Sesampainya di ruangan Biandra, ternyata disana sudah ada Mamanya Biandra.
"Mama, kok disini? " Tanya Biandra yang tidak menyangka dia kedatangan tamu yang cukup membuatnya kaget. Pasalnya, aku sedang bersamanya saat ini.
Bukannya menjawab pertanyaan Biandra, Mamanya justru mengalihkan pandangannya padaku.
"Azalea untuk apa ke sini?"
"Mm anu Tante..." Aku kebingungan dengan jawaban apa yang akan aku berikan.
"Tadi aku anterin dia fitting baju ke butik. Jadi aku ajak kesini dulu, nanti sekalian pulang bareng aku biar gak bolak balik." Jawab Biandra sambil duduk di balik meja kerjanya. Sedangkan aku hanya terbujur kaku kehabisan kata-kata.
"Kenapa harus kamu yang anterin, kenapa gak Zico aja." Mama Biandra mulai terlihat kesal.
"Maaf, saya permisi ke toilet sebentar." Sepertinya rasa canggungku terlihat jelas sekali. Aku memilih masuk kedalam toilet yang berada didalam ruang kerja Biandra. Menghela nafas berulang kali. Mengatur perasaan gugupku. Aku takut sekali kalau sampai Mama Biandra curiga dengan hubungan kami. ' .'
Lalu, Samar-samar terdengar obrolan di antara ibu dan anak itu.
"Sebaiknya kamu jangan terlalu dekat dengan Azalea. Sebentar lagi dia akan menjadi istri sepupumu. Jaga jarak sedikit!"
"Tapi dia kan sepupunya Maya Ma, sudah seharusnya aku yang jagain dia selama Maya gak disini."
"Dia bukan anak kecil lagi Bian. Dia sudah bisa jaga diri sendiri. Itu bukan tanggung jawab kamu."
"Tapi Ma..."
"Sebaiknya kamu dengar omongan Mama. Mama tidak mau sampai terdengar kabar yang tidak mengenakkan dari orang-orang karena kedekatan kalian."
"Iya iya... Oh ya, Mama kok sampai datang kesini, ada apa Ma?"
"Mama mau bahas tentang resorts, bagaimana kalau kita beli saham resorts. Lagi pula Zico kan belum punya pengalaman dalam bisnis. Bagaimana kalau kamu bujuk Kakek. Bilang sebaiknya resorts kamu yang kelola sambil mengajarkan Zico."
"Sudahlah Ma, kita tidak perlu ikut campur lagi urusan resorts. Biarkan Zico yang mengurusnya."
"Tapi Bian, bagaimana kalau resorts sampai bangkrut kalau diurus sama Zico."
"Itu bukan urusan kita. Lagi pula Zico juga bukan sendirian ngurus resorts. Pasti Papanya akan bantu dia."
"Mana mungkin Papanya sempat bantu dia, Papanya pasti sibuk dengan urusannya sendiri."
"Sudahlah, kita tidak perlu bahas kehidupan orang lain. Sebaiknya Mama pulang sekarang. Aku banyak kerjaan."
Terdengar dari nada bicara Biandra, dia tidak suka dengan pembahasan Mamanya kali ini.
"Yaudah kalau gitu, Mama pulang dulu. Azalea mana, biar Mama yang antar."
"Gak perlu, biar Bian yang urus nanti."
"Ingat yang Mama katakan. Jaga jarak !"
Aku keluar dari toilet, setelah ku pastikan Mama Biandra sudah keluar dari ruang kerja Biandra.
"Huffttt... Hampir saja." Aku duduk di sofa yang berada tak jauh dari meja kerja Biandra.
"Ngapain kamu kabur ?" Ejek Biandra yang padahal dia sendiri juga takut kalau sampai ketahuan Mamanya.
"Takut Mas."
Biandra terkekeh.
"Sama, aku juga takut." Imbuhnya sambil mengusap wajahnya. Dan setelah itu kami terkekeh bersama, memikirkan ketegangan yang terjadi beberapa saat yang lalu sungguh membuat spot jantung.
"Kalau kamu mau istirahat, istirahat aja dulu di kamar itu." Sambil menunjuk sebuah kamar yang berada dalam ruang kerjanya.
"Emang boleh ?"
"Untuk kamu apa sih yang gak." Gombalnya.
"Yaudah kalau gitu aku tunggu Mas di kamar itu aja yaa."
Biandra mengangguk sambil tersenyum.
Aku masuk kedalam ruang yang biasanya di jadikan Biandra tempat untuk beristirahat itu. Didalamnya ada sebuah tempat tidur yang cukup besar. Tempat penyimpanan jas.
Dan...
Pandanganku tertahan di sebuah bingkai besar di dinding sebelah kanan. Itu foto prewed Biandra dan Maya.
Tampak jelas raut bahagia di wajah keduanya. Mereka tampak begitu serasi.
'Andai saja, wanita yang bersanding disampingnya itu aku. Ah Lea, apa yang kamu pikirkan. Mana mungkin seorang Biandra bersanding denganmu. Ingat, kamu itu tidak sebanding dengan Maya. Dia wanita cantik yang berpendidikan. Dan yang paling penting Maya juga terlahir dari keluarga kaya sama seperti Biandra. Sedangkan kamu ?'
Aku menertawakan diriku sendiri dengan pemikiran konyolku.
Tidak ingin larut dalam pikiran dan hayalanku yang tidak jelas itu. Aku memilih untuk berbaring di atas ranjang yang biasa di gunakan oleh Biandra.
Pikiranku kacau, sungguh aku tidak bisa berfikir jernih saat ini.
***
"Lea bangun, katanya mau ikut jemput Maya." Dengan lembut Biandra mencoba membangunkanku.
"Aku gak jadi ikut Mas, masih ngantuk banget."
"Bener nih gak jadi ikut ?"
"Emm..." Sungguh entah mengapa hari ini aku sangat mengantuk rasanya. Jangankan untuk membuka mata, untuk sekedar menjawab pertanyaan Biandra saja rasanya tak sanggup.
***
Tak lama berselang, ketika aku sudah kembali mulai terlelap.
Grrtttt... Grrttttt...
Ponselku berdering, dengan kesal ku angkat panggilan telpon itu. Tidurku sangat terganggu pagi ini.
"Mm Hallo."
"Aku jemput 30 menit lagi." Tiittt tiitttt panggilan berakhir. Aku bahkan belum sempat mengeluarkan sepatah katapun. Kulihat panggilan masuk dilayar ponselku 'Zico'
Sambil berdengus kesal dan dengan sangat terpaksa. Aku menuruti perintahnya, padahal aku masih sangat mengantuk dan ingin melanjutkan tidurku yang nyenyak.
Tepat 30 menit kemudian, aku menerima pesan teks. 'Aku tunggu di bawah.' Dengan tergesa-gesa aku turun, seakan takut membiarkan Zico menunggu ku terlalu lama.
Dengan ngos-ngosan aku masuk kedalam mobil Zico. "Kita mau kemana ?" Tanyaku sambil mengatur nafasku.
"Jumpa WO." Jawaban yang sangat singkat. Zico langsung melajukan mobilnya. Raut wajahnya datar dan dingin. Sedingin es di kutub utara.
"Kamu kenapa sih? " Aku sudah tidak tahan, dengan ke anehan sikapnya yang tiba-tiba berubah.
"Gak Kenapa-kenapa."
"Gak mungkin, pasti kenapa-kenapa. Kalau gak kenapa-kenapa, gak mungkin sikap kamu tiba-tiba berubah gini."
"Bukan urusan kamu." Aku terkejut dengan jawaban itu.
Aku berdengus kesal. Memalingkan wajahku dengan penuh emosi.
***
Kami bertemu dengan WO di NR resorts. Mereka sudah menunggu kami di aula, tempat acara pernikahan akan diselenggarakan.
"Maaf sudah menunggu lama." Dengan begitu ramah, beda sekali dengan cara dia memperlakukanku beberapa hari ini.
"Tidak masalah." Balas pemilik WO tak kalah ramah.
Mereka berbincang dengan serius. Sedangkan aku sibuk dengan hal lain. Aku sama sekali tidak menyimak dengan apa yang sedang mereka bahas.
"Kamu suka bunga yang mana ?" Tanya Zico sambil menyodorkan beberapa pilihan gambar bunga yang akan digunakan untuk menghias aula pernikahan.
"Yang mana aja boleh." Jawabku sekenanya. Aku tidak perduli bunga apa yang akan digunakan, seperti apa dekornya atau sebagainya. Aku sama sekali tidak perduli. Karena ini bukan pernikahan yang aku impikan.
Bisa ku pastikan, ekspresi Zico yang semakin kesal karena jawabanku itu.
.
.
.
.
.
Bersambung...!
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian yaa, Dengan cara komen, like, dan subscribe.
Terimakasih...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Elliyana Mifa
ternyata mama biandra justru serakah...sdh perusahaan di berikan sama biandra..msih aj sibuk mo beli saham resort....
2023-05-18
0