5. fitnah

Luna yang memang sedang bimbingan skripsi sering keluar masuk ruang dosen akhir-akhir ini, kadang kala bersama Laras, ataupun sendirian. Luna hanya ingin cepat selesai dan tidak perlu membayar uang kuliah lagi semester depan.

Luna juga sering bertemu Fariz, karena memang Luna bimbingan skripsi dengan dosen yang ruangan bersebelahan dengan ruang Fariz. Beberapa Kali Fariz meminta bantuan Luna untuk sekedar mengecek kelengkapan tugas atau yang lainnya. Luna cukup akrab dengan Fariz, hingga beberapa kali mereka makan siang berdua ketika Luna menggu dosen pembimbingnya.

"Udah sampai bab berapa Lun?" Tanya Fariz ketika mereka Luna sedang menyiapkan makanan yang Fariz pesan di atas meja pantry.

" Udah bab akhir tapi beberapa kali revisi terus, yang kemaren-kemaren padahal lancar!" Luna sedikit curhat kepada Fariz, karena memang jarak umur mereka berdua tidak terlalu jauh serta Fariz yang santai dan mudah akrab dengan orang lain.

" prank..." Luna tidak sengaja menjatuhkan gelas yang sedang di bawanya, sehingga jatuh dan pecah.

Refleks Luna langsung berjongkok dan mengambil pecahan gelas tersebut. Namun, karena kurang hati-hati Luna malah melukai jarinya sendiri hingga mengeluarkan darah cukup banyak.

" Kenapa Lun?" Fariz ikut berjongkok waktu mendengar pecahan gelas, ketika Luna hendak mengmunguti pecahan kaca.

Melihat Luna terluka Fariz dengan sigap membimbing Luna untuk membersihkan Luka dengan air yang mengalir, Lalu mengambil kotak PPPK dari ruangannya yang memang sudah disiapkan oleh staf kampus.

" Lain kali hati-hati, Lun!" Ucap Fariz sambil mengusap air mata Luna yang sudah mengalir.

" Perih!" Adu Luna menahan tangis.

" Sini, Aku obati!" Ucap Fariz sambil membalut luka Luna dengan peralatan yang ada di kotak PPPK tersebut.

"Terima kasih."

" Sama-sama, udah jangan nangis!" Ucap Fariz sambil mengelus rambut Luna.

Ketika Fariz sedang membereskan kotak PPPK dosen yang di tunggu Luna pun datang dan memanggil Luna untuk bimbingan, sambil mengambil air minum di pantry.

" Ayo bimbingan dulu mbak Luna, nggak di ajak pacaran terus anak bimbingan saya pak!" Ledek pak Alif kepada Luna dan juga Fariz.

"Saya habis bantu pak Fariz tadi!" Jelas Luna yang malu di ledek oleh dosennya sendiri.

"Pacaran juga nggak pa-pa mbak, iyakan, Riz?" Sahut pak Alif sambil berjalan keluar dari pantry.

"Mau saya ajak nikah pak, kalau udah selesai. Cepet ACC ya, Pak!" Sahut Fariz sambil bercanda.

"Siap, yang penting nanti saya jadi saksinya ya!" Tawar pak Alif. Sebagai sesama laki-laki perasaan Fariz kepada Luna dapat terbaca oleh Alif denga. sangat jelas, apalagi beberapa kali Fariz secara tidak sadar memperhatikan Luna yang sedang berada di ruangan dosen.

Hanya membutuh waktu sebentar untuk Luna bimbingan, karena memang hanya tinggal bab penutup dan juga kelengkapan data. Jadi setelah ini Luna bisa langsung mendaftarkan diri untuk ujian skripsi.

" Habis dari sini langsung daftar sidang ja mbak, biar cepat dapat jadwal! " Saran Pak Alif pada Luna.

" Iya pak, berkasnya sudah saya siapkan semua!"

" Teman kamu langsung suruh masuk ja ya Lun!" Kata pak Alif setelah Luna selesai bimbingan dan mendapat tanda tangan untuk persiapan mendaftar ujian.

"Temen yang mana pak?" Luna bingung pasalnya dia hanya sendiri tidak bersama siapapun.

"Itu tadi yang pakai masker, yang kedepan pas saya masuk!" Jelas pak Alif sambil membenarkan letak kaca matanya.

" Hari ini saya sendiri Pak!, nggak sama temen!" Ucap Luna sopan.

" Lho yang tadi keluar pas saya masuk siapa?" Tanya Pak Alif bingung sambil mengingat-ingat ada mahasiswi yang juga ada di ruangan ini tadi sewaktu dia masuk.

" Mungkin dari meja dosen lain pak, untuk mengumpulkan tugas kuliah!" Jawab Luna.

" Oh... Mungkin juga, kirain tadi temenmu, soalnya mirip anak bimbingan saya juga!" Ucap Pak Alif sambil mengangguk-anggukan kepalanya.

" Kalau begitu saya permisi pak!" Pamit Luna.

"Oya!"

***

Malamnya sepulang Luna dari tempat kerja, Laras datang menghampiri ke rumah Luna dengan muka panik dan juga cemas.

" Lun ..... ga...wat!" Laras yang datang dengan panik sampai terbaik-bata bicara kepada Luna.

Luna mempersilakan Laras masuk terlebih dahulu dan mengambil air putih agar nanti Laras dapat menjelaskan permasalahannya dengan lebih tenang. Namun, di tahan oleh Laras.

"Aku nggak butuh minum!"

"Tapi..!"

Laras menarik tangan Luna agar duduk di sampingnya, lalu mencari HP di dalam tas yang Laras bawa. Setelah itu Laras mencari sosial media kampus yang di hebohkan dengan foto yang sudah banyak di komantari anak-anak kampus.

" Kamu lihat ini!" Laras memberikan Hpnya kepada Luna. "Baca caption nya!"

Luna yang melihat foto itu hanya diam dan hampir menjatuhkan Hp milik Laras. Syukurnya dengan sigap Laras menyelamatkan harta berharganya itu.

Laras memeluk Luna yang sudah menangis sesegukan sambil mengelus punggung Luna dengan sayang, dan memberikan semangat. Laras tahu Luna tidak akan serendah itu, dan Luna pasti bisa melewati fitnah kejam ini.

" Sabar, Lun"

"Aku nggak!"

" Aku tahu kamu nggak serendah itu, kita hadapi sama-sama ya!" Ucap Laras menguatkan Luna.

" Aku harus gimana?" Tanya Luna sambil sesegukan, dan mencoba menarik nafas dalam-dalam agar lebih tenang.

" Aku juga nggak tahu!" Geleng Laras.

" Tunggu!" Luna berfikir sebentar. "Kamu kenal siapa yang pegang kendali di sosial media kampus kita ini?"

" Nggak tahu lah Lun, kamu pikir aku ngurusin hal kayak gini?"

" Coba telpon pacarmu tanyain!"

" O...iya!" Laras lalu dengan cepat menelpon pacarnya (Aldi yang merupakan mantan ketua BEM kampus, sudah wisuda tahun lalu).

Laras mencoba menghubungi beberapa kali namun tidak juga di angkat oleh sang pacar tidak juga menjawab telponya, membuat Laras kesal dan hampir saja melempar Hpnya. Namun, ditahan oleh Luna.

"Sayang HPnya!" Tahan Luna, sambil merebut HP itu.

" Kesel, nggak di angkat-angkat!" Omel Laras.

Karena telponya tidak diangkat sang pacar, Laras marah-marah tidak jelas, dan hal itu malah membuat Luna tertawa keras untuk menutupi rasa gundahnya.

Tidak beberapa lama telpon Laras berdering dan tertera nama Aldi di layar HP itu. Belum sempat Aldi mengucap salam sudah mendapat omelan dari Laras.

"Kemana kok lama banget angkat telpon ja?, aku bulan prioritas kamu lagi ya?, cowok emang gitu kalau udah dapat nggak akan kayak dulu pas masih ngejar-ngejar ya?"

Aldi yang tahu sifat Laras hanya diam mendengarkan Laras sampai dia berhenti, baru set

telah itu dia akan bertanya.

"Sudah?"

"Sudah!"

" Tadi aku lagi di jalan, baru pulang dari kantor. Jadi kamu telpon aku sebanyak itu ada apa?" Tanya Aldi pelan.

" Di sosmed kampus ada foto Luna yang di ambil seolah dia lagi mesra-mesraan sama dosen yang akh ceritain ke kamu kemaren. Dosen muda yang ganteng kayak lee min ho, terus banyak di idolain anak-anak."

" Oke, jadi kamu butuh apa dari aku?"

" Bantu selesain masalah Luna!"

" Oke, nanti aku kesana sama dosen kalian!"

"Kamu kenal?" Tanya Laras aneh.

" Sepupuku!" Jawab Aldi santai.

***

Terkadang perempuan hanya butuh sedikit air mata di awal untuk menyelesaikan semua masalahnya. Bukan karena dia lemah, tapi itu adalah penguat untuknya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!