...🍀🍀🍀...
Maura beranjak dari tempat duduknya, dia menaikkan alis setelah menerima telepon dari pria yang bahkan tidak dia kenal. "Bu Maura, ibu mau kemana? Bukankah kita mau makan siang bersama?" tanya Mila yang melihat Maura beranjak dari tempat duduknya.
"Saya gak jadi makan siang disini, Mila...makan siang saya, tolong kamu habiskan ya." Maura menatap makanan yang sudah tersaji didepan matanya dengan hati yang berat.
Euh! Siapa sih pria itu?
"Beneran nih? Nanti saya gemuk dong, Bu.."
"Beneran. Saya keluar dulu ya, silahkan kalian makan siang." ucap Maura sambil tersenyum.
Maura mengambil tas selempangnya, dia pergi keluar dari gedung kantor Agradana. Ketiga teman dekatnya di tim desain, membicarakan Maura setelah gadis itu pergi meninggalkan kantin.
"Kasihan banget ya Bu Maura."
"Iya, katanya pak Bara bawa wanita lain ke kantor dan juga mendadak suaminya jadi Presdir." bisik seorang wanita merasa kasihan.
"Tega sekali pak Bara melakukan itu, Bu Maura kan sangat baik padanya. Dan apa kalian lihat? Setelah keluar dari ruangan rapat, pipi Bu Maura memar...tangannya juga dibalut perban sebelumnya."
"Apa pak Bara memukulinya?"
Pembicaraan tentang hubungan Bara dan Maura sebagai pengantin baru, bukanlah pembicaraan yang baik. Pegawai di kantor itu bersimpati kepada Maura, karena mereka tau bahwa Maura adalah gadis yang baik.
✳️✳️✳️
Didepan gedung kantor, Maura celingukan kesana-kemari mencari orang yang menelponnya. "Dimana orang itu? Ah... bagaimana bisa aku tau orang itu, kalau aku saja tidak pernah bertemu dengannya. Bodohnya aku! Ah, sudahlah...aku kembali ke dalam saja."
Saat Maura hendak masuk kembali ke dalam gedung kantor, tiba-tiba ada seseorang dibelakangnya dan membuat dia terkejut. "Astagfirullah!"
"Kamu lagi cari saya ya?" tanya pria bermata biru itu sambil tersenyum tipis.
Maura melihat siapa pria yang ada dihadapannya itu, pria tampan bermata biru, memakai setelan jas rapi. Tubuhnya tinggi dan terlihat lebih kekar dari Bara. "Om...apa om kesini mau menagih uang taksi? Saya ganti sekarang ya!" Maura mengenali Bryan sebagai pria yang berebut taksi dengannya bukan pria yang mengaku sebagai Hero nya.
Dia panggil aku apa? Om? Me, om?. Bryan terheran-heran apa dia setua itu sampai dipanggil oleh om.
"Ah benar, sekalian saya juga mau menagih biaya Taksi. Makan siang dua sampai tiga kali, sepertinya cukup untuk membayarnya."
"Makan siang?" Maura tertegun dan sedikit berpikir. "Ah...apa om yang menelpon saya barusan? Kenapa anda bisa tau nomor saya? Ada urusan apa, saya dengan anda?"
"Saya kan sudah bilang, kalau saya adalah Hero anda. Kita bicara sambil makan siang saja ya, saya sudah lapar." ucap Bryan mengajak Maura masuk ke dalam mobilnya.
"Ta-tapi..." Maura menatap Bryan dengan curiga, dia takut kalau Bryan adalah orang jahat.
"Saya bukan orang jahat, saya juga sudah menunjukkan identitas saya lewat teman anda." ucap Bryan sambil tersenyum tipis.
"Jadi om adalah orang yang menyelamatkan saya malam itu?"
Bryan tersenyum, sambil mengangguk. Ferry sang sekretaris sekaligus supir pribadi Bryan, membukakan pintu belakang mobil dengan perasaan senang. Dia menyambut Maura, seperti tamu kehormatan.
Bryan dan Maura masuk ke dalam mobil, mereka duduk di kursi bagian belakang mobil mewah itu. Tanpa mereka sadari, tatapan tajam mengarah pada mereka dari kaca lantai paling atas gedung itu.
Maura? Dia bersama siapa dan mau kemana dia? Kenapa aku memikirkannya?. Bara berpikir siapa pria yang pergi bersama Maura, karena dia belum pernah melihat pria itu sebelumnya.
"Sayang, kamu lihat apa sih?" tanya Vera sambil tersenyum seraya membelai dada Bara dengan lembut.
"Ngapain kamu masih disini? Gak pergi? Aku kan udah kasih yang, sana belanja atau apa kek?" tanya Bara sambil melepaskan tangan Vera dari dadanya.
"Katanya aku mau diperkerjakan disini, terus gimana dong? Aku kerja apa?"
"Kamu jadi asisten pribadiku saja, biar kita bisa terus bersama-sama." ucap Bara sambil tersenyum, tanpa berpikir lain-lain Bara mengambil keputusan gegabah.
"Benaran sayang?" Vera tersenyum senang, dia pun memeluk Bara dan memberikan benda kenyal milik pria itu sebuah ciuman yang dalam.
Tangan Bara merangkul pinggul Vera yang semok, dia menyambut ciuman Vera dengan penuh gairah namun tanpa perasaan yang mendalam. "Makasih banyak sayang, i love you ❤️," Vera mencium lagi pipi Bara dengan bahagia.
Mendapat ucapan terimakasih dari Vera, Bara masih melihat keluar jendela, entah apa yang dia pikirkan dan dia cari disana.
*****
Maura dan Bryan tiba di sebuah restoran mewah yang tak jauh dari kantor tempat Maura bekerja. Mereka berencana makan siang disana, Maura masih waspada terhadap sosok yang belum dikenalnya ini.
"Om mau pesan apa?" Maura bertanya duluan pada Bryan yang sudah duduk di hadapannya.
Aduh bagaimana ini, uangku tidak banyak dan dia malah mengajakku ke restoran mahal. Sekarang kan aku gak punya uang seperti dulu.
"Saya tiba-tiba jadi tidak berselera untuk makan." kata Bryan sambil menundukkan kepalanya.
"Memangnya kenapa?"
"Kamu terus memanggil saya om, saya tidak enak...saya kan masih muda." Bryan tersenyum tipis, matanya menatap mata polos Maura dengan menelisik. Dia memperhatikan memar di pipi gadis itu.
Apa gadis ini mengalami pelecehan atau penganiayaan di kantornya? Kenapa dia selalu tampak menyedihkan ketika bertemu denganku? Pasti saja ada luka.
"Kalau begitu saya akan panggil bapak saja, maafkan saya karena sudah tidak sopan. Bapak mau pesan apa? Silahkan pesan makanan sesuka bapak, saya yang akan bayar." Maura tersenyum sambil menyodorkan daftar menu pada Bryan.
"Baik, saya tidak akan sungkan karena kamu sudah memperbolehkan saya memesan apapun sesuka saya!" Bryan melihat daftar menu itu dan membacanya.
"I-iya pak, silahkan."
Ya Allah, semoga dia memilih makanan yang harganya murah.
Bryan melirik ke arah Maura sambil tersenyum, dia melihat Maura yang resah dan celingukan kesana kemari memperhatikan dirinya sambil mengatupkan kedua tangannya seperti sedang berdoa.
PFut...gadis kecil ini lucu sekali.
"Ehem, pelayan!" Bryan memanggil pelayan di restoran itu.
Pelayan wanita itu dengan cepat menghampiri ke meja tempat Bryan dan Maura duduk. Dia mencatat pesanan Bryan dan Maura, gadis itu menahan rasa terkejutnya saat Bryan memesan banyak makanan dan harga makanan itu seporsinya sangat mahal.
Maura menelan ludah, dia hanya punya cash 175 ribu saja di dompetnya. Bibirnya terus mengerucut, hal itu membuat Bryan menahan senyum sedari tadi.
"Ada apa dengan wajahmu itu?" tanya Bryan sambil menatap tajam pada Maura.
"Gak apa-apa kok pak." jawab Maura sebal.
"Kamu sembelit ya?" tanya Bryan mengejek.
"APA?!" Mata Maura melebar dan menatap Bryan.
"Saya hanya bercanda, hehe." Bryan terkekeh.
"Kenapa ya saya merasa bapak bicara dengan saya seperti bicara dengan anak kecil?" tanya Maura dengan bibir yang mengerucut.
"Lah, kamu memang anak kecil kok."
"Aku? Usia saya 24 tahun, mana bisa saya disebut anak kecil."
"Oh jadi 24 tahun ya? Berarti kamu hanya beda 4 tahun dengan saya." Bryan menatap Maura.
Cocoklah.
"Maaf, memangnya usia bapak berapa?" tanya Maura dengan mata polosnya.
Akhirnya mereka berdua makan siang bersama, Bryan menyerahkan sebagian makanan yang dia pesan untuk Maura dan Maura lah yang makan lebih banyak. Saat akan membayar biaya makanan, Maura terkejut karena semua makanan itu sudah dibayar.
"Apa bapak mempermainkan saya? Saya mau bayar makanannya, tapi kenapa bapak sudah membayar nya?" Maura kesal pada Bryan.
"Karena kalau kamu membayarnya, saya tidak punya alasan lagi untuk bertemu kamu." Bryan tersenyum sambil menatap Maura.
"Hah? Apa? Saya gak dengar pak?" tanya Maura polos.
Syukurlah dia gak dengar.
"Ehem, saya bisa kamu masih berhutang sama saya. Hutangnya jadi nambah sama hari ini ya."
"A-apa? Kok gitu sih pak? Bapak yang pesan makanan itu kan?" Maura mendesah kesal.
"Tapi kamu yang menghabiskannya, saya juga yang bayar." ucap Bryan tak mau.
"Bapak, anda benar-benar..."
"Bryan, nama saya Bryan." Bryan memperjelas namanya pada Maura. "Kalau kita bertemu lagi, Bu Maura harus mentraktir saya!" Ujar Bram tegas.
Bryan pergi begitu saja setelah bicara seperti itu pada Maura. Dia masuk ke dalam mobil bersama Ferry. Untuk pertama kalinya Ferry melihat presdirnya yang misophobia itu tersenyum dan tidak canggung berdekatan dengan seorang wanita.
"Pak, anda terus tertawa dari tadi?" Ferry tersenyum senang melihat Bryan tertawa.
"She's funny dan cute. Kamu lihat wajahnya tadi? Dia seperti kepiting rebus yang memerah...hahaha.."
Aku tidak mengerti apa yang lucu. Tapi aku iyakan saja deh, asal pak Presdir bahagia, karena dibalik suasana hati pak Presdir akan berpengaruh juga padaku.
"Hahaha iya pak, nona itu sangat imut dan lucu."
"Jangan ikut ketawa kamu!" Ujar Bryan yang wajahnya tiba-tiba berubah menjadi datar kembali.
Ferry langsung diam menutup mulutnya rapat-rapat. "Ferry, kamu cari tau siapa Maura Syanita Agradana, cari info tentang dia secara lengkap! Aku ingin tau!"
"Baik pak, siap!" jawab Ferry semangat.
Ini pertama kalinya pak Presdir meminta padaku untuk memeriksa latar belakang seorang wanita. Tentu saja aku akan melaksanakannya dengan baik!
Maura masih didepan restoran, dia kekenyangan sampai merasa perutnya buncit. "Ini semua karena dia!"
Dreett...
Dreett...
Ponselnya bergetar di saku jas, dengan cepat Maura menjawab panggilan itu. "Halo pak Bara!"
"Kamu dimana? Segera kembali ke kantor sekarang juga!" Teriak Bara murka.
...*****...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 134 Episodes
Comments
Juan Sastra
nikmati cemburumu bara
2023-01-12
0
lina
bilang aja kngen
2022-08-11
0
lina
aseeek 28th... ora tua tua amt itu mh... msih bsa d panggil abang 😅😅 abng hero love love
2022-08-11
0