Saat Bryan akan mengejar Maura dan pria yang menyeretnya ke dalam mobil, dia tak sengaja menabrak seorang kurir makanan yang sedang membawa makanan. Hingga makanan itu jatuh ke lantai berserakan, makanannya berupa ayam paha dan sayap.
"Sorry, saya tidak sengaja. Apa bapak baik-baik saja?" Bryan membantu si kurir makanan itu berdiri.
Sial! Aku jadi kehilangan Maura! Oh God!. Bryan tidak melihat mobil yang membawa Maura pergi dan sudah jelas bahwa dia tertinggal.
"Saya tidak apa-apa pak," jawab si kurir itu yang topinya terjatuh.
Ketika Bryan menatap wajah kurir itu, dia tampak tak asing dan pernah melihatnya. "Pak Revandra??"
"Pak Presdir? Mengapa anda ada disini?"
"Mengapa pak Revandra ada disini dengan memakai pakaian..." Bryan melihat Evan memakai pakaian kurir fried chicken.
Setelah menyelesaikan masalah pesanan ayam kepada pelanggan dengan bantuan Bryan yang mengganti semua makanannya. Bryan mengajak Evan untuk bicara, bahkan memintanya untuk makan malam di hotel. Awalnya Evan menolak karena merasa tak nyaman, namun Bryan memaksa dengan mengancam akan memotong gaji.
"Pak Presdir, saya sangat berterimakasih dan saya minta maaf karena sudah membuat pak presdir kerepotan."
"Tidak apa-apa, sudah berapa kali kamu meminta maaf. Silahkan, makan saja." kata
"Tapi saya merasa tak enak, kenapa saya makan sendiri?" Evan tak enak karena Bryan tidak makan seperti dirinya.
"Oh saya tidak makan malam karena saya sudah makan, tapi saya kan makan dessert." jawab Bryan ramah.
"I-iya pak."
Baik sekali pak Bryan ini, walaupun dia bule tapi dia ramah.
"Tolong, bicara enjoy saja dengan saya," kata Bryan sambil tersenyum.
Bryan mengajak Evan mengobrol sambil makan. Dia bertanya mengapa Evan melakukan pekerjaan sampingan, padahal susah bekerja di perusahaannya. Evan menjawab bahwa dia harus punya banyak uang untuk menebus hutang Maura dan juga biaya lainnya. Evan tidak bisa menunggu sampai gajihan, karena dia sangat memerlukan uang.
"Hutang? Maura itu siapa kamu? Mengapa dia berhutang dan kepada siapa dia berhutang?" tanya Bryan yang pura-pura tidak tahu hubungan persaudaraan antara Maura dan Evan.
"Maura adalah sepupu saya dan dia berhutang pada pria brengsek itu. Dia...kalau bukan karena aku saat itu, mungkin Maura tidak akan terjebak dalam dendamnya seperti ini." Evan geram dan sedih ketika membicarakan Maura.
"Terjebak dendam? Siapa pria brengsek yang pak Evan maksud itu?!" Bryan semakin penasaran dengan apa yang terjadi pada Maura.
Evan pun mengutarakan beban di hatinya. "Sepupu saya, dia telah ditipu habis-habisan oleh orang yang sangat dia cintai. Setelah Maura menikah, suaminya berzina dengan wanita lain di ranjang pengantin mereka. Kemudian, saat itu om saya masuk ke dalam rumah sakit, dia terkena serangan jantung mendadak karena semua perusahaan, aset-aset milik keluarga kami tiba-tiba saja berpindah tangan padanya. Saya...saat itu sangat emosi, hingga saya memukuli si brengsek itu sampai babak belur lalu saya masuk jeruji besi. Maura lah yang membebaskan saya, dia juga terpaksa meminjam uang dari si brengsek Bara demi biaya rumah sakit om saya. Sekarang setiap hari dia....hiks..."
Evan tidak sanggup lagi bercerita, dia menangis memikirkan Maura yang malang. Bryan juga terbawa suasana, dia tidak tahu situasi Maura seperti itu.
Ya Tuhan, apa yang aku lakukan? Mengapa tadi aku berkata seperti itu padahal aku tak tahu situasinya? Sial! Aku jadi merasa bersalah.
Bryan mengambilkan tisu untuk Evan mengusap air matanya.
"Maaf pak, saya malah curhat dan menangis didepan bapak. Karena setiap saya melihat Maura, saya tidak berani untuk seperti ini."
"Tidak apa-apa. Tidak baik menyimpan dan menahan semuanya sendiri. Ngomong-ngomong, berapa hutang kalian pada pria itu?" tanya Bryan dengan mata tajamnya.
Evan menatap Presdirnya dengan bingung. Kenapa dia menanyakan jumlah hutang padanya? Mau apa?
****
Didepan rumah mewah Bara. Pria itu menyeret Maura keluar dari mobil dengan kasar. Semua pelayan bahkan penjaga di rumah itu melihat perlakuan Bara pada Maura
"Lepaskan aku! Apa kamu sudah gila?" Maura yang tidak tahu apa-apa, tiba-tiba saja ditampar dan diseret oleh Bara setelah keluar dari hotel.
Bara tidak bicara, dia membopong tubuh Maura dengan paksa. Maura mengigit bahkan mencubit kulit Bara seraya memberontak padanya. Namun, Bara seperti tidak merasakan apapun.
"Lepaskan aku! BARA!" Pinta Maura sambil memukul-mukul punggung Bara.
"Bara? Kenapa kamu bawa gadis ini lagi? Bukankah dia sudah pulang?" tanya Alya yang melihat Bara membawa Maura. Alya sendiri sedang menonton televisi bersama Ghea.
"LEPASKAN aku b*jing*n!" teriak Maura.
"Ibu, Ghea! Jangan ada yang pergi ke kamar atas!" ujar Bara pada adik dan ibunya.
Ghea dan Alya terdiam dengan wajah bingung. Mereka membiarkan Bara bicara dan melakukan semaunya.
Bara naik ke lantai atas sambil membopong Maura di bahunya. Dia membawa Maura masuk ke dalam kamar, tak lupa dia mengunci pintu kamar itu.
BRUGH!
Maura dilemparkan ke ranjang dengan kasar oleh Bara. "Apa yang mau kamu lakukan?"
"Berapa biayanya semalam?" Tanya Bara sambil melepaskan kancing bajunya satu persatu.
"A-apa??" Maura bingung dengan apa yang dikatakan Bara.
Bara telah telanjang dada, dia memegang kedua tangan Maura dengan cengkeraman kuat."Aku bilang berapa uang yang bisa aku habiskan untuk menyewamu semalam?!"
"Apa maksud kamu ini?! Kamu pikir aku wanita macam apa?" Maura sakit hati tidak terima dengan penghinaan Bara.
Bara, kenapa hubungan kita jadi begini? Kenapa?
"Memang kamu begitu kan? Keluar dari hotel dan kamu pergi bersama seorang pria kalau bukan untuk tidur bersama?!"
"BARA!!" Teriak Maura membentak, bulir-bulir air mata perlahan jatuh membasahi pipinya.
"Jangan menangis, tenang saja...aku akan bayar mahal." Bara menatap tajam ke arah Maura.
Bara melahap bibir Maura dengan kasar dan memaksa.
...****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
lina
tendang apa itu nya maura, ih diem bae si..
2022-08-21
0
lina
haduuuh s maura mau d apain ya 😭 kasian
2022-08-21
0
lina
mau d bayarin🤭🤭
2022-08-21
0