Galang dan semuanya menatap Alarico yang langsung bangkit dari duduknya dan menelpon dengan wajah yang emosi.
Tama yang di tatap Alarici entah kenapa gerakan otak dan tubuhnya langsung menjurus pada ponselnya.
"Tama." Seketika akan melihat ponselnya. Alarico lebih cepat memanggil nama Tama.
Tama menatap Alarico dengan tatapan yang tak jelas.
"Lo harus ke rumah sakit Tami kecelakaan."
Baru selesai bicara Tama langsung berdiri dan pergi dengan motornya.
Galang Alarico dan juga Soleh langsung pergi dari sana mengejar Tama yang tak terlihat baik.
Tama tak bisa di kendalikan sekarang. Alarico yakin rumah sakit bisa berantakan hanya karena kemarahan temannya.
Alarico lebih cepat dari Galang dan Soleh untuk mengejar Tama.
Tama kacau sekali sampai emosinya sulit terkendali sekarang seketika sampai di rumah sakit keluarganya Tama masuk dan melihat beberapa anak buah orang tuanya yang duduk di kursi tunggu. Tanpa basa basi Tama langsung melajukan langkahnya lebih cepat mencari sampai di satu ruangan di depan ruangan oprasi.
Raka dan kedua orang tua Tama ada di sana mereka tidak terlihat baik kecuali, Raka.
Alarico yang baru saja sampai di rumah sakit langsung menghampiri Tama.
Tak lama setelah itu Galang dan soelh datang.
Tama melangkah pelan mendekat.
Seketika air matanya jatuh. Tatapan matanya menatap kedua orang tua nya dengan buram.
"Mah pah," ucapnya pelan seketika sang ibu meraih putranya dan memeluknya memedamkan kesedihan putranya didalam pelukannya.
"Kenapa mah.. kenapa Utami Pah mah, kenapa bukan Tama Pah mah kenapa... kenapa bukan Tama... Tama aja maah yang harusnya di dalam sana bukannya Tami pah.. Tami adik Tama Pah, mah," ucap Tama emosi didalam pelukan ibunya.
Sudah lama kini Tama mendapatkan pelukan hangat dari sang ibu.
Tama sangat bersyukur mendapatkan pelukan hangat ini tapi, juga sedih karena kesayangannya di dalam ruangan oprasi.
Alarico datang dengan tergesah dan akhirnya melihat Raka juga Tama yang duduk dengan menatap kosong.
Galang dan Soleh juga disana langsung berjalan bersama Alarico. Raka yang melihat adik. Alarico yang melihat abangnya.
Seketika seorang wanita dengan pakaian petugas oprasi di ruangan oprasi.
Keluar dan membuka masker mulutnya.
"Keluarga pasien Bapak Haikal Satria," ucap sang wanita perawat itu dengan papan data di tangannya.
"Saya Dok saya ayahnya," ucap Ayah Tama.
"Maaf kami sudah berusaha semampu kami tapi, Saudari Putri Utami tak bisa melihat dalam beberapa waktu yang tak tentu, pecahan kaca dan serpihan kecil waktu kecelakan merusak bagian paling penting di matanya," ucapnya seketika ibu Tama pingsan
Tama langsung menyanggah sang ibu sebelum benar benar jatuh di lantai rumah sakit.
Alarico terdiam.
"Gue gak bisa diem gue harus cari tahu," ucap Alarico seketika berbalik pergi tapi, raihan tangan Raka lebih cepat.
"Kalo lo mau informasi kecelakaan cadi di kantor polisi kecelakaan pagi ini," jelas Raka pada adiknya.
Alarico menepis tangan abangnya kasar dan pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.
Galang dan Soleh bingung harus ikut yang mana tapi, Galang dan Soleh memilih mendekat pada Tama.
Di perjalanan menuju kantor polisi Alarico tak henti-hentinya mengumpat kesal. Kenapa ia juga sedih karena adiknya Tama.
Aargh.. Alarico lupa kalo sudah menganggap adik Tama sebagai adiknya sendiri.
Alarico tak terima ini, Jika adik Tama sungguhan tak bisa melihat Alarico harus menyeret pelaku walaupun di paksa sambil di hajar.
Di parkiran kantor polisi di Jakarta terdekat. Alarico langsung masuk dan bertanya pada salah satu polisi yang sedang tidak sibuk.
"Kecelakaan hari ini pak," ucap Alarico tanpa basa basi.
Polisi itu menoleh tadinya mau marah tapo, langsung tak jadi karena tahu siapa yang ada didepannya.
"Pak Raka yang minta kau datang ya," ucap polwan yang baru saja datang membawa satu berkas dan melepas jaket parasutnya.
"Heei.. diam kau," ucap polisi lelaki yang baru saja Alarico tanyai dan Alarico tak mejawab ucapan polwan tadi dan menganggap ucapan polwan tadi adalah angin lalu saja.
Seketika mendapatkannya Alarico menerima berkasnya dan salinan data ke ponselnya.
"Jangan sebarkan hal ini, Pak Raka bisa mengamuk padaku," ucap polisi itu pada Alarico yang akan berdiri.
Alarico hanya menatap lama mendesah dan mengangguk.
Lalu pergi.
Setelah kepergian Alarico seketika polwan tadi menatap manis lelaki yang memberikan Alarico informasi.
"Terimakasih kau baik bada ponakanku jika kau tidak memberikannya ku pastikan kau akan menerima amukan pak Raka."
Polisi lelaki itu menghembuskan nafasnya malas.
Polwan tadi adalah bibi dari Raka adik dari mendiang ibu Raka tapi, tak pernah terlihat karena sibuk dengan urusannya sebagai senior di kepolisian.
Bibinya Raka juga masih sangat muda bahkan bisa di bilang masih berumur dua puluhan padahal sudah berumur empat puluhan.
"Aku menjaminmu untuk data itu tak akan bocor," ucap Polwan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments