Luna menunggu dengan cemas. dia malu dan juga bingung harus bersikap bagaimana nanti bila bertemu dengan Fariz. Beberapa kali Luna menarik nafas panjang untuk menetralkan degup jantungnya.
" Lun!" Laras yang melihat Luna tidak tenang pun menegurnya.
"Ah, kenapa?" Luna seperti orang linglung.
"Kamu yang kenapa?" Omel Laras jutek.
"Aku bingung, besok kalau ketemu pak Fariz harus gimana?" Tanya Luna.
Laras mengerutkan kening. " Kok besok?"
" Ya kalau ketemu besok atau kapan-kapan aku bingung harus gimana. Malu aku!" Jelas Luna.
" O...nggak usah nunggu besok, bentar lagi pak Fariz juga sampai!" Terang Laras santai.
" Mak...maksud mu apa?" Tanya Luna gugup mendengar penjelasan Laras.
" Nanti Aldi datang sama pak Fariz." Jelas Laras sambil berjalan ke arah dapur.
" Kok bisa?" Tanya Luna.
Luna berjalan mengikuti Laras, yang sedang membuat teh hangat untuk tamu yang akan datang. Laras sudah terbiasa di rumah Luna. Karena memang Luna hanya sendirian, Laras selalu berinisiatif menemaninya.
" Aku juga nggak tahu gimana ceritanya, tapi kata Aldi tadi Fariz itu sepupunya." Laras berbalik menghadap Luna dan menenangkan temannya itu.
Suara mobil terdengar dari luar. Laras menyuruh Luna membukakan pintu depan, karena jika Laras menyuruh Luna membawakan minuman pasti minuman itu hanya akan menjadi air kotor diatas lantai, sangking kalutnya Luna.
Antara takut dan juga gugup bertemu dengan Fariz, Luna mendekati pagar rumahnya. Memegang pagar kokoh itu dengan tangan gemetar, membuka buka pagar dan mempersilakan kedua tamunya masuk kedalam.
Luna masuk bersama Fariz dan juga Aldi kedalam rumah, tanpa menutup pintu depan. Luna takut akan ada fitnah lain lagi bila dia membawa dua orang pria masuk kedalam rumah dan menutup pintu depan.
" Di minum dulu!" Ucap Laras menawarkan minuman yang telah ia bawa.
"iya!" Ucap Fariz dan juga Aldi bersamaan.
Sedang Luna sudah tidak berani melakukan apapun. Luna hanya duduk disamping Laras, dan mengumpulkan keberaniannya untuk berbicara kepada Fariz dan juga meminta maaf akan masalah yang sudah di timbulkan.
Fariz yang sedang minum teh didapat Luna tidak luput memperhatikan kegugupan dan kecemasan dari gerak-gerik Luna. Sekilas Fariz tersenyum melihat Luna yang begitu menggemaskan di mata Fariz.
" Maaf sudah menimbulkan masalah untuk kamu!" Ucap Fariz tiba-tiba.
" Saya yang harusnya meminta maaf pak!" Luna menunduk dalam merasa bersalah pada Fariz.
"Drama minta maafnya di tunda dulu!" Potong Laras menengahi.
" Kita cari solusi dulu buat masalah kalian berdua ini!" Kata Aldi menengahi.
"Kamu ada solusi?" Tanya Laras pada Aldi, sambil meminta solusi padanya.
"Nggak, makanya aku bawa yang punya masalah!" Ucap Aldi santai sambil meminum tehnya.
Fariz mengusap mukanya sambil menarik nafas panjang. Dan menatap Luna tajam.
" Kamu punya pacar, atau punya hubungan spesial dengan laki-laki?" Tanya Fariz pada Luna penuh selidik.
Luna yang ditanya seperti itu bingung, dan menggeleng kepala saja.
" Luna nggak ada deket sama siapa pun, waktunya habis buat ngurus hidupmu sendiri.!" Ucap Laras menjelaskan.
" Ada suka sama orang?" Tanya Fariz lagi.
"Apa hubungannya pertanyaan kamu sama masalah kalian?"
Laras yang merasa pertanyaan Fariz sudah melenceng jauh dari masalah emosi sendiri dan sudah tidak perduli lagi dengan tata krama. Laras sudah tidak lagi memanggil Fariz dengan embel-embel 'Pak'.
Sedang Luna hanya diam tida tahu harus bagaimana, hidupnya sudah cukup bermasalah. Kenapa harus bertambah lagi masalahnya.
"Saya punya solusi, yang akan memberatkan Luna. Apalagi kalau Luna memiliki pasangan ataupun orang yang dia suka!" Jawab Fariz menjelaskan dengan lugas dan juga penuh wibawah.
"Solusi seperti apa?" Tanya Luna cepat.
Luna hanya ingin cepat terbebas dari semua fitnah yang menerpanya. Apapun solusinya Luna akan siap untuk menjalani.
Fariz ragu untuk menyampaikan solusi yang ia miliki. Namun Fariz tahu solusi yang paling aman dan cepat hanya itu.
" Kita pura-pura menjadi pasangan!" Ucap Fariz.
" Hah!" Luna syok.
" Jangan ngaco!" Laras emosi mendengar ucapan Fariz.
"Kita dengar dulu penjelasan Fariz!" Aldi menengahi, dan menenangkan Laras, agar tidak terlalu emosi.
Laras yang memang tidak terima awalnya hendak menampar Fariz, kalau saja tidak di tahan oleh Aldi.
" Kenapa harus berbohong?" Tanya Luna.
'Memang kamu mau jadi pasangan aku?' Tanya Fariz dalam hati.
" Kamu punya solusi lain?" Tanya Aldi pada Luna.
Luna menggeleng, lalu menunduk frustasi. Air matanya sudah mendobrak meminta keluar dari sudut matanya.
" Kenapa nggak jujur ja?" Tanya Laras.
" Awalnya aku juga ingin jujur." Ucap Fariz tenang.
" Lalu?" Tanya Aldi
" Aku ke kampus tadi waktu kamu telpon ngajak kesini. Aku mencari rekaman CCTV, di area ruang dosen." Jelas Fariz pelan. " Tapi tidak ada!" Jelas Fariz frustasi.
" Kok bisa?" Tanya Laras.
" Rekamannya hilang?" Tanya Luna.
" Bukan, CCTV itu rusak tadi pagi, dan baru kembali normal siang ini, sewaktu pak Alif masuk ke ruang dosen." Jelas Fariz lembut.
Laras curiga ini tidak sesederhana yang mereka fikirkan, atau memang ini hanya kebetulan semata.
Luna sudah biasa dengan masalah dalam hidupnya, tapi Luna tidak pernah mendapat masalah yanv melibatkan orang lain seperti ini.
"Oke, kalaupun kamu mau pura-pura punya hubungan dengan aku itu sama saja kamu mengiyakan tuduhan mereka." Ucap Luna memecahkan keheningan diantara mereka yang terjadi beberapa saat.
"Benar, kita cari solusi lain saja!" Potong Aldi.
" Kita bisa saja mencari solusi lain, tapi akan membutuhkan waktu yang cukup lama!" Jelas Fariz.
" Kenapa?" Tanya ketiganya serempak.
" Besok pagi saya diminta menemui Rektorat, tepat pukul 07.00." Fariz memberi tahu masalah yang akan dia hadapi nanti.
" Kalau pura-pura punya hubungan pun akan tetap sama, akan ada masalah yang timbul!" Jelas Luna.
" Tapi itu akan meminimalisir masalah!" Ucap Faris meyakinkan Luna.
" Aku mau dengar rencana matang yang anda punya!" Ucap Luna tegas.
" Lun, jangan bercanda." Bisik Laras tidak mau Luna bertindak gila.
" Bro kamu yakin?" Tanya Aldi meyakinkan Fariz.
" Kita pura-pura tunangan.." Ucap Fariz di potong oleh Laras.
" Gila...Nggak gitu juga!" Ucap Laras sambil menunjuk Fariz.
" Dengar dulu!" Luna menarik tangan Laras dan memintanya untuk mendengarkan Fariz hingga selesai.
" Lanjut!" Pinta Luna masih dengan nada yang bergetar.
" Malam ini kita langsung hubungi orang tua kita!" Jelas Fariz lembut.
" Luna nggak punya orang tua!" Ketus Laras.
" Ras!" Luna memperingati Laras untuk tenang.
" Keluarga?"
" Ada om dan tante diluar kota" Jelas Luna.
" Kita minta kerja sama mereka untuk menutupi masalah pertunangan palsu kita, kita akan menikah 1 bulan lagi. sambil menunggu penyelidikan lebih lanjut atas masalah ini dan juga menunggu jadwal ujian skripsi kamu!" Jelas Fariz tenang.
" Setuju!" Luna lalu meminta berjabat tangan dengan Fariz.
****
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments