15. siap sidang 2

"Astagfirullah, jam berapa ini?" Tanya Luna pada dirinya sendiri sambil melihat jam di dinding ruangan itu.

"Masih jam setengah lima, Lun!" Jawab Fariz santai.

Fariz sendiri juga masih di tempat yang sama seperti tadi malam, dia tas sofa ringan itu.

"Laptopku!" Pekik Luna panik melihat laptopnya sudah mati.

***

"Laptop kamu kenapa?" Tanya Fariz masih sibuk mengusap wajahnya untuk menghilangkan kantuknya.

"Lihat ini!" Pekik Luna yang tidak bisa dinyalakan walaupun sudah di coba untuk menekan tombol power beberapa kali.

Fariz menarik nafas lelah dan sedikit jengkel melihat Luna yang mendramatisir keadaan di depannya ini.

"Aduh gimana ini?" Tanya Luna pada dirinya sendiri sambil memegangi laptop di tangannya.

Fariz yang sudah mulai menghilang rasa kantuknya pun dengan santai beranjak dari sofa tempat tidurnya semalam, mengambil kabel cash laptop yang ada di atas tumpukan buku dan juga beberapa lembar fotokopi skripsi milik Luna.

Fariz menarik kabel cash itu dan mencolokkannya ke sambungan listrik yang ada di bawah meja, lalu menarik laptop yang sedang Luna pegang itu.

"Mau diapakan?" Tanya Luna panik dan masih mempertahankan laptop dalam pelukannya.

"Letakkan di atas meja!" Perintah Fariz, yang malas melihat drama Luna.

"Untuk apa?" Sewot Luna yang masih panik.

"Udah, tarok saja disitu, Luna!" Perintah Fariz dengan nada suara yang agak di tekan dan serak karena baru bangun tidur.

Fariz sudah mulai emosi dengan tingkah Luna yang mulai lemot ketika sepeti ini. Luna memang pintar dalam beberapa hal, tapi terkadang tiba-tiba loding diotakknya bisa menjadi sangat lambat.

"Janji di perbaiki?" Tanya Luna dengan wajah memelas.

"I...ya!" Ucap Fariz dengan penuh tekanan.

Luna yang mendengar Fariz berjanji akan memperbaiki laptopnya, akhirnya mengalah dan meletakkan laptop itu di atas meja.

Setelah Luna meletakkan laptop di atas meja, Fariz menarik laptop itu dan mencolokkan kabel pengisi daya itu ke laptop Luna.

Luna yang melihat itu memperhatikan dengan seksama tanpa berkomentar apapun dengan sangat cemas.

Setelah menunggu beberapa saat Fariz menekan tombol power untuk menyalakan perangkat laptop milik Luna tersebut.

"Jreng!" Laptop menyala dengan sempurna tanpa hambatan dengan sekali tekan saja.

Luna mengerjapkan matanya dengan takjub dan memandang ke arah Fariz, lalu kembali memandang laptop miliknya dengan takjub.

"Jadi?" Tanya Luna aneh.

"Laptop kamu kehabisan baterai, jadi wajar kalau tidak bisa menyala!" Jelas Fariz.

"Maksudnya?" Tanya Luna bingung sendiri.

"Dasar lemot!" Ucap Fariz memukul kepala Luna pelan.

"Sakit!" Rengek Luna sambil mengusap kepalanya yang tidak begitu sakit.

"Saya pulang dulu, nanti setengah delapan saya kesini lagi jemput kamu!" Ucap Fariz.

"Eh, tunggu!" Ucap Luna menahan Fariz.

Luna ingat masih ada beberapa materi yang perlu di tanyakan kepada Fariz. Jika tidak di selesaikan sekarang akan berbahaya untuk keadaan di dalam sidang skripsi nanti.

"Apa lagi?" Tanya Fariz berbalik.

"Saya mau tanya masalah..." Luna berhenti melanjutkan kata-katanya dan sibuk mencari file power point miliknya.

Luna membuka dan mencari materi yang semalam sudah di tandanya olehnya untuk di tanyakan kepada dosen muda di depannya ini.

Luna tidak menemukan apa yang sedang di carinya. Semua data yang seingatnya masih kosong semalam, sudah lengkap dan di jelaskan begitu detail disana saat ini.

"Kamu mau tanya apa?" Tanya Fariz lagi.

"Ini, tadi malem masih kosong kok...?" Luna yang ke bingungan menunjukan power point miliknya yang sudah begitu rapih.

"Kamu masih mau lama-lama sama saya?" Tanya Fariz sambil kembali duduk di dekat Luna.

"Nggak!" Jawab Luna cepat dan berdiri dari duduknya, menjauh dari Fariz.

"Kamu bilang aja kalau memang masih mau memandangi muka bangun tidur saya yang tampan ini lebih lama lagi, Luna!" Goda Fariz dengan memainkan alis matanya jahil.

"Tadi malam saya tidur masih meninggalkan beberapa materi yang belum di isi!" Jelas Luna.

Luna mengambil kertas coretan miliknya yang ada di atas meja. Luna memang menyiapkan kertas itu untuk menandai beberapa hal yang penting atau pun apa yang bisa saja di tanyakan nantinya oleh dosen pengujinya.

Luna melihat kerta itu dan menunjukkan kepada Fariz isi tulisnya di atas kertas tersebut.

"Ini!" Tunjuk Luna sambil memberikan kertas itu di depan muka Fariz.

"Lalu?" Tanya Fariz sambil tersenyum dengan menaikkan satu sudut bibirnya.

"Udah selesai!" Jawab Luna menghempaskan kertas milik dalam genggamannya ke atas meja.

"Kalau begitu saya boleh pulang?" Tanya Fariz.

Luna melirik power point miliknya yang sudah lengkap dan melirik Fariz yang ada didepan sejenak. Lalu Luna menganggukkan kepalanya tanda bahwa dia setuju Fariz pergi dari rumahnya itu.

"Kok kayak nggak ikhlas gitu saya pergi?" Tanya Fariz lagi.

"Pak Fariz yang terhormat tolong jangan habisin Ke-PD-an bapak itu dengan menggunakannya secara berlebihan!" Ucap Luna yang mulai geram dengan Fariz.

Luna lau beranjak membukakan pintu depan rumahnya selebar-lebarnya untuk Fariz keluar. Luna sengaja tegak di depan pintu sambil membungkkukan badannya dan meletakan tangannya mempersilakan Fariz untuk keluar rumahnya.

Fariz yang melihat itu tersenyum, dan pergi dengan tenang. Tepat di depan Luna Fariz mengacak rambut Luna dengan sayang.

Luna yang merasakan belaian lembut di atas kepalanya kaget dan juga bahagia sejenak. Setelah mendengar tawa jahil yang keluar dari bibir Fariz, dengan sigap Luna menepis tangan Fariz yang berada diatas kepalanya itu.

"Jangan kangen ya!" Ucap Fariz sambil melambaikan tangannya.

Luna yang geram sendiri dengan sang dosen muda dan tampan itu dengan cepat menutu pintu rumahnya dan bersandar di pintu sambil memegangi dadanya yang berdetak sangat kencang.

"Itu dosen kenapa sich?" Tanya Luna pada dirinya sendiri.

"Aduh, gimana nggak baper coba kalau di gituin sama dosen ganteng gitu?"

Luna menarik nafasnya dalam-dalam untuk menormalkan detak jantungnya yang sudah tidak karuan itu.

Setelah sedikit tenang Luna kembali melihat layar laptopnya yang masih menyala, meneliti apa yang sudah di tulisnya tadi malam.

Luna benar-benar ingat bahwa ada bagian yang belum dia kerjakan dan dia tinggal tidur hingga subuh. Tapi sekarang sudah lengkap dan juga sempurna tanpa cacat sedikitpun.

"Apa mungkin dosen gila itu yang bantu ngerjain ya?" Tanya Luna pada dirinya sendiri.

"Tapi nggak mungkin banget itu dosen sombong yang bantuin!" Ucap sisi Luna yang lainnya.

"Ah sudah lah, yang penting sekarang siap-siap untuk berangkat ke kampus ja. Semangat ujian skripsi dan di bantai, Luna!" Ucap Luna menyemangati dirinya sendiri.

Luna beranjak dari tempat duduknya setelah membereskan semua barang yang nanti akan ia bawa ke ruang ujian.

Walaupun di dalam hati Luna masih bertanya-tanya apakah benar bahwa dosen muda yang memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi itu telah membantunya.

***

bersambung

Baca karya aku yang lain juga yok ada

JODOH: Cinta Pertama (58 bab)

Brondong Meresahkan (14 bab)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!