...🍀🍀🍀...
Tidak! Setelah aku pikir-pikir lagi, aku tak perlu meminta bantuan padanya. Aku masih punya waktu mencari uang untuk ayah.
Maura melangkah pergi dari kamar itu dengan cepat. Dia memutuskan untuk tidak meminta bantuan dari Bara, suami brengseknya itu dan mencari uang dengan caranya sendiri.
Bara melihat wanita itu pergi dari kamarnya, Nathan juga menatap punggung Maura yang meninggalkan kamar itu dengan wajah marah.
"Hah! Lihat, betapa angkuhnya dia!" Bara mendengus kesal saat melihat Maura pergi dari sana. "Lihat saja, nanti dia akan kembali lagi." gumam Bara yakin.
"Pak Bara, apa kita harus sampai seperti ini?" tanya Nathan dengan wajah memelas.
"Kenapa Nathan? Apa kamu merasa kasihan pada Maura dan papanya? Kamu sudah melakukan sejauh ini untuk membantuku, apa sekarang kamu menyesal? Nasi sudah jadi bubur...Nathan." jelas Bara sambil menatap tajam ke arah Nathan.
Apa yang dikatakan pak Bara benar...aku sudah terlanjur berbuat, nasi sudah menjadi bubur. Tapi, aku kasihan pada non Maura.
"Saya tau pak, tapi apa bapak tidak kasihan pada nona Maura? Dia mencari uang dengan memakai baju seperti itu, setidaknya berikan non Maura baju-bajunya." Nathan masih memiliki rasa empati pada Maura, walau dia mengkhianati keluarganya.
"Jangan kasihan padanya Nathan, kamu harus ingat apa yang dia lakukan pada kakak kamu! Biarkan si Samuel itu tau bagaimana rasanya karma, dia punya anak perempuan... bagaimana rasanya jika anak perempuannya menderita." Bara mengingatkan lagi luka Nathan yang disebabkan oleh Samuel.
Nathan yang tadinya bersimpati pada Maura, raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi marah. Saat dia teringat dengan kakaknya yang menjadi gila karena dilecehkan oleh Samuel saat menjadi sekretarisnya di kantor.
"Kamu gak lupa kan, Nathan? Alasan kita berdua berada di pihak yang sama!" kata Bara sambil tersenyum menyeringai.
Tangan Nathan terkepal gemetar, sorot matanya tajam penuh luka. "Ya, saya tidak pernah lupa... bagaimana pria b*jing*n itu melecehkan kakak saya hingga kakak saya berakhir di rumah sakit jiwa!"
"Bagus, jangan lupakan itu Nathan...jangan kasihan padanya, karena dia berhak mendapatkan semua ini." Bara terus mengompori Nathan dengan amarah dan dendam.
Samuel memang penjahat wanita diluar rumah, didepan putrinya saja dia tampak seperti ayah penyayang dan baik hati. Namun, dia memiliki sikap jahat terhadap wanita di masa lalunya. Banyak wanita yang menjadi korban pelecehan, salah satunya kakak Nathan dan Alina, sayangnya Maura tidak tahu semua itu sampai sekarang karena ayahnya tetap tutup mulut.
*****
Maura sampai didepan sebuah rumah kontrakan, dia mengetuk pintu kosan itu. Tubuhnya terasa tidak enak karena belum mandi dan berganti pakaian, ditambah lagi ketika dalam perjalanan ke kontrakan itu, semua orang menatap Maura dengan aneh.
Seseorang membuka pintu kontrakan, terlihatlah seorang wanita berambut pendek disana. Wajahnya terlihat sinis melihat Maura, dia hendak menutup pintunya lagi tapi Mayra menahannya.
"Huh! Kamu, aku kira siapa?"
"Han! Tolong...kita harus bicara," pinta Maura seraya memohon pada sahabatnya.
"Kenapa kamu mau bicara padaku? Bicara saja sama si Bara sana, kamu kan hanya percaya sama dia." ucap Hanna menjawab dengan ketus sambil menutup pintu kosannya.
"Hanna, kamu benar! Bara itu jahat..." Maura menatap Hanna dengan mata berkaca-kaca.
Hanna menghela nafas, akhirnya dia mengizinkan Maura masuk ke kosannya. Hanna meminta Maura duduk di sofa kecilnya, sementara dia menyeduhkan sesuatu untuk temannya itu. "Han, boleh gak aku izin memakai kamar mandi? Sama pinjam baju kamu?"
"Oke, kamu mandi aja. Ambil aja bajunya di lemariku, aku siapkan dulu sesuatu di dapur." ucap Hanna dengan suara dinginnya.
"Makasih Hanna." Maura terharu dengan Hanna yang masih mau membantunya.
Disaat semua teman yang ku kunjungi menoleh kedatanganku, hanya Hanna yang mau menerimaku. Apa selama ini aku telah salah menilai orang?
"Tapi Maura, maaf...disini gak ada air hangat seperti di rumah kamu. Hanya ada air dingin saja disini." ucap Hanna mengingatkan.
"Gak apa-apa Han, kamu udah mengizinkan aku masuk ke dalam rumah dan memakai kamar mandimu saja, aku sudah sangat berterimakasih." Maura tersenyum pahit mengingat keadaannya dan dia yang dulu selalu mengabaikan Hanna yang peduli padanya.
Maura masuk ke kamar mandi setelah dia memilih baju di kamar Hanna yang sederhana itu. Selagi Maura berada didalam kamar mandi, Hanna sudah menyiapkan sesuatu yang hangat di cangkir berwarna coklat dan beberapa cemilan. Hanna bertanya-tanya dalam hatinya, apa yang terjadi pada Maura yang baru saja menikah kemarin. Gadis itu terlihat sangat berantakan dan seperti habis diusir saja.
Beberapa menit kemudian, Maura keluar dari kamar mandi dengan memakai pakaian yang benar. Tidak baju tidur tipis seperti sebelumnya, baju Hanna agak kebesaran untuknya. Dia berjalan menghampiri Hanna dan duduk di sampingnya. Hanna mempersilakan Maura untuk meminum dan memakan cemilan yang sudah dia siapkan.
"Makasih ya Han," Maura mengambil cangkir diatas meja. "Wah...susu coklat, ternyata kamu masih tau apa yang aku suka." Maura terharu.
"Ya, tentu saja aku tau...hanya kamu saja yang tidak peduli." ucap Hanna ketus.
Tiba-tiba saja butiran air mata menetes ke bawah dari kedua mata Maura. "Hiks...hiks..."
Hanna tercengang, dia langsung bertanya kenapa Maura menangis. Maura menjawab bahwa dia telah salah menilai orang dan dia juga bilang bahwa Hanna benar tentang Bara.
"Jadi...apa yang terjadi sama kamu dan Bara?" tanya Hanna sambil menyilangkan kedua tangannya di dada.
Maura menyeka air matanya, berusaha menahan agar butiran kristal itu tidak mengalir lagi. "Bara menipuku, dia menikahiku karena ingin balas dendam pada ayahku. Dia mengambil semua harta keluargaku, tidak cukup disitu saja...Bara juga membawa wanita lain saat malam pertama kami, mereka...hiks...mereka bercinta disana..."
Maura menangis sesenggukan. Hanna mendekati Maura sambil mengusap-usap punggungnya. "Maura..." lirih Hanna kasihan pada gadis itu.
"Kamu benar Han, kamu dan kak Evan kalian benar.... ternyata ada masalah dengan Bara. Dia tidak pernah mencintaiku selama ini dan semua kebaikannya hanya palsu...maafin aku karena gak percaya sama kamu dan kak Evan."
"Ya sudah, gak usah minta maaf. Yang penting kamu sudah tau seperti apa Bara, tenanglah Maura."
Si Bara itu...aku tau dia gak beres, tapi dia sampai berbuat seperti ini. Rasanya sudah keterlaluan.
Maura memeluk Hanna sambil menangis didalam pelukannya. Dia terus meminta maaf pada Hanna. Setelah mencurahkan semua isi hatinya, Hanna bicara dengan Maura tentang dendam yang dimaksud itu.
"Aku gak tau apa jelasnya, tapi Bara bilang tentang Alina. Ayah juga tidak bilang siapa Alina ini," ucap Maura menjelaskan dengan singkat.
"Hem...sekarang kamu-"
🎶🎶🎶
Telpon Maura berdering, dia segera mengangkat telepon itu. "Halo, iya benar saya Maura...maaf dengan siapa ya saya bicara?" tanya Maura pada orang yang sedang bicara dengannya di telpon itu.
Beberapa detik kemudian, Maura terperanjat tiba-tiba. "APA? Ayah saya kenapa?!"
Hanna menatap Maura dengan kening berkerut, dia terlihat cemas dengan Maura.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
lina
samuel bner2 deh, jahat banget. ira inget punya anak. karma berlaku tau
2022-08-07
0
lina
iya lah d komporin yg dmada jadi g kasian m maura
2022-08-07
0
lina
oooooh beda lagi
2022-08-07
0