...🍀🍀🍀...
Bryan tersenyum sinis, mendengar Maura sudah menikah. Entah kenapa hatinya menjadi resah dan gelisah. "F*ck!"
"Pak Presdir, saya mengerti perasaan pak Presdir...namun saya belum selesai menjelaskan situasinya."
"Ah! Sudahlah, jangan bicarakan lagi tentang wanita itu! Beraninya dia menggodaku, padahal dia sudah memiliki suami." Bryan terlanjur marah dan kecewa saat mengetahui bahwa Maura sudah menikah.
"Tapi pak, sebenarnya-"
"Ferry, hentikan! Pergi saja kerja sana! Jangan datang ke ruanganku sebelum aku memanggil!" seru Bryan pada sekretarisnya itu. Perubahan raut wajah Bryan cukup cepat, Padahal belum lama dia tersenyum dan sekarang dia sudah menunjukkan kekesalannya karena wanita bernama Maura.
Ferry menghela nafas panjang, dia pun menundukkan kepalanya, kemudian pergi dari ruang Presdir. "Haaah...pak Presdir benar-benar keras kepala, Padahal aku ingin memberitahu dia bahwa mungkin hubungan Bu Maura dengan suaminya tidak seperti yang dia pikirkan. Haaahhh...ya sudah deh, biarkan saja dia berspekulasi seperti apa yang ia pikirkan."
Ferry kembali ke tempatnya bekerja seperti biasa, dia meninggalkan sang Presdir yang terlihat kesal karena wanita bernama Maura.
"Ah sialan! Aku tidak bisa fokus bekerja kalau begini caranya! Aku akan bicara dengannya dan mengutarakan semua kekesalanku padanya yang sudah menipuku." Bryan mendengus kesal.
Sepanjang hari itu, Bryan tidak fokus bekerja karena memikirkan Maura yang sudah menikah. Dia pun menghubungi Maura, namun gadis itu tidak kunjung mengangkat telepon darinya. Maura sendiri sedang sibuk menyetrika baju Ghea yang belum lama di cuci di rumah itu.
"Cepetan! Lama banget sih! Aku mau pakai bajunya sekarang!" Ghea meminta pada Maura untuk lebih cepat menyetrikanya.
"Bisa gak bicaranya yang sopan? Aku ini lebih tua dari kamu, apa begini cara kakak dan ibu kamu mendidikmu?" tanya Maura mulai kesal dengan sikap Ghea yang selalu tidak sopan padanya.
Alya datang menghampiri Maura sambil mendorong sedikit tubuhnya."Apa kamu bilang? Mendidik? Beraninya kamu ngomong soal didikan sama anak saya."
"Memang didikannya kurang kok, buktinya dia gak sopan sama yang lebih tua!" kata Maura yang kesabarannya diambang batas.
Ya Allah, aku gak tahan lagi. Udah satu bulan aku diperlakukan seperti ini dan aku diam saja. Aku pikir jika diam, mereka akan berhenti tapi mereka masih begini dan semakin memperlakukan sewenang-wenang.
"Bu, lihat dia! Babu aja berani ngomong kasar, kita harus kasih pelajaran sama dia." Ghea menyilangkan kedua tangannya didada dengan angkuh.
"Heh! Ngomong-ngomong soal didikan orang tua, kamu juga lebih parah. Bapak kamu itu seperti binatang, dia punya penyakit kejiwaan karena memperkosa dan membunuh wanita yang seumuran anaknya sendiri. Jangan sok suci deh kamu ngomong soal didikan, kamu sama bapak kamu sama aja!" Alya mendorong-dorong kepala Maura dengan jari telunjuknya dan mengenai perban di keningnya.
Mata Maura menatap Alya dengan tajam. "Ibu...tolong jangan keterlaluan, jangan bawa-bawa ayah saya."
"Kenapa? Emang faktanya ayah kamu itu binatang!" Alya menatap tajam ke arah Maura.
"Itu...itu..." Maura tidak bicara bicara, memang fakta itu tidak bisa dia bantah. Ayahnya telah melakukan kesalahan.
"Apa kamu tau berapa banyak wanita yang menjadi korban penjahat seperti ayahmu? Bukan hanya almh Alina saja, kakak pak Nathan juga menjadi korbannya! Dan entah siapa lagi korbannya selain itu." Alya menjelaskan pada Maura tentang kakaknya Nathan yang juga menjadi korban.
Maura tercengang karena dia baru mengetahui hal ini. "Kakak nya pak Nathan? Apa maksud ibu?"
"Jadi kamu gak tau ya tentang kakaknya pak Nathan? Dia juga diperlakukan seperti Almh Alina, oleh bapak kamu!" Seru Alya dengan suara keras.
Jadi ini sebabnya pak Nathan juga berkhianat pada ayah? Ayah...kenapa ayah sejahat itu?
Setelah selesai menyetrika baju Ghea, Maura pamit untuk pergi ke tempat Hanna dan beristirahat disana, berhubung semua pekerjaan sudah selesai. Maura diperbolehkan pulang oleh Alya, karena saat dia meminta izin tidak ada Bara disana. Bara pergi dengan Nathan setelah dia mendapatkan telepon dari kliennya.
Maura dalam perjalanan pulang ke rumahnya, dia baru saja mengecek ponselnya sambil menunggu angkot lewat di ujung kompleks rumah itu. Dia tidak punya uang cukup untuk ojek apalagi naik taksi.
"Ya Allah, ternyata begini rasanya hidup susah. Aku harusnya lebih banyak bersyukur atas nikmat yang selalu Allah berikan padaku." ucap Maura sambil menyandarkan kepalanya pada besi yang ada di tempat duduk. "Ayah...kapan ayah sadar? Ayah tolong bantu Maura, bilang kalau ayah bukan orang jahat seperti apa yang mereka katakan..."
Ketika wanita itu sedang menangis sendirian, sambil melamun. Sebuah mobil mewah berhenti didepannya, kemudian pintu mobil itu terbuka.
"Kamu benar-benar membuatmu gila!" ucap Bryan tiba-tiba pada Maura.
"Pak Bryan?" Maura menyeka air matanya, dia langsung berdiri ketika melihat pria tampan itu berdiri dihadapannya.
Sial! Aku berpikir untuk meninggalkannya saja, tapi kenapa aku malah balik lagi kesini?
Bryan menatap Maura dengan tatapan yang tidak bisa di artikan dengan kata-kata. "Pak Bryan, kenapa bapak ada disini? Apa bapak mau menagih hutang? Padahal sudah satu bulan tidak ada kabar, saya pikir bapak sudah melupakannya." pikir Maura karena Bryan tidak ada kabar selama satu bulan.
"Kamu...ikut aku! Mari kita bicara!" Bryan membawa Maura masuk ke dalam mobilnya.
Ini harus diselesaikan, benar...
Maura dan Bryan naik mobil bersama lalu mereka pergi darisana. Tanpa mereka sadari, seseorang dari dalam mobil belakang melihat kepergian mereka.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
lina
pasti bara 🤣🤣
2022-08-15
0
lina
🤣🤣🤣 ora lu udh cinta 🙈🙈
2022-08-15
0
lina
ayah lu butuh bini 🙈🙈
2022-08-15
0