Tangan Azalea langsung lemas. Dia seperti kehilangan tenaganya. Hatinya semakin berdegup tak karuan.
Menikah...
Adalah satu kata yang pastinya diimpikan oleh setiap orang.
Angan-angan tentang pernikahan itu pasti selalu di harapkan menjadi hari yang tidak pernah terlupakan.
Menjadi hari paling istimewa dalam hidup.
Namun, pantaskah Azalea berharap lebih tentang pernikahan itu.
"Baiklah." Ujar Azalea setelah terdiam beberapa saat.
Setelah selesai sarapan Azalea langsung masuk ke dalam kamar untuk bersiap-siap.
Tak lama berselang, Maya masuk menemui Azalea dikamarnya.
"Sudah siap ?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Azalea yang sedang termenung menatap cermin.
"Eh... Sudah sudah." Salah tingkah dan meraih slim bag nya.
"Bawalah beberapa pakaian." Sambil menyodorkan koper kecil yang berisi pakaian dan perlengkapan lainnya.
"Untuk apa Kak ?"
"Mungkin kalian harus menginap disana nanti."
"Kenapa ?"
"Karena tempatnya jauh. Mungkin membutuhkan waktu empat atau lima jam untuk sampai disana. Kalian tidak mungkin bisa pulang pergi."
"Kakak tidak ikut."
Maya menggeleng sambil tersenyum tipis.
Azalea mengerti, wanita mana yang sanggup melihat suaminya menikahi wanita lain didepan matanya sendiri.
Walaupun ini hanya pernikahan sementara sampai Anak itu lahir.
"Hemm baiklah." Azalea menerima koper pemberian Maya, dan mereka keluar dari kamar bersama. Lalu menuju ke garasi mobil. Biandra sudah menunggu disana.
Biandra memeluk Maya dengan Erat. Seakan tidak mau meninggalkannya walaupun hanya sementara.
Azalea yang melihat keromantisan itu justru salah tingkah sendiri dibuatnya.
Akhirnya dia memilih untuk menunggu didalam mobil.
"Sudah, nanti kalian akan terlambat." Suara Maya terdengar serak. Dia sedang menahan rasa sesak di dadanya.
"Maafkan aku."
"Aku yang seharusnya minta maaf Bian. Terimakasih... Terimakasih karena kamu akhirnya mau menuruti keinginan ku."
Maya melepaskan pelukan itu.
"Sudah waktunya berangkat. Kasian Lea nunggu kelamaan." Ujar Maya mengingatkan.
Biandra mengecup kening Maya, lalu beranjak masuk ke dalam mobil.
Mobil melaju perlahan keluar dari perkarangan rumah dan Maya melepaskan kepergian mereka.
***
Perjalanan yang panjang. Mereka sampai di sebuah hotel jam dua siang.
Tanpa menemui resepsionis terlebih dahulu. Biandra langsung menuju ke kamar hotel.
Azalea yang mengikuti nya terheran-heran, tentang kapan Biandra memesan kamar hotelnya.
Ternyata didalam kamar hotel tersebut sudah ada beberapa orang yang sedang menunggu kedatangan Biandra dan Azalea. Salah satunya Siska sekretaris Biandra.
"Ayo kita mulai sekarang." Ucap Biandra tanpa mengulur waktu lebih lama.
Ijab kabul di ikrar kan. Pernikahan kilat itu terjadi dalam satu jam.
Bahkan Azalea masih belum menyangka bahwa status nya sekarang adalah istri sah dari seorang CEO ternama.
Pernikahan diam-diam ini dilakukan jauh dari tempat mereka tinggal agar tidak ada yang tau tentang pernikahan ini bahkan keluarga dari Biandra atau pun Maya.
Mereka bertiga akan memainkan sandiwara didepan semua orang nantinya.
***
Setelah selesai, semua orang meninggalkan kamar hotel itu. Tinggallah Biandra dan Azalea disana.
"Tidak perlu mengeluarkan barang-barang mu. Kita akan pulang sekarang." Ujar Biandra.
"Pulang sekarang ? Tapi ini sudah hampir sore. Kita akan sampai disana tengah malam. Apa Anda tidak kelelahan ?"
"Tidak... "
"Hemm baiklah. Tapi apa boleh saya mandi terlebih dahulu. Saya merasa sangat gerah."
"Jangan terlalu lama."
"Baik." Sambil tersenyum lebar. Azalea bergegas mengambil perlengkapan mandi yang berada di dalam koper.
Beberapa menit berlalu, Biandra memilih untuk menyibukkan dirinya dengan ponsel. Menggulirkan berulang kali layar ponselnya untuk menghilangkan kejenuhan.
Pikirannya jauh kesana, memikirkan Maya dan perasaannya.
"Mas... Mas Bian bisa tolong aku ?" Teriak Azalea dari dalam kamar mandi.
"Apa ?"
"Tolong ambilkan handuk. Saya lupa memasukkannya kedalam kamar mandi tadi."
Biandra meletakkan ponselnya dan bangkit dari duduknya. Mengambil handuk dan menuju ke kamar mandi.
Biandra mengetuk pintu kamar mandi. Dan menyodorkan handuk masuk kedalam kamar mandi saat pintu itu dibuka sedikit oleh Azalea.
"Cepat." Ujarnya singkat.
"Baik Mas."
Tak lama, Azalea keluar dengan rambut basahnya.
"Kamu tidak mengeringkan rambutmu terlebih dahulu."
"Tidak perlu." Sambil bergegas membereskan barang-barangnya.
Biandra memang lelaki yang peka. Dia langsung mengambil alih barang bawaan Azalea dan membiarkan Azalea berjalan hanya dengan membawa slim bag nya saja.
"Terimakasih." Ujar Azalea sambil tersipu.
Yaa begitu lah wanita. Mereka akan begitu mudah luluh walaupun hanya dengan sedikit perlakuan baik.
***
Mereka sudah menempuh dua jam perjalanan. Sedangkan hari sudah mulai gelap.
"Kamu tidur aja kalau ngantuk." Ujar Biandra.
"Gak apa-apa, saya temani Mas ngobrol aja. Biar gak suntuk."
"Mau ngobrol apa ?"
"Hemm apa aja. Terserah Mas."
"Kok terserah aku. Kan yang mau ngobrol kamu."
"Hehe iyaa sih. Tapi saya nya..."
"Aku kamu aja. Gak perlu terlalu formal."
"Tapi kan Mas lebih tua dari saya."
Biandra menatap ke arah Azalea. Setelah itu kembali fokus ke jalan.
"Dikira orang aku majikan kamu ntar."
"Kan memang iya."
"Azalea Az-Zahra." Dengan nada menekan. Menandakan dia sedang serius sekarang.
"Iyaa iyaa aku kamu." Ujar Azalea menurut.
Kemudian hening beberapa saat.
"Jadi Mas..." Lanjut Azalea.
"Apa ?"
"Apa selanjutnya ?"
"Apanya ?"
"Kitanya."
"Kenapa kitanya."
"Itu..."
"Itu apa sih ?"
"Anu..."
"Apaan sih kamu gak jelas."
"Itu loh Mas."
"Apanya yang itu loh."
"Kita kan udah nikah nih. Trus..."
"Hamilnya ?" Pangkas Biandra.
"Kok hamilnya." Sambil mengernyitkan alisnya.
"Lah trus apa ?"
"Lupain aja deh."
Biandra menatap Azalea heran. Dalam hati, apa sih maksudnya anak ini.
Karena terlalu lama terdiam. Akhirnya Azalea tertidur.
"Lea... Lea bangun, kita udah sampai."
Lea terbangun, sambil mengucek-ngucek matanya dia melihat sekeliling dan merasa asing.
"Kita dimana Mas ?"
"Apartemen."
Azalea bergegas turun dari mobil dan mengikuti langkah Biandra.
Mereka masuk kedalam salah satu unit apartemen.
Apartemen super mewah itu terletak di lantai 20. Dan menyuguhkan pemandangan kota yang sangat indah.
Itu membuat Azalea begitu takjub.
"Kamu akan tinggal di sini." Ujar Biandra sambil memasukkan koper Azalea kedalam kamar.
Tak ada jawaban, Azalea sedang sibuk dengan pemandangan dari luar dinding kaca apartemen.
Biandra menyodorkan sebuah black card kepada Azalea.
"Ini syarat yang kamu ajukan."
"Secepat ini ?" Azalea tak percaya dia bisa mendapatkan uang secepat itu.
"Iyaa. Kamu akan menerima sisanya setelah tugas kamu selesai."
Tanpa menjawab, Azalea menerima black card itu dengan perlahan.
"Aku akan pulang sekarang." Ujar Biandra sambil beranjak.
"Kamu gak nginap disini Mas ?"
"Lain kali."
***
Azalea masih termangu tak percaya. Kini ditangannya berada sejumlah uang dengan nominal yang tidak pernah terbayangkan olehnya.
Dengan cepat dia langsung mencari ponselnya di dalam slim bag miliknya.
Seakan tidak ingin membuang waktu.
Dia langsung menghubungi Adiknya.
"Hallo. Kakak kemana aja ? Kenapa ponsel kakak mati dua hari ini." Dengan panik adik Azalea menerima telpon dari Azalea.
"Kakak udah punya uang sekarang. Besok kakak akan mendaftarkan kamu ke sekolah asrama." Ujar Azalea tanpa basa-basi.
"Kakak dapat uang dari mana? "
"Kamu gak perlu tahu itu. Yang jelas kamu harus siap-siap. Kakak akan jemput kamu kalau pendaftarannya sudah selesai."
"Tapi bagaimana dengan Ayah Kak."
"Kakak yang urus semuanya. Kamu gak perlu mencemaskan apapun. Kamu hanya perlu fokus untuk belajar dan menjadi sukses."
"Tapi Kak..."
"Besok Kakak hubungi lagi. Ini sudah larut. Sebaiknya kamu tidur sekarang."
"Iyaa kak. Dimana pun kakak berada, baik-baik disana yaa."
***
Azalea menjadi wanita kaya dalam satu hari.
>>> TO BE CONTINUED <<<
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Any
Tidak selalu yang kita harapkan, sesuai dengan kenyataan
2022-10-23
13