Ketika hampir sampai di sekitar rumah Luna, Fariz melihat Luna menaiki ojek online. Fariz akhirnya putar balik dan mengejar Luna untuk yang di bonceng oleh abang ojek online.
Fariz kehilangan jejak motor ojek online yang di naik oleh Luna ketika di lampu merah.
Niat Fariz untuk langsung ke kampus di urungkan, ketika melihat Laras memasuki sebuah tempat makan yang ada di sebrang kampus.
Fariz hendak menghampiri Luna dan Laras, di urungkan ketika melihat Kedua gadis itu sedang berdebat dengan 4 orang gadis yang ia ingat sebagai mahasiswi yang mengambil mata kuliah yang di ampuhnya.
***
Luna yang tidak sengaja melihat Fariz berdiri di luar tempat makan ini, mempunyai ide yang cukup untuk membuat ke-4 orang di hadapannya ini pergi menjauh dari hidupnya, dan tidak akan membuat masalah dengannya lagi.
Luna memberi kode kepada Fariz yang ada di luar untuk masuk kedalam tempat makan ini. Setelah memastikan Fariz tahu apa yang di maksud olehnya, Luna tiba-tiba mengambil tangan si cantik dan di letakan di pundanya, ia terjatuh duduk dan menangis sangat kencang.
"Aduh....hiks. ...hiks....." Luna kesakitan dan menangis, membuat semua mata tertuju ke arah mereka berenam.
"Ka...kamu?" Tunjuk si cantik terkejut kepada Luna, cukup kaget dengan tindakan tiba-tiba Luna.
"Ak..aku sal..salah apa sam...paai kamu dan kalian semua kayak gi...ni.hiks...hiks..?" Tanya Luna sambil sesegukan seperti menahan tangis.
Laras yang sudah tahu apa yang sedang di lakukan oleh sahabatnya yang memang suka sekali membuat kegaduhan ketika ada orang yang mencari masalah dengannya, hanya menghela nafas dan ikut berdrama ria.
"Kalian seharus datang ke dosen kalian yang sok capek itu untuk tidak mengejar-ngejar cinta sahabatku ini, daripada kalian membulli kesini dan tidak mendapatkan hasil apapun.!" Ucap Laras sambil memagang pundak Luna
"Terima kasih bantuannya!" Bisik Luna kepada sang sahabat sambil mencoba berdiri.
"Ini tidak gratis Luna!" Ingat Laras sambil tersenyum.
Luna hanya bisa menyembunyikan senyumnya.
"Luna, kamu kenapa?" Tanya Fariz yang baru saja datang membelah barisan fans fanatiknya.
Fariz menatap Luna dengan berusaha menahan tawanya. Ia berdehem sebentar untuk menetralkan suaranya dan berbalik kearah ke-4 mahasiswi yang menjadi fans garis keras dirinya.
"Kalian ada masalah apa dengan Luna, sehingga membuat dia terluka dan bersedih seperti ini?" Tanya Fariz dengan tatapan marah dan mengepalakn ke dua tangannya.
"Ka..kami tid...tidak melakukan apa-apa...... Tadi di..dia yang..." Dengan gagap si cantik hendak menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Tidak melakukan apa-apa?" Tanya Fariz.
"Aku nggak apa-apa kok sayang.." Ucap Luna sambil menarik tangan Fariz seperti menahan Fariz agar tidak marah.
"Nggak apa-apa gimana?" Tanya Fariz berbalik menghadap Luna dan melembutkan suaranya yang tadi penuh emosi.
"Nggak berdarah jugakan?" Tanya Luna balik sambil tersenyum.
"Tapi kamu jatuh dan pasti ada memar, kita visum saja bagaimana?" Tawar Fariz.
"Jangan..." Teriak ke-4 mahasiswi fans Fariz.
"Oke kita tidak akan visum ataupun melaporkan kalian kepolisi atas tindakan perundungan, saya hanya butuh alasan kalian. Jadi alasan kalian mengganggu calon istri saya apa?" Tanya Fariz panjang lebar.
"Kami fans bapak, dan kami tidak rela jika nama baik bapak di rusak oleh kesalahan seorang wanita seperti dia!" Ucap Si kacamata dengan tenang.
"Yang kamu maksud wanita seperti dia itu yang bagaimana?" Tanya Fariz lagi.
Semua terdiam tidak ada yang berani membuka mulut, karena mereka sendiri tidak tahu Luna itu siapa dengan jelas. Yang ke-4 tahu Luna adalah salah satu mahasiswi berprestasi di jurusan mereka.
"Apapun yang menjadi ranah pribadi saya, tolong jangan ikut campur." Ucap Fariz menghela nafas sejenak. "Saya suka kalian begitu menjadikan saya sebagai tole model kalian dalam beberapa hal. Tapi tolong jangan ikut campur ranah yang memang itu adalah kehidupan pribadi saya." Ucapa Fariz dengan panjang lebar.
"Saya tahu apa yang harus saya putuskan untuk hidup saya." Ucap Fariz akhirnya.
Ke-4 orang mahasiswi itu hanya menunduk takut. Dan segera pergi setelah di usir oleh Fariz.
"Kalian bisa pergi sekarang!" Usir Fariz dengan nada yang lebih lembut.
Laras dan Luna saling memberi kode lewat mata untuk membuat Fariz membayar semua makanan mereka berdua.
Luna dan Laras menghitung menggunakan jaring sambil bergumam tanpa suara.
"1" kata Luna sambil mengangakat jari telunjuknya di ikuti oleh Laras.
"2" Laras mengakat jari tengah dan telunjuknya di ikuti oleh Luna.
"3" Ucap mereka serempak.
Fariz yang hendak duduk di kursi tempat Luna dan Laras makan. Namun gagal, karena di tarik oleh kedua gadis itu kedepan gerobak penjual.
Dengan bingung Fariz bertanya "Mau ngapain disini kalian bawa saya kesini?."Kaget Fariz. "Saya sudah makan kok, nggak perlu pesen lagi." Jelas Fariz.
"Siapa yang mau pesen makan?" Tanya Luna sambil mengerutkan kening.
"Terus kalian ngapain bawa saya ke sini?" Tanya Fariz bingung.
"Ya bayarlah!" Perintah Laras sambil menunjuk kepada si penjual.
"Maksudnya?" Tanya Fariz, karena seingatnya dia belum makan apapun, jadi kenapa harus bayar.
"Pak kita habis berapa, kayak biasa!" Tanya Laras.
"Biasa neng 46 ribu rupiah" Jawab si bapak sambil berbalik ke arah mereka bertiga.
"Bapak dosen yang ganteng dan pinter tapi tiba-tiba jadi bego, tolong bayarin biaya makan kita berdua ya?" Ucap Luna sambil menarik Laras keluar dari warung makan tersebut.
Fariz mengeluarkan uang kertas bernominal 100 ribu rupiah dan dengan cepat pergi meninggalkan si penjual yang hendak mengambilkan kembaliannya.
"Kembaliannya Mas!" Teriak si penjual yang hendak menyerahkan kembalian dari uang Fariz.
"Ambil aja!" Jawab Fariz sambil berlalu.
"Kalian mau kemana?" Tanya Fariz yang melihat kedua gadis di depannya hendak menyebrang jalan.
"Ke kampus." Jawab Luna cuek.
"Mobil saya masih.." Ucapan Fariz terpotong.
"Itu mobil bapak, nggak ada urusannya sama kita." Jawab Laras dan menarik tangan Luna untuk menyebrang jalan.
***
"Itu beneran nggak pa-pa kita tinggalin?" Tanya Luna yang sedikit kasihan dengan Fariz.
"Biarin ja!" Jawab Laras cuek.
"Oke. Itu tadi 4 orang cewek centil yang datangi kita siapa?" Tanya Luna.
"Biasa mereka itu salah satunya anak petinggi di kampus, jadi agak sok berkuasa!" Jelas Laras.
"Yang mana?" Tanya Luna penasaran.
"Yang kamu tuduh udah dorong kamu tadi." Jelas Laras cuek.
"Serius?" Tanya Luna agak sedikit cemas.
***
bersambung
Baca karya aku yang lain juga yok ada
JODOH: Cinta Pertama (60 bab)
Brondong Meresahkan (15 bab)
Antonim (1 bab)
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 22 Episodes
Comments