jelas dan ditanamkan begitu dalam kepada setiap anggota Surya Jayantara".
"Bagaimana anda bisa tau mengenai soal itu? Kalau sampai anggota Gengcobra mendengarnya, bisa bisa mereka akan menjatuhkan hukuman kepadaku, siapa anda sebenarnya? Kenapa anda bisa mengetahui soal peraturan Surya Jayantara juga?"
"Sudah ku katakan kan Pak, kalau saya hanya sekedar tau mengenai soal Gengcobra dan pemimpin dari Gengcobra sendiri, ketika bertemu dijalan mereka sedang membicarakan mengenai Surya Jayantara, dan mengenai peraturan yang ada didalam Surya Jayantara itu sendiri".
"Sepertinya anda tau betul mengenai Gengcobra ataupun Surya Jayantara, apa mungkin anda begitu dihormati didalam Gengcobra? Ataukah anda adalah bagian dari mereka dan hanya sekedar menyamar menjadi masyarakat biasa saat ini? Kalau saya boleh tau siapa nama anda?"
"Nama saya tidak terlalu penting kok Pak, saya hanya orang luar dari Gengcobra dan tidak ada hubungannya dengan anggota Gengcobra maupun Surya Jayantara, saya tidak sengaja bertemu dengan pemimpin mereka itu saja kok Pak" Bohong Nadhira.
"Sepertinya saya pernah melihat wajah anda sebelumnya, tapi dimana ya, saya lupa".
"Bagaimana mungkin kita bisa bertemu sebelumnya Pak, mungkin hanya orang lain saja yang mirip dengan saya Pak".
"Tidak hanya mirip saja tapi juga seperti sama persis, dimana ya aku pernah melihat wajah ini?".
"Sudah Pak jangan terlalu dipikirkan, mungkin kita memang pernah bertemu dijalan sebelum jadi Bapak seperti pernah melihat diriku".
Pria itu terus mencoba untuk mengingat ingat dimana dirinya pernah melihat wajah Nadhira sebelumnya, akan tetapi seperti pria itu tidak mampu untuk mengingatnya sampai sampai kepala terasa sedikit pusing jika dipaksakan untuk mengingat.
Keduanya berdiam diri cukup lama hingga akhirnya Theo keluar dari kamar mandi itu dan langsung duduk bersama dengan mereka, pria itu juga menyuruh Theo untuk meminum minuman yang telah ia buatkan itu untuk keduanya, Theo hanya mengangguk dan langsung mengangkat gelas tersebut dengan hati hati.
Dengan perlahan lahan Theo mulai menyeruput minuman itu dan langsung membuat tubuhnya terasa begitu hangat meskipun udara dingin seperti tak henti hentinya untuk menabrakkan diri kepada kulit luarnya sehingga Theo masih terasa sedikit mengigil.
Sebelumnya Theo mandi dahulu dan membersihkan seluruh tubuhnya, Theo takut akan mengalami gatal gatal karena tidak tawar dengan air yang ada didanau itu sehingga mandinya begitu lama dan membuatnya mengigil karena angin malam.
Pria itu terus menatap kearah Nadhira dan mencoba mengingat kembali dimana dirinya pernah bertemu dengan Nadhira sebelumnya, wajah Nadhira tidak begitu asing menurutnya dan pria itu merasa pernah melihat wajah itu.
Nadhira menyeruput minuman itu sambil berdoa semoga pria itu sama sekali tidak mengenalinya, Nadhira merasa lega karena dapat lolos dari pertanyaan pertanyaan yang dilontarkan oleh pria itu sebelumnya akan tetapi dirinya kembali merasa gelisah ketika pria itu mengatakan bahwa dirinya pernah bertemu dengannya sebelumnya.
"Saya baru ingat Mbak, anda pernah datang ketempat Surya Jayantara bersama dengan Tuan Muda kan? Wajah anda sangat mirip dengan gadis waktu itu".
Pria itu seketika nampak teringat dengan sosok Nadhira yang pernah dibawa oleh Rifki ketempat Surya Jayantara untuk melihat kasus yang pernah terjadi kepada seorang gadis yang bunuh diri karena kesuciannya yang direbut oleh seorang pemuda akan tetapi pemuda itu tidak mau bertanggung jawab.
Theo yang baru saja datang tidak mengerti apa yang tengah keduanya bicarakan saat ini, Theo mengetahui tentang Surya Jayantara itu akan tetapi kenapa tiba tiba pemilik toko mengatakan bahwa Nadhira pernah datang ketempat itu bersama dengan seorang Tuan Muda, siapa Tuan Muda yang orang itu maksud? Theo merasa bingung sendiri.
Theo tidak mengetahui bahwa yang dimaksud pria itu Tuan Muda adalah Rifki, karena yang ia ketahui adalah Surya Jayantara berjalan karena bantuan dari pemerintah akan tetapi yang sesungguhnya adalah Surya Jayantara mampu berdiri dengan kokohnya selama ini adalah berkat bantuan dari Gengcobra dan Abriyanta Groub.
"Mungkin hanya mirip saja kali Pak, tapi saya tidak pernah datang ketempat itu, apalagi tempat seperti apa juga saya tidak mengetahuinya Pak, lokasinya juga saya tidak tau Pak, bagaimana anda bisa melihat saya disana?" Bohong Nadhira.
"Apa mungkin seperti itu?".
"Iya Pak, aku pernah membaca sebuah majala kalau manusia yang sebenarnya itu memiliki kembaran sebanyak 7 orang, jadi wajah seperti wajahku itu pasti ada orang lain yang mirip".
"Benar juga apa yang anda katakan, tapi kenapa aku masih merasa bahwa anda adalah gadis itu, anda juga mengetahui peraturan yang ada disans".
"Sebenarnya apa yang kalian katakan? Temanku ini tidak pernah datang ketempat itu sebelumnya, dan untuk apa temanku datang ketempat itu?" Tanya Theo yang ikut bicara setelah tubuhnya mulai perlahan lahan merasa hangat.
"Apa kau sudah mendingan Theo?" Tanya Nadhira.
"Sedikit mendingan kok".
"Kalau sudah mendingan, ayo pulang, ini sudah jam 10 malam, aku takut nanti Oma nyari in".
"Baiklah".
Nadhira sebenarnya sudah tidak betah ditempat itu karena pertanyaan dari orang tersebut sama sekali tidak ada habisnya, ini adalah kesalahannya sendiri karena pertanyaannya yang tanpa ia sadari sebelumnya hingga membuat pria yang menjadi pemilik kios itu terlalu banyak bertanya kepadanya.
Nadhira tidak menyangka sebelumnya bahwa pemilik kios adalah orang yang pernah menduduki posisi penting didalam organisasi Surya Jayantara hingga akhirnya dia memutuskan untuk menjadi pemilik kios atas perintah dari istrinya.
Sebenarnya gaji mereka yang ada didalam Surya Jayantara cukup besar hingga dapat membuat mereka mampu untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak mereka, apalagi gaji yang didapatkan oleh anggota Gengcobra selama ini, akan tetapi istrinya tidak ingin bahwa dirinya memiliki hubungan dengan organisasi seperti itu yang dapat membahayakan keselamatannya sendiri karena tanggung jawabnya cukup besar.
Untuk dapat masuk kedalam anggota Gengcobra sangatlah tidak mudah dan dibutuhkan begitu banyak seleksi dan hanya sedikit yang mampu lolos dari seleksi tersebut dalam setahun saja yang lolos hanya sekitar satu atau dua orang, oleh karena itu akan sangat disayangkan kalau keluar dari Gengcobra dengan gaji yang cukup banyak itu, akan tetapi hanya demi istri tercintanya itu ia rela keluar dari Gengcobra maupun Surya Jayantara tersebut.
Theo merasa bahwa tubuhnya sudah sedikit enakan dari pada sebelumnya dan bisa untuk melanjutkan perjalanan, hal itu membuat Nadhira dan Theo segera membayar pakaian dan minuman yang telah keduanya gunakan maupun nikmati itu, dan setelah itu mereka segera berpamitan kepada pemilik kios.
...Jangan lupa like, coment dan dukungannya 🥰 Terima kasih ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 245 Episodes
Comments
Sriyanti Sriyanti
alasan yg bagus
2022-10-26
2
Sui Ika
iya nih, kok bisa tahu si nadhira. padahal pemimpinnya sendiri nggak tahu kalau dia adalah pemimpinnya. 🧐
2022-08-20
0
Sui Ika
Wake up nadhira, he is just eek. you know, something that you can push, 😂 oh i can't imagine, theo in sepsiteng wkwkwk
2022-08-20
0