Maura belum terbiasa dengan perubahan sikap Bara padanya. Pria yang dulu perhatian dan lembut berubah menjadi dingin dan kejam dalam sekejap mata. Bahkan kini dia berani membentak Maura, tak cukup dibentak, Maura juga sudah beberapa kali ditampar olehnya.
Gadis itu kembali ke kantor dengan malas, dia segera menghadap ke ruang Presdir. Sesampainya disana dia melihat Bara sedang memeriksa beberapa dokumen bersama Nathan.
Kamu gak pantas duduk di kursi itu, Bara. Suatu saat nanti, pada suatu hari...kursi itu akan kembali kepada pemilik sebenarnya. Maura menajamkan pandangannya ketika melihat Bara duduk di kursi Presdir.
"Oh, kamu sudah datang." Sambut Bara dengan suara yang sinis.
"Ada apa bapak memanggil saya? Ini masih jam makan siang." kata Maura bertanya seraya menegaskan.
"Darimana saja kamu?" Bara bertanya sambil menatap tajam istrinya.
"Darimana saya, saya pikir itu bukan urusan bapak." jawab Maura ketus.
"Heh! Kamu lupa ya, kita adalah suami istri. Seorang suami berhak tau kemana istrinya pergi." Bara menggunakan kata suami-istri untuk bertanya kemana Maura pergi.
Beraninya kamu pergi dengan pria lain, disaat aku masih ada disini.
"Hah? Suami-istri? Saya dan bapak? Sepertinya hanya diatas kertas saja." ucap Maura ketus.
Mata Bara melotot pada istrinya. "Beraninya kamu..."
"Kenapa? Apa kamu mau memukulku lagi?!" tanya Maura menantang pria itu.
"Haahh.. sudahlah...aku memanggilmu kemari karena tadi kakakmu datang kemari." ucap Bara sambil menghela nafas.
"Kak Evan?" gumam Maura pelan. "Kak Evan, mau apa dia kesini?" tanya Maura sambil menatap Bara dengan tajam.
"Dia mengacau disini, mengamuk menanyakanmu. Lalu aku meminta satpam membawanya, bagaimana? Apa kamu mau dia dibawa ke pihak berwajib?" tanya Bara sambil tersenyum sinis.
"A-apa? Kamu mau bawa kakakku kemana?" Maura emosi ketika Bara mengatakan akan membawa kakaknya kembali ke jeruji besi.
"Tenang dulu, aku tidak akan membawanya ke jeruji besi dan meminta satpam membebaskannya. Tapi malam ini kamu harus tinggal di rumahku sampai pagi." ucap Bara tegas.
Maura mengepalkan tangannya dengan kesal. "Katanya...aku hanya berada dirumahmu pada pagi, siang atau sore hari. Kenapa dengan malam juga aku harus kesana? Bukankah itu melanggar kontrak!" Maura hanya bisa membela dirinya ketika tak ada yang bisa membelanya. Hanya dirinya sendiri yang bisa dia andalkan.
Bara beranjak dari tempat duduknya. Kemudian dia menaikkan dagu Maura, "Kamu jangan bicara soal kontrak denganku Maura! Kamu harus ingat siapa dirimu saat ini, kamu...adalah budakku dan poin kontrak nomor 10 yang belum ditambahkan secara resmi...bahwa kamu akan datang ketika aku panggil disaat seperti apapun. Setelah aku membebaskan Evan dari penjara!"
Maura tidak bergeming, dia memang tidak bisa berbuat apa-apa saat ini. Dia adalah wanita yang menghargai janji hitam diatas putih, dia yang meminta bantuan Bara, maka dia yang harus menerima akibatnya.
"Baiklah, malam ini aku akan menginap di rumahmu." ucap Maura dengan berat hati.
Bara melepaskan tangannya dari dagu Maura. "Bagus, kalau begini dari tadi kan enak..."
"Ya, jadi tolong bebaskan kak Evan."
"Ya nanti aku akan bebaskan dia," kata Bara santai.
"Sekarang, pak BARA!" Seru Maura tegas.
"Kamu selalu tidak sabar, inilah yang membuatmu ceroboh dan gegabah dalam setiap mengambil keputusan." Bara tersenyum sinis, dia mengambil gagang telepon dan langsung menghubungi Nathan lalu meminta sekretarisnya untuk membebaskan Evan yang ditahan dibagian keamanan perusahaan itu. "Kamu PUAS?"
Maura tidak menjawab atau mengatakan terimakasih, dia menelan ludah. Gadis itu membalikkan badannya, dia melangkah pergi dari sana.
"Maura...siapa laki-laki itu?" Tanya Bara tiba-tiba pada Maura, hingga langkah gadis itu terhenti.
Aku tidak pernah melihat Maura bersama laki-laki lain selain Evan, ayahnya si brengsek Samuel dan aku...lalu siapa pria itu?
Deg!
Jantung Maura berdegup kencang, kenapa Bara bertanya tentang laki-laki padanya? Apakah mungkin dia adalah Bryan yang tadi makan siang bersamanya?
Apa kamu masih peduli padaku, Bara? Apa ada sedikit sisa cinta di hatimu untukku?
Maura membalikkan wajahnya, dia mencoba mengetes Bara. "Dia pria yang mentraktirku makan siang. Kenapa?" tanya Maura sambil menatap Bara penuh harapan.
"Tidak apa-apa, hanya saja dia terlalu tua untukmu." jawab Bara ketus.
"Apa?" Maura ternganga dibuatnya.
"Kalau mau cari pria, aku sarankan cari yang lebih bagus sedikit." ucap Bara sambil tersenyum sinis. "Kenapa? Apa kamu tak bisa menemukan pria yang lebih baik dariku?"
Sial! Kenapa aku malah mengatakan hal tidak berguna ini padahal aku sangat penasaran siapa pria itu?
Sakit hati Maura mendengar ucapan Bara, matanya berkaca-kaca. Dia tidak sanggup mendengar kata-kata sinis dan tajam dari suaminya, apalagi melihat wajahnya.
Mengapa aku masih mencintai sampah sepertimu Bara?
"Maura, jangan lupa...kamu adalah budakku, aku adalah tuanmu!" Ucap Bara menegaskan lagi bahwa Maura hanyalah budaknya.
Maura terdiam, dia pergi meninggalkan ruangan itu dengan perasaan sedih.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
lina
🤣🤣🤣 nanya juga kan lu!! bilamg aja cemburu
2022-08-14
0
lina
dasar licik lu bara
2022-08-14
0
lina
lu aja berani mesra mermsraan ama pacar apa lagi d depan maura
2022-08-14
0