My Little Wife
Plakkkk...
Sebuah tamparan melayang di pipi Azalea.
Ini bukan untuk pertama kalinya, Azalea sudah sangat biasa dengan tamparan, makian, atau bahkan lebih dari itu.
Azalea Az-Zahra. Gadis 17 tahun itu harus menjalani hidup yang keras di usianya yang masih belia.
"Berani kamu bantah saya." Bentak wanita yang berstatus ibu tiri itu. Nana, wanita 45 Tahun itu dengan sengaja menikahkan suaminya dengan sahabatnya sendiri yang didiagnosa kanker stadium 4, hanya untuk sebuah rumah dan sebinang tanah.
Sampai, lahirlah Azalea dan Adiknya dari sahabatnya itu.
Kini, hiduplah mereka dirumah yang ditinggalkan oleh Ibu dari Azalea dan menguasi tanah perkebunannya. Walaupun tidak sepenuhnya.
Pak Salam yang tahu niat jahat istrinya dengan sengaja menyembunyikan sertifikat rumah dan tanah agar tidak disalah gunakan oleh Istri dan anaknya Reno.
***
Sedangkan Azalea masih menatap tajam kearah wanita yang bahkan tidak pernah sekalipun berlaku baik pada dirinya.
Tidak ada sedikitpun rasa takut diwajah Azalea.
Jika tidak memikirkan Azriel, adik laki-lakinya yang masih berumur 12 tahun. Mungkin Azalea sudah pergi jauh dari kehidupannya yang menyebalkan itu.
"Udahlah Lea, kasih aja apa yang Ibu minta." Reno, lelaki yang lebih tua 10 tahun dari Azalea dan berstatus sebagai Abang tirinya itu pun ikut bersuara, membuat Azalea semakin geram dibuatnya.
Azalea menatap Reno dengan penuh amarah.
"Aku kerja banting tulang, siang malam bukan untuk melunasi hutang-hutangmu !" Balas Azalea.
Diraihnya tas yang tergeletak di atas tempat tidur dan memilih untuk pergi meninggalkan kedua orang itu.
Namun, tidak semudah itu.
Reno menarik rambut Azalea sambil setengah mencekiknya.
"Kamu tidak akan bisa kemana-mana sebelum kamu memberikan buku tabunganmu."
Sedangkan Azalea hampir kehabisan nafas karena cekikan itu. Perlawanannya tak berarti.
Untung aksi itu cepat di hentikan oleh Ayah mereka yang baru saja pulang dari kebun.
"Reno apa yang kamu lakukan !" Bentak Pak Salam yang terkejut melihat kegaduhan yang sedang terjadi didalam rumahnya itu.
Reno melepaskan cekikan itu dan mendorong tubuh Azalea dengan kesal.
Dengan sisa tenaga yang ada, Azalea bangkit dan keluar dari rumah.
***
Azalea terduduk seorang diri meratapi nasibnya, mengingat kejadian buruk hampir setiap hari menimpanya. Entah kapan semua itu akan berakhir.
'Semangat Lea, kamu tidak punya waktu untuk merenung disini. Bangkit dan mulailah harimu, ada orang yang membutuhkan hasil kerja kerasmu.'
Azalea menarik nafas dalam, mencoba melupakan kejadian beberapa menit lalu. Kemudian kembali melangkah menuju tempat tujuannya.
***
Azalea bekerja di tiga tempat sekaligus dalam satu hari.
Di pagi hari dia bekerja sebagai cleaning servis di sebuah klinik kecil dekat rumahnya, pekerjaan itu tidak membutuhkan waktu lama, hanya butuh dua jam untuk mengerjakannya. Setelah selesai, lanjut dengan pekerjaan keduanya di sebuah toko buku. Di sore harinya dia kembali melanjutkan pekerjaan ke tiga nya di sebuah restoran sebagai pelayan.
Semua itu dia lakukan demi menyekolahkan Adiknya setinggi-tingginya. Dia berharap Adiknya tidak seperti dirinya yang harus putus sekolah karena biaya.
Dia berharap Adiknya bisa hidup layak dan sukses.
Lelah, tentu saja. Namun tak ada pilihan lain untuk seorang Azalea.
Azalea dengan cekatan menuju meja yang baru saja di tinggalkan oleh pelanggan.
Saat sedang membereskan meja itu, tanpa sengaja Azalea mendengar perbincangan kedua orang yang berada di meja sebelah.
"Carikan aku wanita yang mau menjual rahimnya. Aku akan membayar berapa pun harganya."
Kalimat itu membuat Azalea terhenti dengan aktivitas nya dan otaknya mulai berfikir keras.
Azalea menoleh kearah samping dan melihat seorang laki-laki yang duduk membelakanginya, dan didepan nya ada seorang wanita yang berpenampilan sangat rapi.
"Semua persyaratan sudah aku tuliskan di kontrak ini." Sambil menyodorkan berkas ke pada wanita tersebut.
"Baik, saya akan melakukan sesuai dengan perintah Anda." Wanita itu meraih berkas tersebut dan memasukkannya kedalam tas.
"Pe-permisi." Azalea memberanikan diri menemui kedua orang tersebut.
Serentak keduanya melihat ke arah Azalea.
"Emmm maaf kalau saya mengganggu. Tadi saya tidak sengaja mendengar pembicaraan Anda. Emmm...." Ucapnya terputus. Keringat dingin sudah bercucuran di wajah Azalea. Sebenarnya Azalea sangat gugup.
Sedangkan kedua orang itu masih terdiam dan menatap heran ke arah Azalea.
"Kalau boleh, sa-saya bersedia." Lanjut Azalea sambil menggenggam erat kedua tangannya untuk menepis rasa gugup. Sedangkan wajahnya ditekuk dalam-dalam.
Kedua orang yang berada dihadapannya masih menatap heran ke arah Azalea. Lelaki itu memandangi Azalea dari ujung rambut hingga ujung kaki. Memar di wajah dan leher Azalea cukup menarik perhatiannya.
Azalea memang gadis yang cantik.
Kulitnya putih bersih, gadis itu tidak terlalu tinggi. Hanya 155cm.
Rambut panjangnya diikat kuncir kuda. Dengan mata bulat sempurna, hidung mancung, bibir yang berisi dan pipi chubby.
Namun, itu tidak cukup untuk membuat Biandra menyetujuinya dengan mudah.
Biandra Aksa Nugraha, Calon Pewaris NR Group. Lelaki yang saat ini berusia 28 tahun itu memang sedang mencari wanita yang mau menjual rahimnya. Dengan terpaksa dia harus melakukan itu karena desakan istrinya.
Menikah selama 5 tahun dan tidak di karuniai anak membuat istrinya sampai memiliki ide yang sangat gila menurut Biandra.
Namun, Biandra akan melakukan apapun demi istri tercintanya itu. Walaupun hal konyol sekalipun.
Biandra, kembali menoleh ke arah Siska, Sekretarisnya.
"Kamu boleh pergi sekarang."
"Baik." Siska langsung bergegas meninggalkan bos nya itu.
Sedangkan Azalea masih berdiri terbujur kaku di samping meja tersebut.
Tak lama, Biandra berdiri dan mengeluarkan dompetnya, meletakan selembar uang kertas di atas meja.
"Ambil saja kembaliannya." Ucap Biandra sambil beranjak pergi.
Azalea yang sudah kekeh dengan keputusannya tidak menyerah semudah itu.
Dengan cepat Azalea menghentikan langkah Biandra.
"Bukankah Tuan mencari wanita yang bersedia menjual rahimnya, lalu apa salahnya jika saya bersedia."
"Apa kamu pikir saya akan menerima sembarang wanita untuk mengandung anak saya ?"
Azalea terdiam. "Tapi...."
Biandra berniat untuk kembali bergegas.
Namun Azalea lagi-lagi menghentikannya.
"Saya mohon Tuan, saat ini saya sangat membutuhkan uang. Saya rela melakukan apa saja. Saya janji akan mematuhi semua peraturan dan persyaratannya. Saya mohon." Azalea tidak dapat membendung air matanya. Sedangkan tangannya menggenggam erat lengan baju Biandra.
Orang-orang yang berada di restoran itu mulai menatap ke arah Biandra dan Azalea.
"Oke oke oke... Ini kartu nama saya dan temui saya besok. Saya akan menilai apa kamu pantas atau tidak."
Biandra tidak punya pilihan lain. Ini cara satu-satunya agar Azalea melepaskannya. Dan terlepas dari tatapan semua orang.
***
Tanpa membuang waktu, pagi-pagi sekali Azalea sudah menuju ke perusahaan Biandra sesuai dengan alamat yang tertera di kartu nama yang di berikan Biandra.
Dengan perasaan was-was dan hati yang tak hentinya berdegup Azalea menunggu angkutan yang akan membawanya menuju perusahaan Biandra.
***
Dan kini, dia berdiri tepat di depan perusahaan Biandra. Melihat gedung pencakar langit itu membuat Azalea kembali berfikir dengan keputusannya.
"Mungkin orang itu memiliki spesifikasi yang tinggi. Mana mungkin aku akan berhasil meyakinkannya." Azalea berbalik dan terhenti setelah beberapa langkah.
"Ah apa salahnya aku mencoba." Azalea kembali berbalik dan dengan percaya diri melangkah masuk kedalam perusahaan.
Setelah melewati beberapa proses, akhirnya Azalea berhasil meyakinkan resepsionis bahwa dia sudah memiliki janji dengan Biandra.
"Baiklah, silahkan ikut saya."
Azalea mengikuti langkah wanita yang akan membawanya menemui Biandra.
"Silahkan masuk."
Azalea mengernyitkan alisnya. Sedikit heran karena wanita itu justru menyuruh Azalea masuk kedalam lift seorang diri.
"Tapi saya tidak tahu ruangannya."
"Lift ini langsung menuju keruangan Pak Biandra." Ucap si resepsionis dengan ramah.
***
Pintu lift terbuka, Azalea melangkah beberapa langkah. Pandangannya langsung ke pada seorang pria yang sedang sibuk di balik meja kerjanya.
Pria yang di temuinya di restoran semalam, kini Azalea melihatnya dengan lebih jelas.
Pria yang berparas tampan itu mungkin akan bisa dengan mudah mendapatkan wanita yang mau menjual Rahimnya.
Dengan ketampanan dan kekayaan yang dia miliki. Jangankan dibayar, tidak dibayarpun mungkin juga akan ada wanita yang mau.
Untuk seperdetik, Azalea justru terpana dengan ketampanan Pria itu.
"Silahkan duduk." Kalimat itu membuyarkan lamunan Azalea. Biandra mempersilahkan Azalea untuk duduk di sofa yang berada di ruang kerjanya itu.
Huffftttt...
Dengan gugup Azalea melangkah dan duduk di sofa berhadapan dengan Biandra, dan benar saja. Hatinya mulai berdetak lebih kencang.
Sebenarnya, hati dan pikirannya berlawanan dengan keputusan itu.
"Nama ?"
"Azalea Az-Zahra
"Umur ?"
"17 tahun"
Biandra terhenti dengan pertanyaannya.
"Ternyata kamu masih di bawah umur."
"Tapi aku bisa melakukannya." Ucap Azalea spontan.
"Melakukan apa ?"
"Mmm itu..." Azalea menunduk, wajahnya memerah. Dengan mimik wajah malu karena jawaban spontannya itu tadi.
"Sudah pernah melakukannya ?"
"Tidak !" Dengan cepat Azalea mendongakkan wajahnya. Sambil menegaskan kata 'Tidak' itu.
Biandra menyodorkan selembar kertas.
"Baca ini."
Azalea meraih kertas tersebut dan membacanya dengan teliti.
Terdapat beberapa point disana yang tidak dimiliki Azalea.
"Kamu memiliki semua spesifikasi itu ?" Tanya Biandra.
Azalea menggeleng pelan.
Dia tahu ini akan terjadi, namun tetap saja dia kecewa.
Azalea menunduk semakin dalam dan menangis. Dia merasa kecewa karena rencananya gagal. Dia sudah sangat berharap akan mendapatkan uang dari Biandra dengan menjual rahimnya. Lalu mengirim adiknya keluar negeri untuk bersekolah. Mengirim Adiknya sejauh mungkin dari Ibu dan Abang tiri yang selalu menindas mereka.
"Aku minta maaf, kamu tidak memiliki kesempatan ini."
Bukan tanpa sengaja Biandra menolak Azalea. Dimalam pertemuan mereka itu, Biandra langsung memerintahkan sekretarisnya untuk menyelidiki tentang Azalea. Tidak sulit bagi Biandra untuk mendapat biografi Azalea.
Azalea tidak bisa menyerah begitu saja, ini satu-satunya cara agar dia bisa memiliki uang dalam jumlah banyak dengan waktu singkat. Begitulah fikirnya.
Dengan tulus dia kembali memohon.
"Tidak bisakah Anda memberikan Saya kesempatan."
Biandra menggeleng.
"Kali ini saja." Dengan wajah memelasnya.
Namun, Biandra tetap menggeleng untuk kesekian kalinya.
"Silahkan." Biandra mempersilahkan Azalea untuk keluar dari ruang kerjanya.
Dengan lesu dan tak bersemangat, Azalea melangkah keluar dari ruangan itu. Dia masuk kedalam lift, tepat saat pintu lift tertutup. Azalea mimisan, itu sudah biasa terjadi ketika tubuhnya sudah sangat kelelahan.
Azalea menghapus darah di hidungnya sambil menangis.
>>>TO BE CONTINUED<<<
>>>JIKA KALIAN SUKA DENGAN NOVEL INI, TERUS DUKUNG AUTHOR DENGAN GIFT & VOTE YAA<<<
.
.
.
.
NEXT>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Tysa N0a_15
kisah rey Hana maraton baca keasyikan sampai lupa komen sampai end. ini sempetin komen dulu. kayaknya bagus novelnya ambil nungguin yg itu up.... salam kenal kan. semangat....
2023-11-07
2
Anonymous
baru mulai bc.. kayanya critanya oke thor. salam kenal
2023-02-06
1
Hiatus
aku hadir kk. sambil cicil2 dan ku fav ya. semangat😘🤗❤️
2022-11-23
3