Biandra berbalik ke arah meja kerjanya dan meraih ponselnya yang sudah dari tadi berdering.
"Hallo."
"Saya sudah menemukan beberapa wanita yang bersedia menjual rahim mereka."
"Baik, saya akan menemui mereka. Kirimkan saya alamatnya."
Biandra bergegas sambil meraih jasnya. Disaat pintu lift terbuka dan Biandra akan bersiap untuk masuk, betapa terkejutnya dia saat melihat Azalea yang masih berada didalam lift dengan darah di hidung dan tangannya.
"Apa yang terjadi ?" Tanya Biandra dengan ekspresi kaget.
Saat melihat Biandra, tangis Azalea semakin pecah tak karuan.
Azalea merasa sudah sangat lelah dengan semuanya, dia kecewa seakan nasib baik tidak pernah berpihak pada dirinya. Apapun yang dilakukan tidak pernah berjalan sesuai rencana dan harapannya.
Akhirnya, Biandra kembali membawa Azalea masuk kedalam ruangannya. Memberikan beberapa tissue kepada Azalea untuk membersihkan darahnya.
Selagi Azalea memberishkan darah mimisannya, tanpa sadar Biandra terus memperhatikan Azalea.
"Kamu sudah selesai ?" Tanya Biandra, sambil melihat ke arah jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.
Azalea mengangguk pelan.
Keduanya berdiri serentak dengan canggung.
"Aku juga akan keluar." Ucap Biandra menjelaskan.
"Empp iya."
Mereka berdua berjalan menuju lift.
Didalam lift keduanya hanya terdiam. Sampai pintu lift terbuka dan mereka berpisah disana.
Azalea berjalan keluar dari perusahaan itu. Sedangkan Biandra menuju basement untuk mengambil mobilnya.
Saat mengemudikan mobilnya dan keluar dari perkarangan perusahaan Biandra kembali melihat Azalea yang sedang berjalan di tortoar jalan dengan lesu seperti tidak bersemangat hidup.
Namun Biandra memilih untuk tidak mengubrisnya dan terus mengemudi melewati Azalea.
Dari spion mobilnya, Biandra kembali menoleh ke arah belakang. Dilihatnya Azalea sedang membantu seorang wanita tua yang akan menyebrang jalan. Sambil menyeka air matanya, dia terus menuntun wanita tua itu sampai ke seberang jalan.
Melihat hal itu, sedikit sudut bibirnya terangkat. Biandra tersenyum tanpa disadarinya.
***
Biandra sedang menyeleksi satu persatu wanita yang akan menjadi rahim pengganti bagi istrinya.
Namun sayangnya, kelima wanita yang dibawakan oleh sekretarisnya itu tidak satupun masuk dalam kriteria Biandra.
Entah wanita yang seperti apa sedang di carinya.
Sampai satu minggu berlalu. Dia sudah menemui hampir 20 wanita untuk program rahim pengganti itu.
Namun tak satupun lolos seleksi nya.
Dalam hati kecilnya justru terlintas tentang Azalea.
Paling tidak gadis itu masih terlihat lebih tulus di bandingkan dengan wanita-wanita yang ditemuinya itu.
***
Biandra akan menemui kliennya di restoran tempat Azalea bekerja.
Dia langsung menuju ke meja tempat kliennya sudah menunggu.
Tak lama kemudian, Azalea datang selayaknya pelayanan pada umumnya.
Dia memberikan menu kepada pelanggan dan bersiap untuk mencatat pesanan mereka.
Berbeda halnya dengan Biandra, dia terus memperhatikan Azalea.
"Ada lagi ?" Azalea memastikan pesanan mereka dengan ramah.
"Itu saja." Jawab klien Biandra.
"Baik." Azalea kembali mengambil menu dan meninggalkan meja tersebut
Pandangan Biandra terus saja tertuju pada Azalea yang sedang sibuk melayani tamu-tamu yang datang.
Bukan untuk menarik perhatian Biandra.
Beginilah Azalea apa adanya, tangannya begitu ringan membantu siapa saja yang membutuhkan. Misalnya saat ini, ada seorang anak kecil yang terjatuh saat sedang berlari. Azalea membantu sang ibu untuk membuat Anaknya berhenti menangis.
Azalea yang sudah terbiasa mengurus Adiknya dari kecil sangat paham apa yang dibutuhkan Anak kecil saat sedang menangis.
"Terimakasih Mbak." Ucap sang Ibu, setelah Azalea berhasil membuat Anaknya berhenti menangis.
"Sama-sama Mbak." Azalea membelai lembut kepala Anak kecil tersebut, setelah itu berlalu pergi untuk melanjutkan pekerjaannya.
***
Biandra memutuskan untuk menemui Azalea setelah meetingnya selesai.
"Ada yang ingin aku bicarakan."
"Saya sedang sibuk." Jawab Azalea sekenanya.
"Aku akan menunggu sampai kamu selesai bekerja."
Tanpa menjawab. Azalea langsung kembali menyibukkan dirinya.
Sedangkan Biandra memutuskan untuk menunggu Azalea diparkiran, dimana mobilnya terparkir.
Setelah selesai bekerja, Azalea langsung bergegas untuk pulang tanpa berniat menjumpai Biandra. Menurut nya, tidak ada yang perlu di bicarakan di antara mereka berdua.
Melihat Azalea, Biandra langsung bergegas mencegatnya.
"Bukankah sudah aku katakan ada yang perlu kita bicarakan."
"Memangnya apa yang bisa dibicarakan diantara kita berdua?"
"Aku akan memberikanmu kesempatan."
"Bukankah saya tidak termasuk kriteria seperti yang Anda cari."
"Apa kamu menolak kesempatan ini ?"
Azalea terdiam, raut wajah Biandra tampak serius. Namun Azalea sedikit ragu.
'Mungkinkah dia mencoba mempermainkanku ? Tapi untuk apa ? Dilihat dari luarnya, sepertinya dia bukan tipe orang yang punya waktu untuk bermain-main denganku.'
"Kamu menolak kesempatan ini ?" Biandra mengulangi pertanyaannya untuk kedua kalinya.
"Tidak!" Jawab Azalea spontan.
Biandra mengernyitkan alisnya.
"Berarti kamu setuju ?" Biandra memastikan jawaban Azalea yang ambigu baginya.
Azalea mengangguk pelan. Kini bibirnya sedikit tersenyum. Dia kembali memiliki harapan dalam hidupnya.
Harapan untuk membahagiakan Adiknya.
"Aku akan menjemputmu disini malam besok. Kita akan menemui istri ku."
Azalea kembali mengangguk pelan.
***
Keesokannya, sesuai dengan yang dikatakan. Biandra menjemput Azalea selepas selesai dia bekerja.
Keduanya menuju kediaman Biandra dan Istrinya.
Sepanjang perjalanan, keduanya hanya terdiam.
Hening...
Mereka berdua sibuk dengan pemikirannya masing-masing.
Sebenarnya begitu banyak pertanyaan yang bersarang didalam otak Azalea.
Namun entah mengapa sulit sekali baginya untuk memulai percakapan.
Sampai mobil itu berhenti di sebuah rumah yang cukup megah dan mewah.
Belum lagi keduanya turun dari mobil. Maya keluar dari rumah seakan tahu dengan kedatangan mereka.
Keduanya menghampiri Maya yang sedari tadi sudah menunggu di depan pintu.
Saat melihat Azalea, Maya langsung tersenyum kepadanya.
Terpancar jelas aura kecantikannya.
Jika bukan karena mandul, sungguh Maya adalah wanita yang sangat sempurna.
Biandra langsung melingkarkan tangannya di pinggang Maya dan mengecup lembut kening Maya. Kebiasaan yang selalu di lakukannya setiap pulang kerja.
"Ayo silahkan masuk." Maya mempersilahkan Azalea masuk.
"Terimakasih." Sambil mengangguk. Azalea mengikuti langkah Maya dan Biandra yang berjalan didepannya.
Mereka duduk di ruang tamu. Dan tak lama, seorang pembantu membawakan mereka minuman.
"So, gimana hasilnya ?" Tanya Maya yang tak sabar dengan hasil tes Azalea dirumah sakit.
"Gak ada masalah." Jawab Biandra.
Maya semakin tersenyum sumbringah.
Dia sudah tidak sabar rasanya menggendong dan merawat seorang bayi.
Sedangkan Azalea, terlihat kebingungan dengan pertanyaan dan jawaban Biandra tersebut.
Namun dia memilih untuk diam saja tanpa bertanya.
Maya sudah berhayal dan berangan-angan tentang betapa bahagianya dia jika didalam rumah yang sunyi itu terdapat seorang bayi yang akan mengisi kesunyian itu dengan tangisan, tawa, dan celoteh seorang anak.
Maya yang berusia lebih tua 5 tahun dari Biandra memang sudah sempat pesimis. Dia yang dinyatakan mandul oleh dokter 2 tahun belakangan ini bahkan sudah hampir putus asa dengan hidupnya.
"Baiklah, ini kontraknya. Silahkan di baca dulu."
Azalea meraih kertas itu.
Matanya melotot tak percaya dengan nominal yang tertera di kertas tersebut. Azale menghitung jumlah nol dari belakang angka itu.
Itu jauh lebih besar dari ekspektasi nya.
Cukup lama Azalea membaca poin-poin yang berada di kertas tersebut.
"Apa ada yang membuat kamu keberatan ?" Tanya Maya.
"Tidak, sama sekali tidak."
"Hemm baiklah kalau begitu. Silahkan tanda tangani kontrak itu."
"Tapi, apa boleh saya ajukan satu syarat."
"Apa itu ?"
"Apa saya bisa minta setengah dari bayaran ini di muka. Karena saya sangat butuh uang sekarang."
"Tentu saja, tidak masalah." Ucap Maya sambil tersenyum ramah.
Ketiganya pun menandatangani kontrak tersebut.
"Aku akan istirahat, aku sangat lelah hari ini." Biandra meninggalkan kedua wanita itu. Tampak raut wajahnya tidak sebahagia Maya. Tentu saja, sebenarnya Biandra sangat terpaksa melakukannya.
Biandra mengirimkan sebuah pesan teks pada sekretarisnya. Dia memberitahukan bahwa dia sudah menemukan wanita yang akan menjual rahimnya.
Sedangkan diluar sana. Tinggallah Maya dan Azalea yang masih sedang mengobrol.
"Jadi... Siapa namamu ?"
"Azalea Az-Zahra, anda bisa memanggil saya Lea saja."
"Emm baik lah. Dan kamu bisa panggil aku Kakak. Kebetulan aku tidak memiliki adik." Dengan ramahnya.
"Anda baik sekali."
"Tentu saja aku harus baik. Kamu akan memberikan aku hal yang paling istimewa dalam hidupmu. Tentu aku harus melayani mu sebaik mungkin." Sambil tersenyum, dan menggenggam tangan Azalea.
Sungguh Maya sangat berterima kasih kepada siapa saja yang bersedia menjadi rahim pengganti baginya.
Maya memberitahukan Azalea tentang apa-apa saja yang harus dilakukan oleh Azalea dan apa-apa saja larangannya.
Setelah selesai, Azalea di tunjukkan kamarnya oleh pembantu tadi. Sedangkan Maya masuk ke kamarnya sendiri.
***
Maya tahu, Biandra sedang kesal saat ini. Dan dia juga tahu seberapa terpaksa nya Biandra melakukan permintaan konyolnya ini.
Mereka bahkan sempat beradu argument dan akhirnya, Biandra harus mengalah.
"Terimakasih." Maya memeluk Biandra yang sedang berbaring membelakanginya.
"Aku harap, kamu tidak akan pernah menyesal dengan keputusan kamu ini."
***
Matahari mulai terbit namun mata Azalea masih belum terlelap sebentar pun.
Dia sama sekali tidak bisa tidur. Memikirkan tentang benar atau tidaknya keputusan yang telah dia ambil.
Tok... Tok... Tok...
"Nona, waktunya sarapan." Suara dari seberang pintu sana.
"Baik, saya akan segera keluar." Jawab Azalea setengah berteriak agar orang di seberang pintu sana mendengar jawabannya.
Azalea keluar dari kamar, dan menuju keruang makan. Disana sudah ada Biandra dan Maya yang sedang menikmati sarapan mereka.
"Tidurmu nyenyak ?" Tanya Maya pada Azalea.
"Nyenyak." Jawab Azalea segan dan jelas itu bohong.
"Setelah sarapan, bersiaplah. Kita akan ke suatu tempat." Ucap Biandra datar.
"Kemana ?" Tanya Azalea penasaran.
"Menikah."
"Menikah ? Hari ini ?" Dengan ekspresi kagetnya.
"Iya Lea. Bukankah semakin cepat semakin baik." Sambung Maya.
>>> TO BE CONTINUED >
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Rose_Queen
Hallo kak, mampir juga ya di Novelku. LOVE COLD HANDSOME CEO
2022-12-23
1
Momy Fatma
Tuh kan betul
2022-11-03
7
Momy Fatma
Kayaknya udah bau bau tertarik tuh
2022-11-03
4