Bab 8. Biaya rumah sakit

# Masih Flashback

Alina tidak menjawab pertanyaan Samuel, gadis yang sudah tidak perawan itu tidak punya tenaga untuk bangun, seluruh tubuhnya remuk karena kejadian semalam. Bagian tubuh sensitifnya berdarah dan terasa perih, bahkan darah di seprai menjadi bukti rasa sakit Alina.

"Kamu masih tidak mau menikah meski aku sudah melakukan ini?" tanya Sam sambil menyesap rokoknya, dia menatap Alina dengan tajam.

"Brengsek....anda benar-benar binatang buas. Saya harap anda mendapatkan balasan atas semua perbuatan anda, pak Samuel." Alina menangis dan menyumpahi pria yang sudah memperkosanya itu.

Samuel mengangkat tubuh Alina, kemudian dagunya. "Beraninya kamu mengatakan hal seperti itu padaku! Jadi, kamu mau menikah denganku atau tidak, hah? Aku bisa memberikan apapun yang kamu mau, kemewahan, hidup sebagai nyonya kaya, kamu hanya perlu berada di rumah... menungguku pulang, melayaniku di ranjang, mengurus anakku...tidak sulit!"

Alina jijik dengan pria itu, dia menolak tawaran Samuel untuk menikah. Alina pergi dari villa tempat Samuel memperkosanya itu. Dia menangis, dia memang jijik pada Samuel, tapi dia lebih jijik pada dirinya sendiri yang sudah kotor apalagi dia sudah memiliki kekasih, yaitu Bara.

Satu bulan setelah kejadian itu, Samuel tidak tahu bagaimana kabar Alina dan tidak mendekati Alina lagi. Sampai pada suatu hari, berita mencengangkan terdengar sampai ke telinganya tentang seorang siswi SMA kelas dua yang lompat dari gedung sekolahnya. Dia adalah Alina, wanita yang pernah dia perkosa.

#End Flashback

Maura menatap ayahnya yang masih melamun, dia menantikan penjelasan ayahnya tapi sang ayah malah melamun.

"Ayah!"

"Maura, diam! Jangan tanya lagi tentang dia, jangan bahas!" sergah Samuel pada putrinya.

Tidak, Maura tidak boleh tau tentang kelakuanku di masa lalu. Putriku...dia tidak boleh tau tentangku, kalau dia tau, dia akan kecewa dan marah.

"Aku harus tau tentang Alina, itu karena Bara mengatakan kalau dia melakukan semua ini untuk Alina!" Kata Maura tegas meminta penjelasan.

Samuel terdiam, kedua matanya melebar menatap tajam Maura. Dia sangat terkejut karena Alina mungkin ada hubungannya dengan Bara.

"Bara bicara soal Alina?" tanya Samuel terperangah.

"Iya ayah, dia bicara soal Alina." jawab Maura.

Samuel menolak untuk membahas Alina lebih jauh lagi, dia tidak mau putri kesayangannya tau kelakuan bejatnya di masa lalu. Dia malah meminta Maura untuk meminta pada Bara agar mengembalikan semua harta milik keluarga Agradana. "Ayah, aku rasa aku tidak bisa memintanya dengan mudah. Dia juga membuat kak Evan masuk penjara."

"A-apa?!!" Samuel tercengang lagi, belum cukup semua harta bahkan perusahaannya berpindah tangan pada Bara, kini Evan keponakan yang dia sayang berada didalam penjara. "Ugghhhh...." Samuel memegang dadanya yang terasa sesak. Pria itu meringis kesakitan.

"Ayah! Ayah kenapa ayah?!" Maura panik melihat ayahnya kesakitan, lalu ayahnya tidak sadarkan diri.

Maura berlari memanggil dokter untuk segera datang kesana dan memeriksa papanya. Dokter datang dan memeriksa Samuel, papanya terkena serangan jantung koroner.

"Dok, apa papa saya bisa sembuh?" Maura sangat mencemaskan keadaan ayahnya.

"Ibu tenang saja, penyakit jantung koroner masih belum sampai ke tahap gagal jantung. Masih ada jalan untuk sembuh, namun pak Samuel harus menerapkan pola hidup sehat, jangan stress dan sering check up keadaannya."

"Alhamdulillah dok, terimakasih dok." Maura menghela nafas lega karena ayahnya baik-baik saja.

"Oh ya Bu, untuk sementara waktu sampai keadaan pak Samuel pulih...beliau harus tetap berada di rumah sakit untuk mendapatkan perawatan karena keadaan pak Samuel masih belum stabil." jelas dokter itu pada Maura.

"Iya dokter."

Tak lama kemudian datanglah seorang suster yang mengatakan pada Maura, bahwa biaya rumah sakit ayahnya belum dibayar. Maura segera pergi ke bagian administrasi rumah sakit, dengan pakaian tipis dan sandal tidur yang masih dipakainya itu.

"Sus, apa biaya rumah sakit ayah saya belum dibayar?" tanya Maura pada suster disana.

"Atas nama pak Samuel kan?" tanya suster itu.

"Iya sus."

"Belum dibayar." jawab suster itu sambil melihat ke arah Maura. "Ini tagihannya Bu." suster itu menyodorkan secarik kertas pada Maura.

Maura tertegun melihat biaya rumah sakit yang jumlahnya lumayan besar. Belum lagi biaya rawat inap ayahnya nanti, sakit jantung bukanlah penyakit yang sepele.

Belum dibayar? Bukannya udah dibayar pak Nathan? Aku harus minta uang pada siapa, sedangkan kak Evan satu-satunya keluargaku sedang berada di penjara.

"Nanti akan saya bayar sus, bisa tunggu sampai besok pagi, kan?" tanya Maura meminta keringanan pada suster itu.

Oh ya, aku masih punya tabungan!

"Bisa Bu, terakhir pembayarannya besok pagi." jawab suster itu.

Malam itu Maura pergi ke tempat pengambilan uang untuk mengambil uang tabungannya. Namun setelah beberapa kali dia mencoba menarik uang dengan kartu Atm-nya, selalu ada tulisan di layar bahwa kartunya telah di blokir.

"Astagfirullahaladzim, bagaimana ini bisa terjadi? Kenapa tulisannya di blokir?!" Maura panik karena dia tidak bisa mengambil uang di atm itu, padahal passwordnya sudah benar dan dia yakin itu.

Tok, tok, tok!

Seseorang mengetuk pintu kaca pada tempat pengambilan uang itu.

"Mbak! Bisa cepetan gak!" kata seorang wanita dengan suara marah karena Maura sudah terlalu lama di dalam sana.

Maura keluar dari ruangan itu, dia meminta maaf kepada semua orang yang sudah mengantri di ATM. "Maaf Bu, pak...mas...mbak."

"Kalau gak punya uang, jangan sok sok an ngambil uang!" kata seorang pria nyinyir pada Maura karena kesal.

Maura diam dan pergi dari sana dengan langkah gontai. Dia terlihat sedih karena tidak tahu bagaimana caranya mendapat uang untuk ayahnya, karena semua uang tabungannya ada didalam ATM.

Di dalam keadaan malam yang dingin, Maura kembali ke rumah sakit. Dia tiduran di sofa ruangan tempat ayahnya dirawat. Sepanjang malam dia tidak tidur karena memikirkan sikap Bara yang berubah padanya, keadaan ayahnya dan juga Evan yang dipenjara.

Pagi itu, Maura berniat menemui Bara di ruangannya. Dia melihat beberapa pria berseragam polisi datang kesana dan bicara dengan Bara juga Nathan. "Baik pak, jadi bapak mau menghukum bapak Evan sesuai dengan hukum yang berlaku?"

"Iya, dia telah melakukan penganiayaan terhadap saya. Tentu saja dia harus dapat hukuman." Kata Bara pada seorang polisi yang bertanya padanya.

Maura langsung masuk ke ruangan itu dengan pakaian yang masih sama dengan kemarin. "Tidak pak polisi! Tolong jangan hukum kakak saya!" seru Maura pada polisi itu.

"Maaf mbak, anda ini siapa ya?" tanya seorang polisi pada Maura.

"Saya adik sepupu kak Evan, tolong pak bebaskan kakak saya dari tahanan. Dia tidak bersalah."

"Maaf mbak, anda tidak bisa meminta kepada kami...karena pak Bara lah yang melaporkan dan menuntut pak Evan." jelas polisi itu pada Maura.

Intinya Maura harus meminta pada Bara untuk melepaskan Evan, sedangkan Maura tidak mau meminta pada Bara. Polisi-polisi itu tidak mendengarkan Maura dan pergi dari sana. Bara tersenyum puas melihat Maura panik dan kalang kabut seperti itu. "Bara! Cepat lepaskan kak Evan dari penjara!" pinta Maura dengan wajah memerah yang emosi.

"Lepaskan dia? Kenapa aku harus melakukan itu?" Bara tidak mau mendengarkan Maura, dia acuh dan tidak peduli pada wanita yang berstatus istrinya itu.

Maura menatap Bara dan Nathan dengan sakit hati. Dia merasa sakitnya dikhianati berlipat-lipat ganda, dari Bara dan Nathan yang ternyata memihak Bara. "Pak Nathan...apa bapak juga..." Maura menatap Nathan yang berdiri didekat Bara.

"Maafkan saya non Maura." Nathan menundukkan kepalanya, dia tidak berani menatap Maura karena dia juga ikut andil dalam pengkhianatan Bara.

"Ayahku sangat baik sama bapak, kenapa bapak tega sekali...hiks..." Maura menangis kecewa dengan Nathan, yang adalah tangan kanan Samuel.

"Sudah sudah...jangan menangis begitu. Aku dengar ayah mertuaku sedang dirawat dan dalam keadaan kritis, tapi kamu gak punya uang ya? Atau kartu ATM mu diblokir?" tanya Bara sambil tersenyum sinis.

Maura terdiam, dia baru ingat kalau Bara adalah satu satunya orang tau kode kartu Atm-nya.

"A-apa kamu yang melakukannya? Kamu memblokir kartu ATM ku?!" teriak Maura pada Bara kesal.

"Iya, aku yang lakukan. Gimana, apa kamu butuh uang untuk biaya pengobatan ayahmu?" tanya Bara yang lagi-lagi tersenyum bahagia disaat Maura sedang menderita.

"Cih! Walaupun aku sangat membutuhkan uang, aku tidak akan meminta pada iblis sepertimu!" Ujar Maura emosi, diiringi tangisan tanpa suara.

"Ayolah Maura, jangan munafik begitu! Aku tau kamu butuh uang, aku bisa memberimu uang dengan cepat. Atau kamu mau ayahmu dikeluarkan dari rumah sakit?!" Bara mengancam Maura dengan dalih untuk kebaikan ayahnya.

Ayah...jika biaya rumah sakit belum dibayar sampai jam 10 pagi, maka ayah tidak bisa berobat.

Maura mengepalkan tangannya dengan gemas, entah apa keputusan yang akan dia ambil. Menyerah pada keadaan dan meminta bantuan Bara, ataukah dia punya rencana lain?

...*****...

Terpopuler

Comments

Juan Sastra

Juan Sastra

inilah yg sering bikin nyesek,,dosa orang tua anak yg harus menanggung resikonya..padahal anak itu tak tahu apa pun yg di lakukan ayahnya. namun berimbas di kehidupannya

2023-01-12

2

Dedek Ray

Dedek Ray

kasiahan maura

2022-08-31

2

lina

lina

kerjasama yg bagus, pntesan harta nya bisa d keruk ama bara

2022-08-07

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Malam menyakitkan
2 Bab 2. Pernikahan
3 Bab 3. Wanita lain di ranjang pengantinku
4 Bab 4. Di usir!
5 Bab 5. Kenapa kau lakukan ini?
6 Bab 6. Ringan tangan
7 Bab 7. Malangnya Alina
8 Bab 8. Biaya rumah sakit
9 Bab 9. Rumah kontrakan teman
10 Bab 10. Tidak punya pilihan
11 Bab 11. Terpaksa
12 Bab 12. Penolong
13 Bab 13. Babu
14 Bab 14. Bara tak tahu diri
15 Bab 15. Makan siang bersama Hero
16 Bab 16. Budakku
17 Bab 17. Xander Cooporation
18 Bab 18. Bryan kecewa
19 Bab 19. Jangan bersikap polos
20 Bab 20. Merasa bersalah
21 Bab 21. Perasaan Bara
22 Bab 22. Aku akan melupakanmu
23 Bab 23. Ternyata Bara...
24 Bab 24. Siapa yang selingkuh?
25 Bab 25. Pernyataan cinta Bryan
26 Bab 26. Calon Pebinor
27 Bab 27. Pria penggoda
28 Bab 28. Terjerat penyakit gila
29 Bab 29. Telpon saat rapat
30 Bab 30. Bara cemburu
31 Bab 31. Bule narsis
32 Bab 32. Deal!
33 Bab 33. Tameng
34 Bab 34. Kaget kan?
35 Bab 35. Aku juga bisa selingkuh!
36 Bab 36. Kesucianku bukan untuk bajingan
37 Bab 37. Maafkan aku
38 Bab 38. Persetujuan operasi
39 Bab 39. Rumah sakit
40 Bab 40. Tentang KARMA
41 Bab 41. Apa belum terlambat?
42 Bab 42. Permintaan maaf
43 Bab 43. Hidupmu berharga, little girl!
44 Bab 44. Rara gembul
45 Bab 45. Tetap pada keputusan
46 Bab 46. Lepaskan aku Bara
47 Bab 47. Penyesalan suami durhaka
48 Bab 48. Fantasi Bryan
49 Bab 49. Ocehan Clara
50 Bab 50. Apa dia marah?
51 Bab 51. Saran Vera
52 Bab 52. Kamu murahan
53 Bab 53. Rasakan itu
54 Bab 54. Aku ternoda
55 Bab 55. Potongan kenangan
56 Bab 56. Kebaikan hati
57 Bab 57. Salah orang
58 Bab 58. Breakfast
59 Bab 59. Perpisahan
60 Bab 60. Ini yang kumau
61 Bab 61. Tak ada kabar
62 Bab 62. Maura ke rumah Bryan
63 Bab 63. Calon mantu
64 Bab 64. Makan malam
65 Bab 65. Pria tak tahu malu
66 Bab 66. Satpam Baru
67 Bab 67. Rahasia Nathan
68 Bab 68. Maura kenapa??!
69 Bab 69. Karena ayah Dajjal!
70 Bab 70. Bukan untukmu lagi
71 Bab 71. Pdkt Bryan
72 Bab 72. Rencana Bryan
73 Bab 73. Pernyataan cinta
74 Bab 74. Kamu hamil anakku
75 Bab 75. Sudah tiada
76 Bab 76. Kalian semua sama saja
77 Bab 77. Samuel siuman
78 Bab 78. Mata keranjang
79 Bab 79. Jangan marah
80 Bab 80. Saya bukan orang baik.
81 Bab 81. Samuel mengaku
82 Bab 82. Perawat baru
83 Bab 83. Buat dia bahagia
84 Bab 84. Bryan yang manja
85 Bab 85. Tentang Kenzo
86 Bab 86. Belum move on
87 Bab 87. Little girl cemburu
88 Bab 88. Penjelasan
89 Bab 89. Tentang Stella
90 Bab 90. Maura setuju
91 Bab 91. Dendam pada Samuel
92 Bab 92. Terluka
93 Bab 93. Donor darah
94 Bab 94. Kenzo
95 Bab 95. Lamaran dadakan?
96 Bab 96. Penolakan Bryan
97 Bab 97. Aku tak rela
98 Bab 98. Tak mau mengalah
99 Bab 99. Sandiwara Bara
100 Bab 100. Rencana pernikahan
101 Bab 101. Sudah gila
102 Bab 102. Sah!
103 Bab 103. Malam syahdu
104 Bab 104. Permohonan maaf
105 Bab 105. Rumah sendiri
106 Bab 106. Mantan istriku, kakak iparku
107 Bab 107. Hubungan Baru
108 Bab 108. Tak sabar momong cucu
109 Bab 109. Ingin taubat
110 Bab 110. Sosok asli Arya
111 Bab 111. Maafkan ayah, Maura
112 Bab 112. Dosa pada Jessica
113 Bab 113. Penolakan Nathan
114 Bab 114. Bucinnya Bryan
115 Bab 115. Vera gimana?
116 Bab 116. Akhir Samuel
117 Bab 117. Pergi selamanya
118 Bab 118. Kamu masih virgin?
119 Bab 119. Aku tidak pantas
120 Bab 120. Ada apa dengan Maura?
121 Bab 121. Jangan-jangan ngisi?
122 Bab 122. Clara bahagia
123 Bab 123. Unboxing spesial
124 Bab 124. Kebahagiaan Bryan
125 Bab 125. Aku gak kuat By
126 Bab 126. Namanya bukan kecebong tapi...
127 Bab 127. Kunjungan Vera
128 Bab 128. Kalian menikah saja
129 Bab 129. Bawaan bayi
130 Bab 130. Kembali ke apartemen
131 Bab 131. Wanita Psikopat
132 Bab 132. Di hari bahagia
133 Terjerat pesona papaku
134 Terjerat pesona ayah sahabatku
Episodes

Updated 134 Episodes

1
Bab 1. Malam menyakitkan
2
Bab 2. Pernikahan
3
Bab 3. Wanita lain di ranjang pengantinku
4
Bab 4. Di usir!
5
Bab 5. Kenapa kau lakukan ini?
6
Bab 6. Ringan tangan
7
Bab 7. Malangnya Alina
8
Bab 8. Biaya rumah sakit
9
Bab 9. Rumah kontrakan teman
10
Bab 10. Tidak punya pilihan
11
Bab 11. Terpaksa
12
Bab 12. Penolong
13
Bab 13. Babu
14
Bab 14. Bara tak tahu diri
15
Bab 15. Makan siang bersama Hero
16
Bab 16. Budakku
17
Bab 17. Xander Cooporation
18
Bab 18. Bryan kecewa
19
Bab 19. Jangan bersikap polos
20
Bab 20. Merasa bersalah
21
Bab 21. Perasaan Bara
22
Bab 22. Aku akan melupakanmu
23
Bab 23. Ternyata Bara...
24
Bab 24. Siapa yang selingkuh?
25
Bab 25. Pernyataan cinta Bryan
26
Bab 26. Calon Pebinor
27
Bab 27. Pria penggoda
28
Bab 28. Terjerat penyakit gila
29
Bab 29. Telpon saat rapat
30
Bab 30. Bara cemburu
31
Bab 31. Bule narsis
32
Bab 32. Deal!
33
Bab 33. Tameng
34
Bab 34. Kaget kan?
35
Bab 35. Aku juga bisa selingkuh!
36
Bab 36. Kesucianku bukan untuk bajingan
37
Bab 37. Maafkan aku
38
Bab 38. Persetujuan operasi
39
Bab 39. Rumah sakit
40
Bab 40. Tentang KARMA
41
Bab 41. Apa belum terlambat?
42
Bab 42. Permintaan maaf
43
Bab 43. Hidupmu berharga, little girl!
44
Bab 44. Rara gembul
45
Bab 45. Tetap pada keputusan
46
Bab 46. Lepaskan aku Bara
47
Bab 47. Penyesalan suami durhaka
48
Bab 48. Fantasi Bryan
49
Bab 49. Ocehan Clara
50
Bab 50. Apa dia marah?
51
Bab 51. Saran Vera
52
Bab 52. Kamu murahan
53
Bab 53. Rasakan itu
54
Bab 54. Aku ternoda
55
Bab 55. Potongan kenangan
56
Bab 56. Kebaikan hati
57
Bab 57. Salah orang
58
Bab 58. Breakfast
59
Bab 59. Perpisahan
60
Bab 60. Ini yang kumau
61
Bab 61. Tak ada kabar
62
Bab 62. Maura ke rumah Bryan
63
Bab 63. Calon mantu
64
Bab 64. Makan malam
65
Bab 65. Pria tak tahu malu
66
Bab 66. Satpam Baru
67
Bab 67. Rahasia Nathan
68
Bab 68. Maura kenapa??!
69
Bab 69. Karena ayah Dajjal!
70
Bab 70. Bukan untukmu lagi
71
Bab 71. Pdkt Bryan
72
Bab 72. Rencana Bryan
73
Bab 73. Pernyataan cinta
74
Bab 74. Kamu hamil anakku
75
Bab 75. Sudah tiada
76
Bab 76. Kalian semua sama saja
77
Bab 77. Samuel siuman
78
Bab 78. Mata keranjang
79
Bab 79. Jangan marah
80
Bab 80. Saya bukan orang baik.
81
Bab 81. Samuel mengaku
82
Bab 82. Perawat baru
83
Bab 83. Buat dia bahagia
84
Bab 84. Bryan yang manja
85
Bab 85. Tentang Kenzo
86
Bab 86. Belum move on
87
Bab 87. Little girl cemburu
88
Bab 88. Penjelasan
89
Bab 89. Tentang Stella
90
Bab 90. Maura setuju
91
Bab 91. Dendam pada Samuel
92
Bab 92. Terluka
93
Bab 93. Donor darah
94
Bab 94. Kenzo
95
Bab 95. Lamaran dadakan?
96
Bab 96. Penolakan Bryan
97
Bab 97. Aku tak rela
98
Bab 98. Tak mau mengalah
99
Bab 99. Sandiwara Bara
100
Bab 100. Rencana pernikahan
101
Bab 101. Sudah gila
102
Bab 102. Sah!
103
Bab 103. Malam syahdu
104
Bab 104. Permohonan maaf
105
Bab 105. Rumah sendiri
106
Bab 106. Mantan istriku, kakak iparku
107
Bab 107. Hubungan Baru
108
Bab 108. Tak sabar momong cucu
109
Bab 109. Ingin taubat
110
Bab 110. Sosok asli Arya
111
Bab 111. Maafkan ayah, Maura
112
Bab 112. Dosa pada Jessica
113
Bab 113. Penolakan Nathan
114
Bab 114. Bucinnya Bryan
115
Bab 115. Vera gimana?
116
Bab 116. Akhir Samuel
117
Bab 117. Pergi selamanya
118
Bab 118. Kamu masih virgin?
119
Bab 119. Aku tidak pantas
120
Bab 120. Ada apa dengan Maura?
121
Bab 121. Jangan-jangan ngisi?
122
Bab 122. Clara bahagia
123
Bab 123. Unboxing spesial
124
Bab 124. Kebahagiaan Bryan
125
Bab 125. Aku gak kuat By
126
Bab 126. Namanya bukan kecebong tapi...
127
Bab 127. Kunjungan Vera
128
Bab 128. Kalian menikah saja
129
Bab 129. Bawaan bayi
130
Bab 130. Kembali ke apartemen
131
Bab 131. Wanita Psikopat
132
Bab 132. Di hari bahagia
133
Terjerat pesona papaku
134
Terjerat pesona ayah sahabatku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!