Tentu saja Maura tidak terima penghinaan dari suaminya dan wanita asing itu, begitu saja. Kemarahan sudah mengalahkan perihnya hati. Dia membawa tas wanita itu dan menyeretnya keluar dari kamar.
"Mas! Mas Bara tolong aku!" tanpa tahu malu, wanita itu meminta tolong pada suami Maura.
"Kenapa kamu meminta tolong pada suami orang? Dasar wanita tidak tahu diri!" hardik Maura sambil mendorong wanita yang sebelumnya naik ke atas ranjang itu dengan kasar.
Bara tiba tepat waktu dan menangkap wanita itu sampai kepelukannya. "Vera sayang, kamu gak apa-apa?" tanya Bara dengan suara lembut pada Vera.
"Istri kamu ini Mas, dia kenapa sih? Tanganku sakit, aku didorong-dorong..." ucap Vera sambil memeluk Bara yang berstatus suami orang.
Sakit hatinya Maura melihat itu semua dan dia tak percaya bahwa suaminya telah berubah dan memiliki wanita lain. "Bara, ini semua cuma bercanda kan? Kamu gak mungkin sama dia ada hubungan? Kamu ngerjain aku, kan?" Maura menatap kepada suaminya yang tengah memeluk wanita lain didepannya.
Ayo Bar, bilang kalau semua ini cuma akal-akalan kamu. Kamu kan selalu membuat surprise untukku.
Bara menaikkan alisnya, dia tersenyum sinis. "Ngerjain kamu? Bercanda?"
Naif sekali wanita bodoh ini. Tidak apa, sekalian saja aku pukul mentalnya.
"Ya kan? Kamu bercanda kan?" Maura bertanya dengan penuh harapan bahwa semua perubahan Bara ini hanya mimpi dan candaannya saja.
"Sayang? Dia bilang kita bercanda?" Vera mendongak ke arah Bara seraya tersenyum pada pria bertubuh tinggi itu.
Dengan berani, Bara menaikkan dagu Vera. Dia mencium bibir Vera didepan istri yang belum lama dia nikahi. Hati Maura hancur melihat suaminya bersentuhan fisik dengan intim bersama wanita lain, apalagi didepannya. Hal ini terlalu serius jika hanya disebut sebagai candaan. Jantungnya berdegup kencang, hatinya seperti ditusuk-tusuk benda tajam.
"Manis sekali Vera," ucap Bara setelah dia menyesap manisnya bibir Vera yang dia sebut sebagai kekasihnya.
"Iya sayang," Vera tersenyum genit pada Bara.
"Bara...kamu! Kenapa kamu melakukan ini? Sejak kapan kalian berhubungan? Pasti wanita ini yang menggodamu, kan?" Maura masih dengan harapan yang sama, berharap mendapatkan jawaban yang baik dari sang suami.
"Tidak, kamu salah. Akulah yang tergila-gila padanya." Bara mengapa tajam pada Maura.
Perih lagi hati Maura mendapatkan jawaban yang sangat tidak dia inginkan. Butiran air mata mulai berjatuhan membasahi pipinya. Tubuhnya gemetar tak percaya bahwa Bara telah berubah.
"Sayang, aku udah ngantuk." Vera menguap, ia bersikap manja pada Bara.
"Ya udah, kita tidur ya." ajak Bara pada Vera.
"Tidur? Apa maksud kalian tidur dimana?" tanya Maura dengan kening berkerut.
"Tentu saja di kamar ini, memangnya dimana? Oh ya, kalau kamu gak suka tinggal di kamar ini...kamu pergi saja, gak apa-apa kok." Bara tersenyum sarkas pada istrinya, kemudian dia menggandeng tangan Vera dengan mesra.
Vera dan Bara naik kembali ke atas ranjang pengantin yang harusnya di tempati Maura dan Bara. Mereka bermain gila disana dan bermesraan didepan Maura. Maura sendiri, dia berdiri mematung didepan dua sejoli yang sedang tidur bersama di atas ranjang pengantinnya itu. Bulir air mata terus jatuh membasahi pipinya, dia tidak tahu harus bagaimana saat itu.
Bara tersenyum sinis, dia bahagia melihat Maura menangis karena dirinya. Puas hatinya melihat sang istri bersedih dan terluka.
Ini belum cukup, Maura. Apa yang ayahmu lakukan, tidak sebanding dengan apa yang aku lakukan saat ini.
"Sayang, apa kamu mau kita xx malam ini?" Vera meraba-raba dada sixpack Bara dengan jari jemarinya. Dia menggoda pria itu, seraya mengajaknya tidur bersama. Tidur bersama dalam artian yang lain.
Maura langsung tercekat mendengar ucapan Vera kepada Bara, dia kembali mengusir Vera dengan emosi. Namun, Bara menghentikannya dan malah meminta Maura saja yang pergi dari sana.
"Bara! Kenapa kamu mengusirku? Aku adalah istrimu, istri yang baru saja kamu nikahi! Kenapa kamu tega seperti ini dimalam pertama pernikahan kita?!" Tanya Maura tidak paham, air matanya masih mengalir deras.
"Ya, aku juga tidak paham kenapa aku harus sampai menikah denganmu. Harusnya aku tidak perlu sampai begitu." Bara menatap tajam ke arah Maura.
"Apa maksud kamu Bara?" Maura tercengang, kata-kata Bara seperti menyiratkan bahwa tidak ada cinta sama sekali dari Bara untuk dirinya. Pria yang selalu hangat dan perhatian pada Maura itu berubah drastis.
"Kamu tanyakan saja kepada papamu, siapa wanita yang bernama Alina dan apa yang terjadi kepadanya. Ah ya, sekarang pasti papamu sedang sibuk dengan urusan pekerjaannya, lebih baik kamu pulang dan bantu dia!" Bara menunjukkan jarinya ke luar pintu kamar, dia mengusir Maura dari sana.
Ayah? Apa terjadi sesuatu pada ayah?
Maura tidak percaya, berkali-kali dia terkena serangan batin dari Bara. "Bara, apa yang terjadi pada ayah?"
"Kamu pulang saja dan tanyakan pada ayahmu," ucap Bara sambil mengambil tas Maura, dia melemparkan tas itu ke lantai lalu menutup pintu didepan mata Maura.
Brak!!
Betapa teganya, Bara mengusir Maura di malam pernikahan mereka. Bahkan saat itu Maura masih memakai gaun tidur dan jaket, di malam yang dingin.
Tangannya gemetar, dia tidak percaya bahwa suaminya akan melakukan hal seperti ini. Dia memunguti barang-barang dari tasnya yang berserakan di lantai. "Ini...ini gak mungkin, Bara tidak mungkin melakukan semua ini padaku. Bara sangat mencintai aku, dia tidak mungkin...hiks...hiks..." Maura menangis terisak, sambil memunguti barangnya di lantai depan kamar pengantinnya sendiri. Dimana ada wanita lain bersama suaminya dikamar itu.
Ketika hatinya gelisah dan sedih, Maura memegang ponselnya yang bergetar. "Kak Evan?"
Maura melihat nama yang memanggilnya di ponsel itu. Tertera nama kak Evan disana. Maura berusaha berdiri, walau kakinya lemas. Semua ini terlalu mendadak untuknya, terutama sikap suaminya.
"Halo..." jawab Maura pada Evan dengan suara yang parau.
"Maura? Apa kamu sedang bersama si brengsek itu, sekarang?!" Evan langsung bertanya tentang Bara dengan suara keras.
"Apa yang terjadi kak? Bara sedang berada didalam kamar mandi," masih saja Maura menutupi apa yang terjadi padanya. Dia menatap pintu kamarnya yang tertutup rapat itu dengan pandangan terluka.
"Si brengsek itu! Sudah kuduga ada yang tidak beres dengannya! Maura, cepat kamu kesini...om Sam masuk rumah sakit. Kita bicara tentang si brengsek itu disini saja! Cepat kemari!" Ucap Evan terburu-buru, suara Evan terdengar marah bercampur panik.
Hati Maura bagai tersambar petir, alangkah terkejutnya dia mendapatkan kabar tentang ayahnya yang tiba-tiba masuk rumah sakit. "Apa? Ayah masuk rumah sakit?!" Maura tercengang.
...----*****----...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
lina
pengalihan saham ?
2022-08-02
0
lina
emng apa yg udah d lakuin ayahnya maura y?
perkisa ank orang yg alina itu? alina itu siapa nya bara?
2022-08-02
0
lina
asatag bibir bara murahan
2022-08-02
0