terjebak

"Itu beneran nggak pa-pa kita tinggalin?" Tanya Luna yang sedikit kasihan dengan Fariz.

"Biarin ja!" Jawab Laras cuek.

"Oke. Itu tadi 4 orang cewek centil yang datangi kita siapa?" Tanya Luna.

"Biasa mereka itu salah satunya anak petinggi di kampus, jadi agak sok berkuasa!" Jelas Laras.

"Yang mana?" Tanya Luna penasaran.

"Yang kamu tuduh udah dorong kamu tadi." Jelas Laras cuek.

"Serius?" Tanya Luna agak sedikit cemas.

***

"Buat apa aku bohong sih Lun?" Jawab Laras santai.

"Siapa tahu kamu mau ngerjain aku!" Jawab Laras.

"Kurang kerjaan banget saya..."

"Kalau kamu banyak kerjaan nggak mungkin sekarang kamu disini bantuin aku siapkan sidang skripsi..." Luna tertawa setelah menjelaskan bahwa Laras memang si pengangguran yang sedang menunggu jadwal sidang skripsi.

"Sialan!" Hardik Laras, yang merasa bahwa ucapan Luna memang benar adanya. "Eh.. Kamu sudah tahu dosen pebgujinya siapa belum?" Tanya Laras sambil berjalan di sebelah Luna menuju ruang Tata Usaha Jurusan mereka.

"Belum!" Jawab Luna setelah duduk di kursi tunggu ruang Tata Usaha yang belum buka.

"Emang belum ada di jadwalnya?" Tanyak Laras aneh, karena biasanya jadwal sidang keluar bersama dengan siapa saja yang akan menguji mereka.

"Kamu tahukan insiden gimana aku bisa jadwal sidang secepat ini?" Tanya Luna sarkas.

Laras yang memang sudah tahu, hanya mengangguk-anggukkan kepala saja sambil tersenyum maklum.

"Jadi sudah di pastikan bahwa aku juga baru akan tahu nanti siapa dosen penguji, ketika berada di salam ruangan yang menyeramkan itu." Tunjuk Luna pada ruangan yang biasa di gunakan untuk sidang skripsi.

"Eh itu udah buka!" Tunjuk Laras pada pintu ruang Tata usaha yang buka tepat pukul 08.00 WIB.

"Permisi bu" Sapa Luna sopan pada petugas Tata Usaha yang sudah berusia sekitar pertengahan 40-an.

"Ya mbak ada apa?" Jawab petugas Tata Usaha dengan muka senyum, namun nada yang cukup kesal.

"Saya mau minta jadwal untuk ruang yang akan di gunakan sidang nanti jam 09.30, bu!" Jelas Luna dari maksud dan tujuannya datang ke sana.

"Sebentar ya!" Perintah petugas tata usaha, dia lalu berbalik menatap layar monitor komputer dan mengetik sesuatu disana.

"Atas nama mbak Luna?" Tanyanya dengan nada lebih bersahabat.

"Iya bu!" Jawab Luna sambil mengangguk.

"Untuk kunci ruangnya bisa ambil di pos satpam depan ya mbak." Jelasnya. "Dan lalu iniformulir yang harus diisi!" Wanita paruh baya itu menyerahkan kertas yang harus Luna isi untuk data penggunaan ruangan.

"Makasih ya bu!" Ucap Luna sopan, lalu mengisi kertas yang di berikan oleh wanita penunggu tata usaha tersebut.

Setelah mengisi data diri beberapa saat, Luna mengembalikan kertas yang telah di isinya.

"Bu, ini !" Ucap Luna sambil memberikan kertas tersebut.

"Sebentar!" Perintah Tata usaha sambil menerima kertas pemberian Luna.

Wanita paruh baya itu tampak membaca tulisan Luna dan mengkonfirmasi beberapa hal, Lalu memberikan kartu peminjaman kunci ruangan kepada Luna.

"Ini kartu pinjamnya, nanti di kembalikan kesini setelah selesai memakai ruangan ya!" Ingat wanita paruh baya tersebut.

"Baik, Terimakasih bu!" Ucap Luna sambil undur diri.

Karena Luna memang pergi ke sana cukup pagi, jadi Luna tidak perlu antri panjang dan lama. Kampus mereka juga masih belum begitu padat.

"Laras, ayo!" Ajak Luna sambil menarik tangan Laras yang sedang asik memainkan ponselnya di kursi tunggu ruangan tata usaha tersebut.

"Bentar!" Ucap Laras sambil berjalan dan memasukkan ponselnya kedalam tas yang dibawanya.

"Cepet!" Luna hanya melambatkan langkah kakinya, tanpa menghentikan jalannya untuk menunggu Laras.

"Mau kemana lagi?" Tanya Laras setelah berjalan di samping Luna.

"Ambil kunci ruangan!" Jawab Luna sambil menunjukkan kartu yang di dapatnya dari petugas tata usaha tadi.

"O.." Laras hanya ber'o' saja sambil terus mengikuti langkah Luna.

Sesampainya mereka di ruang sidang skripsi Luna san Laras hendak menyiapkan beberapa keperluan untuk dosen dan juga alat persentasi nanti.

"Ngapain disini?" Tanya Luna yang melihat Fariz tegak di depan pintu membuatnya kaget.

"Anter orang suruhan Bunda.." Jawab Fariz santai sambil mempersilakan 2 orang dari katring memasuki ruangan.

"Permisi mas, mbak!" Sapa kedua orang itu.

"Kalian ngapain?" Tanya Luna yang melihat kedua orang itu sudah menata makan dan juga makanan ringan di atas meja.

"Nyiapin pesenan mbak!" Jelas salah satu dari mereka dengan tetap mengerjakan pekerjaan masing-masing.

"Tapi saya nggak pesen dan ini gimana bayarnya?" Tanga Luna khawatir.

"Kami hanya menyelesaikan pekerjaan kami, dan untuk masalah pembayaran semua sudah lunas." Jelas keduanya.

"Pak...!" Panggil Luna yang melihat Fariz hendak pergi dari ruangan itu.

"Iya sayang?" Tanya Fariz berbalik menghadap Luna.

"Saya nggak enak kalau begini sama bunda, saya jadi ngerepotin beliau." Ucap Luna yang merasa tidak pantas menerima kebaikan dari wanita anggun yang telah ia bohongi itu.

"Kamu tenang aja bunda emang gitu orangnya, jadi santai aja!" Jelas Fariz menenangkan.

"Tapi tetap saja saya meras tidak pantas mendapatkan semua ini!" Jelas Luna.

"Kalau kamu merasa tidak enak sama bunda kamu bisa bicara langsung dengan beliau nanti setelah selesai sidang, atau malam?" Tawar Fariz.

"Tapi.." Luna sedikit keberatan atas usulan Fariz tersebut, pasalnya nanti pasti akan menimbulkan harapan lebih besar lagi.

"Kamu bisa datang nanti malam bersama saya untuk berterima kasih langsung dengan bunda atau kamu bisa lanjutkan saja tanpa pernah bertemu dengan bunda!" Jelas Fariz.

"Bisa pakai cara lain nggak?" Tawar Luna.

"Seperti?" Tanya Fariz yang hendak tahu cara apa yang ada di dalam fikiran Luna.

"Kita jujur saja ke orang tua bapak kalau semuanya cuman salah paham dan kita memang tidak pernah ada hubungan apa-apa, jadi nanti kedua orang tua bapak tidak akan salah paham lagi dan menganggap saya seperti biasa lagi, Bagaimana?" Jelas Luna dengan panjang lebar.

Fariz memukul kening luna menggunakan jari telunjuknya, lalu hendak pergi.

"Pak, setujukan?" Tawar Luna.

"Nggak setuju SA-YA-NG!" Ucap Fariz dengan mereka kata sayang menggunakan suara keras.

Suara meras Fariz dapat di dengar oleh orang-orang yang melintasi mereka. Beberapa orang yang memang mengenal mereka hanya tersenyum dan pergi melihatnya.

"Kamu!" Luna yang mendengar panggilan Fariz yang di sengaja melotot sambil menunjuk Fariz geram.

"Kamu yang panggil saya sayang duluan tadi pagi, jadi itu salah kamu!" Elak Fariz. "Dan kalau kamu tidak mau ikut saya nanti malam, saya pastikan kamu tidak akan saya luluskan pada sidang nanti!" Kata Fariz mengancam.

"Memang kami siapa berani-berani mengancam seperti itu?" Tanrnag Luna.

"Saya dosen penguji anda nanti!" Jawab Fariz santai.

***

bersambung

Baca karya aku yang lain juga yok ada

JODOH: Cinta Pertama (60 bab)

Brondong Meresahkan (15 bab)

Antonim (1 bab)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!